Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Anggota Parlemen Partai Demokrat Desak Joe Biden Segera Tutup Penjara Guantanamo
6 Agustus 2021 10:22 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
Anggota parlemen Amerika Serikat dari Partai Demokrat mendesak Presiden Joe Biden menutup penjara Guantanamo . Desakan disampaikan menjelang peringatan dua dekade serangan 9/11.
ADVERTISEMENT
Ada sebanyak 75 anggota parlemen AS yang mengirimkan surat resmi meminta penutupan penjara Guantanamo. Mereka menyebut, penjara yang dijalankan Angkatan Laut AS itu sudah rusak, berbiaya mahal, dan mencoreng HAM di AS.
"Penjara di Guantanamo sepanjang sejarah sudah menahan sekitar 800 napi, kini tinggal menahan 39 napi yang sudah tua dan lemah," ucap 75 anggota parlemen dalam suratnya kepada Biden seperti dikutip dari AFP.
"Berdasarkan laporan yang kami terima penjara itu memakan biaya operasional USD 500 juta per tahun, yang paling mengejutkan biaya per tahanan sebesar USD 13 juta tiap tahun," sambung mereka.
"Berlanjutnya operasional penjara akan jadi noda dalam reputasi internasional kami dan merusak kemampuan kami mengadvokasi HAM dan supremasi hukum," lanjut mereka.
ADVERTISEMENT
Penjara Guantanamo yang terletak di Kuba dibuka pada 2001. Awalnya penjara itu dibuka untuk memenjarakan anggota teroris Al-Qaeda yang terlibat serangan 91/11.
Namun, secara diam-diam Guantanamo memenjarakan ratusan orang lainnya.
Selain itu, napi di Guantanamo diduga mengalami penyiksaan. Beberapa napi bahkan ditahan tanpa kepastian hukum dengan jelas.
Salah satu napi Guantanamo adalah Warga Negara Indonesia (WNI) Encep Nurjaman alias Riduan Isamuddin alias Hambali. Dia dikenal dengan julukan Osama bin Laden dari Asia Tenggara.
Hambali ditangkap di Thailand pada 2003 silam. Sampai 2021 ini Hambali sudah menjalani 18 tahun masa tahanan.
Selama itu proses hukum terhadap baru sampai tahap penetapan sebagai tersangka kasus bom Bali I (2002) dan bom Hotel JW Marriott (2003).
ADVERTISEMENT