Angka Kelahiran Turun Drastis, Populasi Jepang Terancam Punah

7 Maret 2023 17:18 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Wanita muda berkimono berpose untuk seorang fotografer di dekat sebuah tempat dalam upacara perayaan Hari Kedewasaan di Yokohama, Jepang, Senin (9/1/2023). Foto: Kim Kyung-Hoon/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Wanita muda berkimono berpose untuk seorang fotografer di dekat sebuah tempat dalam upacara perayaan Hari Kedewasaan di Yokohama, Jepang, Senin (9/1/2023). Foto: Kim Kyung-Hoon/REUTERS
ADVERTISEMENT
Seiring dengan rendahnya angka kelahiran dibandingkan angka kematian, populasi penduduk Jepang terancam punah. Situasi ini kemungkinan besar dapat terjadi jika masalah terkait kesuburan nasional terus dibiarkan.
ADVERTISEMENT
Peringatan itu disampaikan pada Senin (6/3) oleh salah seorang anggota Dewan Penasihat Nasional yang bertugas memberikan rekomendasi kebijakan kepada Perdana Menteri Fumio Kishida, Masako Mori.
Mori menyinggung soal statistik tahunan mengenai angka kematian dan kelahiran di tahun 2022 yang dirilis oleh Kementerian Kesehatan Jepang beberapa waktu lalu. Gambaran yang ditunjukkan oleh statistik itu cenderung suram.
Dikutip dari Russia Today, angka kematian berjumlah dua kali lebih besar dibandingkan angka kelahiran di Jepang — terdaftar 1,58 juta kematian, sementara kelahiran hanya 799.728.
Perolehan angka ini menyiratkan tren penurunan populasi Jepang yang kian drastis selama satu dekade terakhir, di mana angka kelahiran turun di bawah angka 800 ribu untuk pertama kalinya pada tahun lalu.
llustrasi penduduk Okinawa di Jepang Foto: Shutter Stock
Di sisi lain, populasi Jepang yang ada saat ini juga terus menua dengan rata-rata usia 49 tahun. Jumlah penduduk yang berusia di atas 65 tahun juga mendominasi — mencapai lebih dari 65 persen dan menjadikan Jepang sebagai negara dengan populasi tertua kedua di dunia usai Monako.
ADVERTISEMENT
“Orang-orang yang harus hidup melalui proses menghilangnya negara ini yang akan menghadapi kerugian yang sangat besar. Ini adalah penyakit yang mengerikan yang akan menimpa anak-anak,” sambung dia.
Mantan Menteri Kehakiman itu menerangkan, apabila tren negatif ini terus berlanjut maka Jepang berisiko mengalami kehancuran total pada masyarakatnya, diperparah dengan angka kelahiran yang terus menurun setiap tahunnya dalam jumlah signifikan.
“Angka ini tidak turun secara bertahap, melainkan langsung turun,” kata Mori.
Ilustrasi bayi di Jepang. Foto: Shutter Stock
Mori kembali menegaskan bagaimana gentingnya kondisi yang ditimbulkan akibat penurunan angka kelahiran ini jika pemerintah tidak segera menanganinya.
Dampak pun bisa menyebar ke penjuru sektor — contohnya, sistem jaminan sosial akan runtuh, kekuatan industri dan ekonomi akan menurun, serta lebih parahnya lagi anggota Pasukan Bela Diri yang bertugas untuk melindungi negara akan berkurang.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya, Kishida juga sempat menyerukan hal serupa pada akhir Februari lalu. Dia menggambarkan situasi angka kelahiran di Jepang sebagai risiko yang mendesak bagi masyarakat di masa mendatang.
Dia pun menjanjikan lebih banyak anggaran untuk mendorong angka kelahiran, salah satunya dengan meningkatkan tunjangan anak sebagai langkah utama.
“Jepang berdiri di ambang batas apakah kita dapat terus berfungsi sebagai sebuah masyarakat,” kata Kishida kala itu. “Memfokuskan perhatian pada kebijakan mengenai anak-anak dan pengasuhan anak adalah masalah yang tidak bisa menunggu dan tidak bisa ditunda,” sambung dia.