Angka Pernikahan dan Kelahiran di Korea Selatan Sudah di Titik Terendah

16 Maret 2023 15:58 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pasangan pengantin menggunakan masker menghadiri pernikahan massal di Cheongshim Peace World Center, Gapyeong, Korea Selatan.  Foto: AFP/Jung Yeon-je
zoom-in-whitePerbesar
Pasangan pengantin menggunakan masker menghadiri pernikahan massal di Cheongshim Peace World Center, Gapyeong, Korea Selatan. Foto: AFP/Jung Yeon-je
ADVERTISEMENT
Korea Selatan sedang dilanda krisis demografi secara bertubi-tubi. Setelah menyaksikan angka kelahiran berada di terendah dalam sejarah, kini jumlah penduduk yang menikah di negara itu pun turut menyusut hingga mencapai rekor terendah.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari AFP, laporan ini diambil berdasarkan data yang diperoleh Badan Statistik Korea pada Kamis (16/3).
Menurut laporan tersebut, jumlah penduduk yang menikah pada 2022 lalu menurun drastis — hanya sebanyak 192.000 pasangan dari total populasi keseluruhan 52 juta orang.
Angka itu juga menunjukkan penurunan hingga 40 persen bila dibandingkan dengan satu dekade sebelumnya di tahun 2012, ketika jumlah pasangan yang menikah menyentuh angka 327.000.
Hampir 80 persen dari pasangan yang menikah tahun lalu merupakan pasangan suami istri baru. Ini artinya, mereka cenderung menikah di usia yang terlampau dewasa lantaran lama menunda, bila dibandingkan dengan mayoritas negara lain di dunia.
Suasana pernikahan massal di Cheongshim Peace World Center, Gapyeong, Korea Selatan. Foto: REUTERS / Heo Ran
Lebih lanjut, data yang dihimpun Badan Statistik Korea menunjukkan bahwa rata-rata usia pria yang menikah untuk pertama kalinya adalah 33 hingga 34 tahun.
ADVERTISEMENT
Sementara untuk pengantin wanitanya adalah 31 hingga 32 tahun — baik usia pengantin pria dan wanita menyentuh rekor sebagai usia paling tertinggi.
Angka-angka itu juga memperlihatkan peningkatan usia rata-rata pria dan wanita di Korea Selatan yang memutuskan untuk menikah, menjadi satu hingga dua tahun lebih lama dari usia pasangan pada umumnya satu dekade lalu.
Data terbaru dari Badan Statistik Korea ini muncul, ketika pemerintah sedang menangani angka kelahiran yang menurun drastis.
Pada 2022 lalu, jumlah bayi yang lahir yaitu 249.000 dan ini adalah angka kelahiran dengan rekor terendah bila dibandingkan pada tahun sebelumnya.
Fenomena rendahnya angka kelahiran dan pernikahan ini pun menjadi tantangan besar yang akan berdampak dalam jangka panjang di Korea Selatan. Pada saat bersamaan, kemungkinan dapat menyabet gelar negara dengan tingkat kelahiran terendah di dunia.
Sejumlah anak dengan membawa bendera nasional Korea Selatan tumpah ruah ke jalan memperingati Gerakan Kemerdekaan 1 Maret di Seoul, Korea Selatan, Jumat, (1/3). Foto: REUTERS/Kim Hong-Ji
Terkait masalah demografi ini, pemerintah Seoul telah menganggarkan sekitar USD 213 miliar (Rp 3,3 triliun) sejak tahun 2006 untuk mengupayakan peningkatan angka kelahiran, termasuk dengan mengadakan pernikahan massal.
ADVERTISEMENT
Namun, upaya tersebut tampaknya tidak memberikan dampak positif seperti yang diharapkan — justru populasi di Korea Selatan diproyeksikan turun dari sekitar 52 juta menjadi 39 juta di tahun 2067.
Para ahli mengemukakan pendapat bahwa penyebab adanya fenomena krisis angka kelahiran dan pernikahan itu dapat dipicu oleh banyak hal.
Mulai dari mahalnya biaya membesarkan anak hingga harga properti seperti rumah yang sangat tinggi di sebagian besar kota di Korea Selatan.
Hal itu diperburuk oleh pendapatan masyarakat yang tidak sebanding untuk menyanggupinya — sebagian besar pekerjaan dengan gaji besar sulit didapat.
“Beban ganda bagi para ibu yang bekerja untuk melakukan pekerjaan rumah tangga dan pengasuhan anak sekaligus mempertahankan karier mereka adalah faktor kunci lainnya,” ungkap para ahli.
ADVERTISEMENT