Analisis Kegaduhan Isu Abu Janda Rasis di Medsos: Kemarahan Publik Mendominasi

2 Februari 2021 9:01 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Abu Janda mengenakan seragam Banser. Foto: Instagram/@permadiaktivis2
zoom-in-whitePerbesar
Abu Janda mengenakan seragam Banser. Foto: Instagram/@permadiaktivis2
ADVERTISEMENT
Pegiat media sosial Permadi Arya membikin gaduh setelah sejumlah postingan di twitternya dinilai mengandung kontroversi yang bersifat SARA. Buntutnya, ia pun terpaksa menghadap Bareskrim Polri untuk diperiksa.
ADVERTISEMENT
Cuitan pria yang dikenal dengan nama panggung Abu Janda itu diduga mengandung rasisme setelah menyandingkan gambar eks komisioner Komnas HAM Natalius Pigai dengan foto gorila. Selain itu, ia juga diduga menista agama Islam setelah menyebut 'Islam arogan'.
Namun, kejadian itu tak berdiri sendiri. Sebelum isu rasisme oleh Abu Janda menguat, wacana di medsos didahului oleh kabar rasisme Ketua Relawan Pro Jokowi-Ma'ruf Ambroncius Nababan.
Ketum Projamin Ambroncius Nababan (membawa kertas) meminta maaf. Foto: Dok. Istimewa
Ambroncius mengunggah foto serupa di Facebook lalu narasi tersebut dibawa ke Twitter. Analisis Drone Emprit memperlihatkan bahwa percakapan mengenai rasisme Pigai oleh Ambroncius muncul pada 21 Januari.
Isu dugaan rasisme Ambroncius di Twitter mencapai puncak setelah ia ditetapkan sebagai tersangka Selasa (26/1) dengan jumlah 8.982 percakapan. Setelahnya, percakapan harian soal Ambroncius berangsur turun dan justru merembet ke Abu Janda yang juga memposting foto serupa.
ADVERTISEMENT
"Dari volume (percakapan) kelihatan, tiba tiba warganet itu mengingat lagi, ini Abu Janda juga sudah pernah begitu. Begitu Ambroncius sudah selesai, netizen geser ke Abu Janda," kata Founder Drone Emprit, Ismail Fahmi, saat dihubungi kumparan, Senin (1/2).
Dalam grafik hasil analisis Drone Emprit di atas, terlihat adanya pergeseran percakapan. Dari tadinya fokus kepada Ambroncius, berubah menjadi didominasi soal Abu Janda.
Bahkan, kegaduhan mengenai isu rasisme dan dugaan menista agama Abu Janda puncaknya 4 kali lebih tinggi daripada Ambroncius. Yakni sebanyak 37.983 percakapan atau postingan pada 29 Januari.
Tak hanya dalam pergerakan percakapan harian. Isu rasisme Abu Janda juga lebih mendominasi dibanding Ambroncius lewat total volume percakapan dari 21 hingga 30 Januari 2021. Abu Janda sebanyak 117.395, sedangkan Ambroncius hanya 36.457.
ADVERTISEMENT
Kenapa hal ini bisa terjadi?
"Jadi memang ada pemicu, yang ini saya bilang KNPI. Kalau seandainya KNPI enggak ngelaporin, ya mungkin enggak akan tinggi amat, ya. Orang akan merasa sama lah sebelumnya-sebelumnya Abu Janda ini kan enggak kesentuh, jadi publik pun sudah merasa maklum Abu Janda kalau ada masalah pasti enggak akan kena (proses hukum). Publik sudah tahu, tapi enggak bisa apa apa," kata Fahmi.
Infografik 6 Kali Abu Janda Dilaporkan ke Polisi. Foto: kumparan
Untuk diketahui, sejak 2018 Abu Janda sudah 6 kali dilaporkan ke polisi. Namun sejauh ini status tersangka tak pernah disematkan kepadanya. Dua laporan ke polisi soal Abu Janda yang terbaru dibuat pada 28 dan 29 Januari oleh KNPI tentang dugaan ujaran kebencian menyangkut SARA terhadap Pigai dan cuitan 'Islam Arogan'.
ADVERTISEMENT
"Ini momentum bertemu akumulasi (amarah publik), akumulasi sudah ada tapi enggak ada yang berani melaporkan karena sudah putus asa mungkin barangkali sudah maklumlah. Dan ini KNPI yang laporin, dia berani karena ini kan organisasi besar," kata Fahmi.
Ismail Fahmi Foto: Ardhana Pragota/kumparan
Dalam temuan analisis Drone Emprit hingga 30 Januari, Fahmi jatuh pada kesimpulan bahwa tren percakapan soal Abu Janda belum bakal turun layaknya Ambroncius Nababan. Menurutnya, banyak pihak yang mendorong wacana agar Abu Janda untuk diproses hukum.
"Berbagai organisasi dan lembaga menyatakan dukungan dan tuntutan agar Abu Janda diproses karena ujaran yang mengandung SARA/rasis," tulis Fahmi.