Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
Rayhan Alvaro senang bukan main saat tahu dirinya terpilih menjadi salah satu anggota Paskibraka 2019. Terlebih, sebelum berada di level nasional, saingan yang ia singkirkan tak sedikit, mulai dari tingkat kecamatan hingga provinsi. Rayhan merupakan wakil dari Provinsi DKI Jakarta.
ADVERTISEMENT
Ia menjadi satu dari 68 putra-putri terbaik dari seluruh provinsi di Indonesia yang terpilih menjadi anggota Paskibraka nasional.
"Pertama di DKI itu ada seleksi kecamatan, Februari tahun ini. Habis itu, yang kepilih langsung ke (tingkat) wali kota. Jakarta Selatan tuh yang kepilih 500 orang. Hari kedua putus jadi (tinggal) 250. Akhirnya jadi tinggal 70. Jaksel ngirim 20 pasang, yang lolos termasuk aku," kata Rayhan saat ditemui di PP-PON Cibubur, Jakarta Timur, Senin (29/7).
Sejak tanggal 25 Juli, Rayhan bersama rekan-rekannya se-Indonesia memang menjalani pelatihan selama satu bulan penuh di PP-PON.
Menjalani pelatihan selama satu bulan penuh, Rayhan dihadapkan pada peraturan-peraturan ketat. Diantaranya mereka harus dikarantina. Risikonya yakni jauh dari orang tua hingga tidak boleh bersentuhan sama sekali dengan alat komunikasi seperti HP.
ADVERTISEMENT
"Kangen juga kan kebiasaan (main HP). Tapi terobati banyak teman-teman dari daerah lain, ngobrol, bercanda. Lupa juga sama HP," ujarnya.
Ia mengaku dari awal sudah mengetahui aturan ketat tersebut. Namun, ia rela menjalani demi mimpinya untuk menjadi anggota Paskibraka terwujud.
"Aku mau jadi pembentang (bendera), karena itu satu posisi penting yang diincar banyak orang. Bergengsi," tegasnya.
Seperti Rayhan, Uraini asal Manokwari, Papua Barat, juga harus menjalani aturan serupa. Namun, bagi perempuan berusia 16 tahun ini, yang terberat adalah berpisah dari orang tua.
"Kangen, kangen banget sama papa mama," katanya.
Meski begitu, Uraini mengaku bangga bisa terpilih mewakili provinsinya di tingkat nasional. Ia juga senang bisa berjumpa dengan teman-teman Paskibraka dari seluruh Indonesia.
ADVERTISEMENT
"Senangnya ya latihan bersama teman-teman. Senang sekali bertemu teman dari daerah lain," ucap Uraini.
Sementara, Rafi Ahmad Falah (17), perwakilan dari Kota Cilegon, Provinsi Banten, mengaku tak keberatan dengan adanya aturan ketat tersebut.
"Saya tipikal orang tidak terlalu adiksi sama HP. Saya justru lebih senang interaksi sama teman-teman sekitar, malah senang gitu kayak bisa lepas dari HP," ujar Rafi.
Untuk komunikasi dengan orang tua, Rafi tidak menampik adanya rasa kangen. Namun, kata Rafi, semua itu sudah menjadi risiko baginya.
"Kangen sih udah pasti. Cukup panjatkan doa saja, pelatih dan pembina juga terus mengirimkan kabar ke pelatih-pelatih di Cilegon," tutur Rafi.
Sementara itu, Pelatih Paskibraka Nasional 2019 Letkol Amar, mengatakan larangan penggunaan handphone untuk menjaga konsentrasi para anggota dalam berlatih.
ADVERTISEMENT
"Bisa saja dia hanya main game dan segala macam, sehingga nanti tidurnya terlalu malam. Harapan kami biar bisa mereka konsen dalam kegiatan selama siang maupun malam hari," kata Anggota kesatuan Garnisun Tetap I/Jakarta ini.
Untuk membunuh kebosanan para anggota Paskibraka yang masih berusia remaja ini, panitia juga mengadakan sejumlah acara seperti outbond.
"Kebetulan kemarin habis outbond supaya tidak bosan. Ada flying fox dan segala macam untuk menjaga kekompakan buat mereka," ujar Pembina Paskibraka 2019, Wahyu Saputra.
Selain menjalani karantina dari tanggal 25 Juli-25 Agustus 2019, seluruh anggota Paskibraka Nasional 2019 juga diharuskan sudah siap sejak pukul 05.00 WIB.
Mereka mulai berlatih di lapangan sejak pukul 07.00 WIB hingga pukul 17.00 WIB diselingi waktu istirahat. Selain menjalani pelatihan lapangan, mereka juga dibekali oleh materi-materi dan wawasan kebangsaan.
ADVERTISEMENT