Angin Kencang di Bandung-Sumedang, Puting Beliung atau Tornado?

23 Februari 2024 12:36 WIB
ยท
waktu baca 4 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pemandangan pusaran tornado melintasi lapangan di Wapello County, Iowa, AS, Jumat (31/32023). Foto: Katie Feeney/via REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Pemandangan pusaran tornado melintasi lapangan di Wapello County, Iowa, AS, Jumat (31/32023). Foto: Katie Feeney/via REUTERS
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Angin kencang yang terjadi di Bandung-Sumedang hingga membuat sekitarnya porak-poranda pada Rabu (21/2) sore jadi perhatian publik. Ada yang menyebutnya sebagai angin puting beliung, tapi ada juga yang mengatakan tornado, bahkan disebut sebagai tornado pertama di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Seperti apa penjelasannya?
Ahli petir sekaligus dosen Meteorologi di Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, Deni Septiadi, mengatakan hingga saat ini belum pernah ada perbedaan pemahaman terkait terminologi angin kencang berputar yang dipahami sebagai puting beliung.
Di Indonesia angin kencang berputar dikenal sebagai puting beliung, angin kencang, angin puyuh, angin leysus, angin bohorok, belalai air, dan lain-lain.
"Diksi yang paling umum digunakan adalah puting beliung sebagai bentuk istilah lazim kearifan lokal yang dikenal oleh masyarakat," kata Deni dalam keterangan tertulis yang diterima kumparan, Jumat (23/2).
Deni Septiadi, dosen Meteorologi di Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Foto: Instagram/@zeptiadi
Deni menjelaskan, puting beliung merupakan angin yang berputar (spin) menyerupai corong (funnel shaped), yang berasosiasi dengan sel konvektif awan badai (thunderstorm) dan diinisiasi oleh sejumlah vertikal wind shear (geser angin) akibat adanya perbedaan kecepatan (velocity) antara angin pada level ketinggian yang berbeda di atas permukaan tanah dan bertiup bersamaan dalam satu lokasi.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya, udara yang bergerak lebih cepat mulai berputar di atas angin yang lebih lambat secara horizontal. Proses invisible ini, katanya, akan semakin aktif dan rotasi putaran semakin cepat dengan ukuran yang lebih besar (reinforcement process).
"Pada saat atmosfer dalam kondisi labil kuat, aliran udara hangat ke atas (updraft) dari awan badai (thunderstorm) yang mengalami fase pematangan (mature stage) akan mengangkat rotasi akibat wind shear tersebut menjadi vertikal masuk ke dalam sistem awan," jelas alumnus ITB ini.
Bencana puting beliung terjang Kabupaten Bandung dan Kabupaten Sumedang pada Rabu (21/2/2024). Foto: Dok. Istimewa
Pada proses ini, puting beliung sepenuhnya telah terbentuk dan bergerak seiring angin dari awan badai. Biasanya, rotasi besar ini terjadi di sisi belakang awan badai kemudian meluas ke bawah menyentuh permukaan.
Lalu apa beda signifikan antara tornado dan puting beliung?
ADVERTISEMENT
Pembeda antara tornado dan puting beliung terletak pada skala ruang dan waktu. Kecepatan rotasi angin tornado atau puting beliung dibatasi oleh konsep fisis aliran dinamika fluida dalam meteorologi yang dikenal sebagai votisitas.
Kekuatan belokan fluida (defleksi) akan semakin melemah ketika mendekati ekuatorial akibat gaya semu "Coriolis" yang timbul sebagai konsekuensi rotasi bumi barat-timur.
Dalam meteorologi, penskalaan kekuatan tornado disepakati menggunakan skala Fujita yang pada tahun 2007 disempurnakan dengan Skala EF 0 hingga EF 5.
Kekuatan angin tornado EF 0 berkisar antara 105-117 km/jam. Di Amerika kebanyakan tornado dihasilkan oleh supercell thunderstorm dan paling banyak berada pada skala EF0 hingga EF 02.
Karena puting beliung/tornado merupakan rare event phenomena, sangat sulit mengukur langsung kekuatan rotasi fenomena ini.
Ilustrasi angin puting beliung. Foto: ANTARA FOTO/M N Kanwa
Sedangkan kecepatan angin puting beliung diestimasi memiliki kecepatan jauh di bawah EF 0 (tidak sampai 100 km/jam). Bahkan BMKG mengukur kecepatan angin di sekitar Jatinangor saat kejadian puting beliung pada Rabu (21/2) lalu hanya berkisar 36 km/jam meski estimasi ini akan jauh di bawah kekuatan aslinya.
ADVERTISEMENT
Meski begitu, dampak kerusakan puting beliung perlu diperhatikan.
Foto udara kawasan industri yang terdampak angin puting beliung di Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, Kamis (22/2/2024). Foto: Raisan Al Farisi/ANTARA FOTO
Foto udara kawasan industri yang terdampak angin puting beliung di Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, Kamis (22/2/2024). Foto: Raisan Al Farisi/ANTARA FOTO
Dalam catatan BNPB terjadi peningkatan frekuensi kejadian puting beliung dari 400 kejadian pada tahun 2011 meningkat di atas 1.500 kejadian pada tahun 2021. "
"Jelas bahwa di tengah keprihatinan kita akan peningkatan bencana hidrometeorologi, penggunaan diksi yang terkesan membuat gaduh malah akan menjauhkan kita pada upaya mitigasi kebencanaan," pendapat Deni.
Ahli klimatologi BRIN, Dr. Erma Yulihastin. Foto: Instagram/@ermayulihastin

Pendapat Peneliti BRIN

Penggunaan istilah tornado pertama kali disampaikan oleh peneliti iklim BRIN, Dr. Erma Yulihastin. Erma mengalisis angin kencang yang terjadi di Bandung-Sumedang pada 21 Februari 2024 adalah tornado โ€” meski skalanya tak sebesar yang biasa terjadi di Amerika.
Dalam wawancara dengan kumparan, analisis Erma disampaikan dengan menggunakan 4 faktor, yaitu skala kecepatan, radius, durasi, dan dampaknya.
ADVERTISEMENT
Dia juga menegaskan, puting beliung biasanya tak terdeteksi satelit karena bersifat mikro. Tapi, pada angin kencang 21 Februari, pusarannya terdeteksi satelit karena bersifat meso (middle).