Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Anggota DPR Ini dan Keluarganya Berhenti Nongkrong di Starbucks
3 Juli 2017 17:12 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:16 WIB
ADVERTISEMENT
Seruan boikot Starbucks oleh Sekjen MUI yang juga salah satu Ketua PP Muhammadiyah, Anwar Abbas, diikuti sejumlah orang. Salah satunya anggota DPR asal Hanura, Dadang Rusdiana.
ADVERTISEMENT
Dadang yang mengaku sebagai pecinta kopi, biasa menghabiskan waktu bersama keluarga nongkrong di Starbucks. Namun sejak ramai isu Eks-CEO Starbucks, Howard Suchltz, mendukung kaum LGBT, dia memutuskan ikut seruan boikot.
"Jadi wajar kalau kita berkomitmen tidak ikut membawa keuntungan kepada Starbucks, karena Starbucks jelas-jelas mendukung LGBT, mendukung pernikahan sejenis. Dan saya rasa semua agama itu menentang pernikahan sejenis karena itu sebuah dosa besar," ujarnya kepada kumparan (kumparan.com), Senin (3/7).
Keputusannya tidak main-main. Dadang benar-benar berhenti berkunjung ke Starbucks setelah mengetahui Schultz menyatakan dukungannya kepada kaum LGBT.
"Saya anak saya itu kan sering nongkrong, senang kopi. Berbagai kopi seperti kopi Lampung, kopi Aceh, kopi dari Indonesia Timur, kopi daerah saya selalu cicipi. Jadi saya sering nongkrong bersama anak saya di Starbucks," ujar Sekretaris F-Hanura itu.
ADVERTISEMENT
Ia mengaku hikmah dari sikapnya yang berhenti ngopi di Starbucks itu, ia jadi rajin mengunjungi berbagai kedai kopi kecil yang menyediakan kopi tradisional. Contohnya, kopi Malabar atau bahkan kopi luwak dari Pangalengan.
"Pada akhirnya kan kita kembali ke yang lebih murah," tuturnya sambil tertawa kecil.
"Tapi, secara ideologi cara paham kita kan aman, karena kita tidak memberikan kontribusi kepada mereka. Mereka yang jelas melegalkan sesuatu yang diharamkan," tambah Dadang.
Menurutnya, yang jadi masalah adalah penyataan Schultz yang terkesan menantang. Dalam dukungannya, Schultz menyatakan bagi pemegang saham yang tidak setuju dengan LGBT untuk berhenti berinvestasi di Starbucks.
ADVERTISEMENT
"Kalau misalnya seperti pemimpin Apple yang menyatakan dirinya homoseksual, ya enggak masalah. Selama dia enggak nantang. Kita anggap kan homoseksual itu orang-orang yang sedang tersesat, semoga segera diberikan jalan yang lurus. Begitu pula dengan pimpinan Facebook," ujar Dadang.
Kata Dadang, jika hanya menyatakan pendapatnya saja tidak terlalu masalah. Namun jika memaksakan pendapatnya agar diterima, akan berbeda ceritanya.
"Jadi kalau misalnya pada akhirnya pemimpin Apple, misalnya, ikut menantang, ya kami tidak akan segan-segan untuk memboikot. Saya pengguna Apple juga akan mengganti dengan gadget lain," tegas Dadang politikus asal Bandung itu.