Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0

ADVERTISEMENT
Gempa berkekuatan 7,4 magnitudo yang mengguncang Donggala dan Palu, Sulawesi Tengah, menyebabkan tsunami dengan ketinggian air 1,5 meter. Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan tsunami yang terjadi karena adanya longsoran sedimen yang terjadi saat gempa mengguncang Palu.
ADVERTISEMENT
"Penyebab kenapa terjadi tsunami yang cukup besar, ini disebabkan adanya longsoran sedimen, jadi banyak sungai yang bermuara ke Teluk Palu, bawa sedimen namun belum terkonsolidasi dengan kuat, sehingga saat terjadi gempa, runtuh longsor," kata Sutopo di Kantor BNPB, Jakarta Timur, Sabtu (29/9).
Menurut Sutopo adanya sedimen yang belum terkonsolidasi kuat, menimbulkan tsunami dengan air yang jernih dan tidak tinggi. Namun, karena adanya tekanan gelombang laut, membuat air menjadi keruh.
"Tsunami awal airnya jernih dan tidak tinggi, tapi kemudian datang dari laut bergelombang airnya kondisinya keruh," ucapnya.
Munculnya gelombang tinggi, kata Sutopo, kemungkinan terjadi karena adanya tekanan di dasar laut. Tinggi tsunami yang muncul di dasar laut, diyakini tidak setinggi longsoran yang terjadi pada bawah laut.
ADVERTISEMENT
"(Gelombang air) Kemungkinan dipicu oleh longsoran dasar laut. Kedua, di bagian luar adanya gempa lokal, tinggi tsunami tidak sebesar longsoran bawah laut," kata dia.
Saat ini, BNPB telah melakukan komunikasi dengan pihak Palu untuk mengirimkan ahli tsumani untuk menganalisis faktor yang menyebabkan tsunami muncul di permukaan.
"BNPB telah melakukan komunikasi untuk mengirim ahli tsunami untuk mempelajari tsunami yang terjadi (di Donggala dan Palu)," tutupnya