Analisis Badan Geologi soal Bencana Pergerakan Tanah di Rongga, Bandung Barat

1 Maret 2024 11:52 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bencana longsor di Rongga, Kabupaten Bandung Barat, pada Kamis (29/2/2024). Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Bencana longsor di Rongga, Kabupaten Bandung Barat, pada Kamis (29/2/2024). Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
Kampung Cigombong, RT 4 RW 13, Desa Cibedug, Kecamatan Rongga, Kabupaten Bandung Barat, dilanda longsor dan pergeseran tanah pada Kamis (29/2). Tim Badan Geologi pun telah diturunkan ke lokasi bencana untuk melakukan analisis terhadap kondisi tanah.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan analisis yang dilakukan, Plt Kepala Badan Geologi, M. Wafid, mengatakan bahwa lokasi terjadinya bencana berada di wilayah perbukitan dengan kontur bergelombang dan tingkat kemiringan yang curam. Adapun lokasi pergerakan tanah berada pada ketinggian 990 mdpl. Kemudian, terungkap pula bahwa daerah terjadinya bencana tersusun dari berbagai material.
"Daerah bencana tersusun oleh Formasi Cimandiri (Tmc) yang terdiri dari perselingan batu lempung, batu lanau dan batu pasir, setempat gampingan dan setempat meliputi endapan lahar yang tersusun dari tuf, breksi andesit, dan breksi tuf," kata dia melalui keterangan yang diterima pada Jumat (1/3).
Bencana longsor di Rongga, Kabupaten Bandung Barat, pada Kamis (29/2/2024). Foto: Dok. Istimewa
Lalu, berdasarkan peta prakiraan bencana pergerakan tanah yang dirilis Badan Geologi, Kecamatan Rongga masuk ke dalam zona yang berpotensi terjadi gerakan tanah menengah hingga tinggi. Pergerakan tanah dapat terjadi bila hujan sedang mengguyur dengan intensitas tinggi.
ADVERTISEMENT
"Artinya, daerah ini mempunyai potensi menengah hingga tinggi untuk terjadi gerakan tanah. Pada zona ini, dapat terjadi gerakan tanah jika curah hujan di atas normal, sedangkan gerakan tanah lama dapat aktif kembali," ucap dia.
Bencana longsor di Rongga, Kabupaten Bandung Barat, pada Kamis (29/2/2024). Foto: Dok. Istimewa
Dengan demikian, didasarkan analisis yang dilakukan, terdapat sejumlah faktor yang diduga menjadi penyebab terjadinya bencana pergerakan tanah yakni lereng yang curam, kondisi tanah yang labil, hingga curah hujan tinggi yang mengguyur di sekitar lokasi bencana.
"Bidang lemah berupa kontak antara tanah pelapukan dengan batuan yang bersifat lebih kedap dan berfungsi sebagai bidang gelincir," papar dia.
Dikarenakan curah hujan masih tinggi, Badan Geologi memberi sejumlah rekomendasi untuk warga dan instansi terkait. Berikut ini rekomendasinya:
ADVERTISEMENT