Angka Kelahiran Menyusut, Perempuan di China Disarankan Egg Freezing

28 Februari 2023 14:10 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
pereSeorang tim dari fotografer menyemprotkan disinfektan kepada pasangan pengantin perempuan saat sesi foto untuk pernikahan di Wuhan, Hubei, China, Minggu (12/4). Foto: REUTERS/Aly Song
zoom-in-whitePerbesar
pereSeorang tim dari fotografer menyemprotkan disinfektan kepada pasangan pengantin perempuan saat sesi foto untuk pernikahan di Wuhan, Hubei, China, Minggu (12/4). Foto: REUTERS/Aly Song
ADVERTISEMENT
Seorang pejabat penasihat politik tertinggi di China mengusulkan diberikannya izin bagi wanita yang belum menikah untuk melakukan proses pembekuan sel telur (egg freezing).
ADVERTISEMENT
Inisiatif ini bertujuan untuk mempertahankan kesuburan mereka, usai populasi negara terbesar di dunia itu pertama kalinya menyusut dalam enam dekade terakhir.
Mengutip laporan dari Global Times, inisiatif tersebut direkomendasikan oleh Lu Weiying — seorang dokter spesialis kesuburan di Provinsi Hainan yang sekaligus menjabat sebagai anggota badan penasihat politik di Partai Komunis China.
Pada pertemuan Konferensi Konsultatif Politik Rakyat China (Chinese People's Political Consultative Conference/CPPCC) yang akan digelar pada Sabtu (4/2) mendatang di Beijing, Lu berencana mengusulkan dicantumkannya perawatan infertilitas (ketidaksuburan) ke dalam sistem asuransi kesehatan masyarakat.
Selain itu, Lu juga mendukung diizinkannya seorang wanita melakukan egg freezing, agar sel telur mereka tetap terjaga meski sistem reproduksinya sudah tidak subur lagi.
ADVERTISEMENT
Namun, sampai sekarang praktik perawatan kesuburan seperti fertilisasi in vitro (IVF) dan pembekuan sel telur bagi wanita yang belum menikah masih dilarang di China.
Ilustrasi prosedur egg freezing. Foto: bezikus/shutterstock
“Memberikan akses kepada wanita lajang untuk membekukan sel telur mereka memungkinkan mereka untuk mengawetkan sel telur sebelum melewati masa puncak reproduksi mereka,” jelas Lu.
“Wanita tersebut masih harus menikah jika ia ingin menggunakan sel telurnya yang telah dibekukan dan hamil di kemudian hari,” sambung dia.
Usulan tersebut muncul, ketika otoritas Beijing sedang berupaya untuk menggenjot kembali angka kelahiran yang menyusut.
Salah satu insentif yang diambil adalah memberikan cuti melahirkan lebih lama, tunjangan keuangan dan pajak bagi keluarga yang baru punya anak, serta pemberian subsidi tempat tinggal.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari Reuters, beberapa provinsi di China juga telah mengubah beberapa peraturan demi meningkatkan kesuburan dan angka kelahiran. Contohnya adalah Provinsi Jilin — yang merupakan salah satu wilayah dengan angka kelahiran terendah di Negeri Tirai Bambu.
Otoritas Provinsi Jilin telah mengubah peraturannya di tahun 2002 untuk mengizinkan wanita belum menikah melakukan praktik bayi tabung. Namun, langkah ini tidak berdampak besar — lantaran secara nasional praktik tersebut masih dilarang oleh Komisi Kesehatan Nasional.
Ilustrasi egg freezing. Foto: bezikus/Shutterstock
Lebih lanjut, penggenjotan angka kelahiran di China semakin digiatkan pemerintah Partai Komunis di tahun ini.
Hal itu didorong oleh kemunculan hasil survei tahun 2022 lalu yang mencatat bahwa hanya terdapat 6,77 kelahiran per 1.000 orang — ini merupakan angka kelahiran yang pernah ada sejak China dipimpin oleh Mao Zedong.
ADVERTISEMENT
Sebagian besar penurunan demografi di China merupakan imbas dari kebijakan satu anak (one child policy) yang diberlakukan pemerintah antara tahun 1980 hingga 2015.
Kala itu, setiap keluarga hanya diperbolehkan memiliki satu anak saja lantaran tingginya biaya pendidikan dan biaya hidup.
Namun, kebijakan tersebut akhirnya dicabut. Pemerintah mengkhawatirkan efek jangka panjang yang akan berdampak secara signifikan terhadap perekonomian China di masa mendatang jika one child policy terus diterapkan.