Anies Baswedan Tak akan Pakai Buzzer bila Jadi Presiden, Apa Alasannya?

1 Desember 2023 17:13 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Capres nomor urut 1 Anies Baswedan hadir dalam Dialog Pers dan Capres dari PWI di Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Jumat (1/12/2023). Foto: Fadlan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Capres nomor urut 1 Anies Baswedan hadir dalam Dialog Pers dan Capres dari PWI di Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Jumat (1/12/2023). Foto: Fadlan/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Capres Koalisi Perubahan, Anies Baswedan, menyatakan bahwa dirinya tidak menggunakan buzzer selama ia duduk di jabatan eksekutif atau sejak menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dahulu.
ADVERTISEMENT
Hal ini sebab pertanyaan dari salah satu panelis di forum diskusi Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) di PWI Pusat, Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Jumat (1/12).
"Kita pengin tahu visi misi Pak Anies, beberapa tahun belakangan influencer dan buzzer sangat marak. Kehadiran mereka dipertanyakan karena pertama anggarannya begitu besar yang dibiayai pemerintah, kedua mereka mendominasi sehingga menutup ruang diskusi publik," tanya Panelis dari PWI Pusat.
"Pertanyaan saya, selama bapak duduk di eksekutif bapak pernah enggak menggunakan buzzer dan influencer. Kedua, nanti kalau bapak terpilih menjadi presiden apakah gaya komunikasi akan menggunakan buzzer atau influencer," lanjutnya.
Capres nomor urut 1 Anies Baswedan hadir dalam Dialog Pers dan Capres dari PWI di Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Jumat (1/12/2023). Foto: Fadlan/kumparan
Anies pun menjawab pertanyaan panelis tersebut bahwa jika ia menggunakan buzzer, maka ia tidak akan babak belur.
ADVERTISEMENT
"Kalau pertanyaan apakah kemarin pakai buzzer, kalau kemarin pakai buzzer enggak babak belur kayak begini pak kemarin pak. Kan justru kami apa adanya enggak pakai buzzer dan lain-lain," ujar Anies menjawab pertanyaan panelis.
"Bahkan natural. Saya selalu bilang begini, ya Allah berikanlah umur yang panjang sehingga pemutarbalikkan kenyataan lewat mesin yang dahsyat ini, pernyataan-pernyataan pemutarbalikkan ini mudah-mudahan suatu saat akan bisa dijawab dengan kenyataan-kenyataaan bukan pernyataan-pernyataan," tambahnya.
Anies juga menyebut saat dirinya menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta ia tidak menggunakan buzzer, sehingga ke depannya ia tak merasa membutuhkan buzzer jika terpilih menjadi presiden.
"Karena di satu sisi kita ingin menjaga kebebasan berekspresi itu jangan sampai hilang. Di sisi lain kita ingin ada dunia informasi yang tidak diisi dengan post truth approach tapi the truth," ucap Anies.
Capres nomor urut 1 Anies Baswedan hadir dalam Dialog Pers dan Capres dari PWI di Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Jumat (1/12/2023). Foto: Fadlan/kumparan
Bagi Anies, ruang kritik harus dibuka luas sehingga ketika publik mengkritik maka publik menanti jawaban dari pemerintah.
ADVERTISEMENT
Pemerintah ketika mendapatkan kritik yang banyak, harus membangun sebuah argumen untuk menjelaskan dan mengungkap fakta yang lebih lengkap agar publik lebih memahami dengan jelas.
"Nah yang kami butuhkan dari media, media bersedia untuk memberikan ruang pada kedua-duanya sehingga publik mendapatkan kritiknya, jawabannya, kritiknya, dan jawabannya lagi sehingga publik bisa menilai dengan objektif," tuturnya.
Anies juga menilai bahwa sebuah media tidak harus netral, melainkan harus objektif.
"Masa mau netral pada penindasan, enggak mungkin. Anda mau netral, ada situasi marginalisasi, enggak mungkin," imbuh Anies.
"Netral itu adalah sikap yang muncul dari asesmen objektif atau tidak netral itu asesmen objektif. Jadi menurut kami yang harus dijaga adalah objektivitasnya dan tentu independensi," pungkasnya.