Ancaman di Gaza usai Perang: Sistem Kesehatan yang Kolaps

28 Januari 2025 15:08 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Seorang wanita memeluk seorang pria setelah melintasi koridor Netzarim dari Jalur Gaza selatan ke utara menuju Kota Gaza di sepanjang Jalan al-Rashid di pesisir Gaza, Senin (27/1/2025). Foto: Bashar Taleb/AFP
zoom-in-whitePerbesar
Seorang wanita memeluk seorang pria setelah melintasi koridor Netzarim dari Jalur Gaza selatan ke utara menuju Kota Gaza di sepanjang Jalan al-Rashid di pesisir Gaza, Senin (27/1/2025). Foto: Bashar Taleb/AFP
ADVERTISEMENT
Rumah sakit dan klinik hancur lebur. Jutaan puing bangunan sisa perang Gaza dan air diduga kuat mengandung racun.
ADVERTISEMENT
Begini gambaran Gaza yang setelah gencatan senjata mengakhiri perang selama 15 bulan. Oleh PBB, tindakan Israel menyerang Gaza tanpa pandang bulu memenuhi kategori genosida.
Imbas perang Gaza akibat pembantaian Israel tidak cuma soal 46 ribu jiwa yang tewas. Kini, warga Gaza yang sudah mulai kembali ke rumahnya mendapati ancaman baru situasi kesehatan karena sistem medis yang kolaps.
Warga Palestina sujud syukur saat warga lainnya berjalan di sepanjang Jalan al-Rashid di pesisir Gaza untuk menyeberangi koridor Netzarim dari Jalur Gaza selatan ke Jalur Gaza utara, Senin (27/1/2025). Foto: Omar AL-QATTAA / AFP
Apalagi mulai awal pekan ini warga Gaza yang tinggal di tenda pengungsian atau shelter mulai kembali ke rumahnya.
Laporan otoritas lokal Gaza, 90 persen terpaksa mengungsi karena perang. Sedangkan sebagian besar rumah dan bangunan di sana rata dengan tanah.
Situasi ini ditambah sedikitnya pasokan air bersih. Jika air tersedia tak sedikit sudah tercemar bakteri berbahaya bagi kesehatan.
ADVERTISEMENT
"Anda memiliki populasi dengan semua kebutuhan kesehatan yang dapat dibayangkan, tidak dapat memperoleh akses ke perawatan selama lebih dari setahun," kata, seorang pakar dalam manajemen kesehatan global dan peneliti tamu di Pusat Kesehatan dan Hak Asasi Manusia FXB di Harvard, Yara Asi, pada Minggu (27/1) seperti dikutip dari Associated Press.
Warga Palestina berjalan di antara puing-puing setelah serangan Israel di halaman Rumah Sakit Kamal Adwan dan bangunan di sekitarnya di Beit Lahia, Gaza pada 25 Desember 2024. Foto: Khalil Ramzi Alkahlut / AnadoluNo
Kekhawatiran Yara sejalan dengan data yang dirilis Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Mereka melaporkan sebagian besar dari 36 rumah sakit di Gaza hancur seluruhnya atau rusak sebagian.
Cuma ada satu rumah sakit yang masih beroperasi. Dan, operasional RS itu hanya sebagian dan tidak penuh.
WHO menyebut kondisi itu membuat sebanyak 30 ribu orang yang membutuhkan perawatan berkelanjutan, mustahil mendapat pengobatan maksimal.
ADVERTISEMENT
Dari 30 ribu penderita luka sebanyak 12 ribu di antaranya memerlukan evakuasi secepat mungkin, ke negara atau tempat memiliki fasilitas medis baik, agar bisa dirawat secara maksimal.
WHO kemudian menjelaskan, jika kondisi makin stabil maka prioritas utama adalah membangun pusat rehabilitasi trauma dan mendirikan IGD. Akan tetapi WHO memastikan akan menggandeng organisasi internasional demi membantu rehabilitasi kesehatan di Gaza.