Aneka Modus Curang di Luar Nalar Seleksi Masuk PTN: Kamera di Kacamata-Ciput

29 April 2025 18:57 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ketua Umum SNPMB Eduart Wolok dalam konferensi pers temuan kecurangan dalam pelaksanaan UTBK sesi 1-12 di Kantor Kemendiktisaintek, Jakarta Pusat, Selasa (29/4/2025).  Foto: Alya Zahra/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ketua Umum SNPMB Eduart Wolok dalam konferensi pers temuan kecurangan dalam pelaksanaan UTBK sesi 1-12 di Kantor Kemendiktisaintek, Jakarta Pusat, Selasa (29/4/2025). Foto: Alya Zahra/kumparan
ADVERTISEMENT
Panitia Seleksi Nasional Penerimaan Mahasiswa Baru (SNPMB) menemukan bentuk kecurangan baru di pusat UTBK yang dilaksanakan di Universitas Diponegoro (Undip). Modus kecurangan tersebut dengan menyelipkan kamera handphone di dalam ciput kerudung.
ADVERTISEMENT
Ketua Umum Panitia SNPMB Eduart Wolok mengatakan, selain menyelipkan kamera handphone ke dalam ciput, peserta juga menggunakan alat transmiter di kunciran rambut.
Alat transmiter ini berfungsi untuk menghubungkan peserta dengan penjoki yang bertugas menjawab soal. Kecurangan ini sungguh di luar nalar.
“Nah, ini juga di Undip. Kamera dan hp dipasang di ciput. Transmiternya diduga dipasang di kuncir rambut. Kemudian, dengan alat bantu dengar dipasang di telinga. Itu bantu dengar itu berapa lihat ukurannya? Kepingan dua logam Rp 500,” kata Eduart dalam konferensi pers di Kantor Kemendiktisaintek, Jakarta Pusat, Selasa (29/4).
Ilustrasi kampus. Foto: Shutterstock
Selain itu, Eduart mengatakan, temuan kecurangan lainnya adalah memasang kamera di kacamata. Kecurangan ini terjadi di Pusat UTBK Universitas Sumatra Utara (USU). Dari kecurangan tersebut, telah ditangkap 7 penjoki yang membantu 30 peserta.
ADVERTISEMENT
“Jadi bayangkan, teman-teman, ini ada kacamata ini. Kacamata ini pasti ketika metal detector pasti akan lolos. Tapi ternyata di dua sisi kacamata ini dipasang kamera. Di balik kamera itu ada mikrofonnya. Dan ini, kacamata ini hampir kami tidak bisa temukan. Ini ditemukan karena laporan peserta di sampingnya. Tertangkap tangan tujuh orang yang melakukan perjokian di 30 peserta,” ungkap dia.
Selanjutnya, kata Eduart, mengubah foto peserta dengan penjoki melalui teknologi artificial intelligence (AI). Kasus memalsukan dokumen peserta dengan data penjoki paling banyak ditemukan.
“Nah, ini yang diterapkan kepada joki. Jadi ada empat kartu peserta. Ini dengan satu foto yang kita dimainkan dengan AI. Diubah-ubah di kartu depannya (foto pesertanya),” ungkap Eduart.
ADVERTISEMENT
Ilustrasi mahasiswa ujian. Foto: exam student/Shutterstock
Terakhir, di pusat UTBK Universitas Jember, Eduart menemukan seperangkat alat yang terhubung dengan jaringan eksternal. Saat penggeledahan, alat itu disembunyikan di atas kardus printer dalam lemari. Menurutnya, ini adalah salah satu bentuk kecurangan yang terstruktur.
“Ini yang ada di Universitas Jember. Pelanggaran yang dikatakan orang dalam yang memasang perangkat sebagai proxy untuk menghubungkan PC peserta dengan jaringan eksternal. Jadi ketika digeledah, itu disembunyikan seolah-seolah di atas kardus printer di dalam lemari,” ujarnya.
“Dan kalau seperti ini kan. Apa ya ini? Memang terencanakan ya. Terstruktur terencanakan ya. Tidak bisa dikatakan lagi segala dalam tanda bukti kecurangan alat-alat yang enggak lazim. Ini kecurangan yang terstruktur,”imbuhnya