Anggota Komisi IX Minta Lonjakan COVID di China Diwaspadai: Tingkatkan Booster!

21 Desember 2022 11:51 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Orang-orang mengantre di apotek untuk membeli obat sata wabah COVID-19 berlanjut, di Beijing, China, Selasa (6/12/2022). Foto: Thomas Peter/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Orang-orang mengantre di apotek untuk membeli obat sata wabah COVID-19 berlanjut, di Beijing, China, Selasa (6/12/2022). Foto: Thomas Peter/REUTERS
ADVERTISEMENT
Anggota Komisi IX Rahmad Handoyo mengajak masyarakat mewaspadai lonjakan COVID-19 di China. Ia meminta pemerintah terus menggencarkan vaksinasi khususnya booster, adapun masyarakat menjaga prokes.
ADVERTISEMENT
"Meski pemerintah tidak melarang aktivitas Nataru, kita tetep harus saling jaga diri. Saat ini pandemi masih bahaya ke yang berisiko tinggi. Yang kedua, bagaimana prokes kita ke depankan," kata Rahmad kepada wartawan, Rabu (21/12).
"Yang di China biarlah, kita tetep prokes dan vaksinasi. Booster, kan, masih rendah. Dua hal itu kalau kita konsisten [cukup], kita antisipasi potensi melonjaknya COVID," imbuh dia.
Rahmad mengimbau masyarakat tak boleh menganggap COVID-19 sudah tidak ada dan tidak berbahaya.
"Kita enggak boleh ajak masyarakat, COVID itu udah enggak ada, enggak bahaya, itu enggak boleh. Jadi bersamaan prokes, vaksinasi, dan sampaikan ke masyarakat bahwa COVID masih ada dan berbahaya," ujarnya.
"Vaksinasi masih rendah, booster sangat dibutuhkan kita harus kejar. Di negara lain banyak yang sudah dibooster ke-4. Nah kita booster ke-3 kita gencarkan untuk antisipasi lebih baik," jelas dia.
ADVERTISEMENT
Di satu sisi, Rahmad meminta masyarakat tak terlalu panik dengan lonjakan di China. Sebab menurutnya, penanganan COVID-19 di China dan Indonesia tak bisa begitu saja dibandingkan.
Menurutnya, kondisi Indonesia lebih baik karena sudah lebih dulu mengalami berbagai lonjakan mulai dari varian Delta hingga Omicron.
"Nah, saya tidak bisa apple to apple antara China dengan di Indonesia maupun negara yang lain. Di China itu, kan, begitu kena, kan, pengetatan, kan, luar biasa gitu, ya. Bisa jadi kekebalan alami yang di China dengan kita berbeda," ujarnya.
"Barangkali di China kekebalan alaminya belum terbentuk merata atau belum banyak warga yang kena berbarengan dan banyak. Itu yang bedakan China dan negara lain," tambah dia.
ADVERTISEMENT
Rahmad juga menilai level PPKM maupun pintu keluar masuk PPLN tak perlu sampai diperketat. Ia memandang dibandingkan pengetatan, disiplin prokes dan peningkatan vaksinasi lebih utama.
"Kita enggak perlu pengetatan berlebihan ke penerbangan negara lain termasuk China. Faktanya, pengetatan di negara manapun tidak efektif. Pasti jebol juga. Justru yang penting prokes, peningkatan imunitas dengan vaksinasi," jelasnya.
"Kepada masyarakat silakan merayakan Nataru dengan penuh tanggung jawab. Artinya tidak perlu berlebihan dengan tetap mengedepankan protokol kesehatan serta gelorakan vaksinasi boster," pungkas dia.
Kasus infeksi corona sedang menjangkiti seluruh China. Rumah sakit bersusah payah menolong pasien, sedangkan rak-rak apotek kosong melompong. Krematorium berjuang keras menangani masuknya jenazah di seluruh China seiring lonjakan itu.