Anies di Kuliah Kebangsaan UI: Ditagih Janji; Bukan Ajakan Memilih

30 Agustus 2023 7:54 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
9
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bacapres Anies Baswedan menghadiri Kuliah Kebangsaan di FISIP Universitas Indonesia, Selasa (29/8/2023). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Bacapres Anies Baswedan menghadiri Kuliah Kebangsaan di FISIP Universitas Indonesia, Selasa (29/8/2023). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Anies Baswedan hadir dalam acara Kuliah Kebangsaan yang diadakan FISIP UI. Bacapres dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan menghadiri acara yang diadakan FISIP UI.
ADVERTISEMENT
Kehadiran Anies dalam rangkaian kegiatan Kuliah Kebangsaan dengan tema "Hendak ke mana Indonesia Kita? Gagasan, Pengalaman dan Rancangan Para Pemimpin Masa Depan".
Anies diberi kesempatan menyampaikan gagasan sekitar 30 menit di hadapan Dekan FISIP UI Prof. Dr. Semiarto Aji Purwanto, jajaran dosen fakultas hingga mahasiswa FISIP. Selanjutnya, gagasan Anies akan ditanggapi oleh panelis.
Berikut momen menarik dalam kuliah Anies:
Ditagih Janji soal Kembalikan TKD PNS DKI 25 Persen
Dalam satu momen, Anies ditagih janjinya oleh mahasiswa Hubungan Internasional UI, Irma Josephine. Irma menagih janji Anies soal mengembalikan tunjangan kinerja daerah (TKD) ASN DKI Jakarta dipotong karena dialihkan untuk anggaran bansos pandemi COVID-19.
Sebanyak 25% TKD ASN Pemprov DKI direlokasi untuk pemberian bansos, sedangkan 25% lainnya ditunda pemberiannya karena dialihkan untuk darurat penanganan COVID-19. Artinya, TKD ASN saat itu dipotong 50%.
ADVERTISEMENT
“Bagaimana Bapak capai kesejahteraan? Padahal utang janji bapak pada PNS pada saat pandemi waktu itu saja belum Bapak lunasi, mengenai pinjaman gaji para PNS yang Bapak gunakan untuk menangani pandemi pada saat itu,” kata Irma yang mengaku sebagai anak ASN dalam acara tersebut.
Merespons hal ini, Anies lalu bercerita soal kondisi saat pandemi COVID-19. Ia mengatakan, saat itu warga DKI yang menerima bansos melonjak dari 900 ribu KK (kepala keluarga) menjadi 2,4 juta KK. Sehingga, mau tak mau ia meminta ASN DKI dengan sukarela menyerahkan sebagian tunjangannya kepada warga lain yang membutuhkan.
"Artinya 2/3 penduduk, pemerintah harus beri bantuan, sembako. Jadi saya kumpulkan ASN, buat rekaman, biar nanti Anda (juga bisa) liat. Saya bicara (ke ASN) ada uang Rp 1,6 T mau dipakai untuk 60 ribu ASN atau hidupi 2,4 juta warga Jakarta," ujar Anies.
ADVERTISEMENT
"Saya katakan ke ASN, Anda terima atau hibahkan uang ke warga Jakarta dan beri tahu anak, istri, suami bahwa uang bukan buat pemerintah, tapi ke tetangga Anda yang tidak punya pendapatan, terdampak pandemi," lanjutnya.
Anies mengakui keputusan tersebut tidak mudah. Tapi ia mengingatkan, kebijakan tersebut terpaksa diambil untuk membantu warga Jakarta yang terpuruk akibat pandemi.
"Di awal ASN nolak pemotongan karena biasa buat macem-macem. Setelah dijelaskan ini untuk sembako, saya katakan liat dada Anda, ada tulisan abdi negara. Jalankan tugas sebagai abdi negara," ungkapnya.
Anies meminta para ASN yang hari ini belum menerima sisa TKD 25 persen untuk menunggu. Ia memastikan TKD yang sempat dipotong itu akan kembali, seiring dengan pulihnya APBD DKI Jakarta.
ADVERTISEMENT
"25 persen harus dikembalikan. Kapan? Ketika APBD Jakarta sudah kembali. Begitu APBD kembali, uang itu dikembalikan. Tapi ingat, bahwa uang itu dikembalikan semata-mata karena dulu dipakai untuk menghidupi tetangga anda yang tidak bisa makan, tidak cukup pendapatan karena terdampak COVID,” ucapnya.
Bacapres Anies Baswedan menghadiri Kuliah Kebangsaan di FISIP Universitas Indonesia, Selasa (29/8/2023). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Ditanya soal Lobi Legislatif Bila Jadi Presiden
Mahasiswa Ilmu Politik FISIP UI, Farel, mempertanyakan bagaimana strategi Anies melobi oposisi di parlemen saat membuat kebijakan jika ia terpilih menjadi presiden. Sebab, Anies baru mendapatkan dukungan dari 3 partai yakni NasDem, Demokrat, dan PKS.
"Apabila Mas Anies terpilih presiden, Mas Anies saat ini didukung 3 partai, yang nanti 3 partai jadi tim pemerintah. Mas Anies pasti punya kebijakan yang harus disetujui. Kalau DPR banding oposisi, bagaimana strategi buat kebijakan yang bisa diterima seluruh fraksi DPR?" tanya Farel.
ADVERTISEMENT
Menjawab ini, Anies optimistis kebijakannya akan didukung apabila memang berpihak kepada rakyat. Ia memandang, kebijakan yang perlu 'melobi' ke oposisi adalah kebijakan yang tak 'berisi'.
"Kalau kebijakan tidak pentingkan kepentingan umum, partisan, perlu otot politik buat jalan. Kalau nggak ada otot politik, nggak jalan," kata Anies.
"Karena dia tidak gunakan data, scientifik. Ide yang baik beri manfaat. Idenya sendiri punya otot, daya tarik, bisa jalan. Saya lihat cara itu yang harus kita gunakan," imbuh dia.
Anies lalu mengenang upayanya membuat kebijakan saat menjabat Gubernur DKI Jakarta. Menurutnya saat itu, gagasan, ide, dan data pun menjadi andalannya meyakinkan oposisi untuk mendukung kebijakan.
"Tapi akhirnya, kekuatan proposal kebijakan pada konten kebijakannya. Ketika kebijakan orientasi masyarakat banyak, beri manfaat, maka eksekutif, pemerintah bisa minta dukungan publik," ujarnya.
ADVERTISEMENT
"Kami rasakan di Jakarta. Di DPRD ada 9 partai, yang dukung kami hanya 2. Yang 7 tidak dukung. Tapi persuasi, sampaikan gagasan, argumen, data-data, kumpulkan jadi kekuatan. Kita liat kekuatan ide kepentingan umum faktor terbesar," tambah dia.
Meski, Anies mengakui dirinya juga berharap parpol pendukungnya meraih banyak suara di pemilu, sehingga dapat memiliki banyak kursi legislatif.
"Tentu secara umum kita ingin partai pendukung di pemilu perolehannya juga tinggi. Yang diperjuangkan bukan hanya eksekutif, tapi legislatif," ungkap dia.
Kuliah Kebangsaan di FISIP UI Bukan Kampanye
Bacapres Anies Baswedan menghadiri Kuliah Kebangsaan di FISIP Universitas Indonesia, Selasa (29/8/2023). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Anies menegaskan, kegiatan yang dihadirinya di FISIP UI bukan kampanye jelang Pilpres 2024. Tak ada alat peraga terkait pilpres atau parpol dalam agenda itu.
"Ini berbeda dengan kampanye, yang dikerjakan di sini bukan sebuah kampanye. Karena memang tidak ada alat peraga, tidak ada ajakan untuk memilih," kata Anies.
ADVERTISEMENT
"Ini adalah tempat di mana arah ke depan dibahas. Prioritas ke depan dibahas dan masyarakat ilmu seperti kampus adalah tempat yang tepat untuk melakukan itu," imbuh eks Ketua Senat Mahasiswa UGM ini.
Selama mengisi kuliah kebangsaan, Anies memaparkan visi misi sebagai pemimpin ke depan. Ia mendorong kesetaraan ekonomi, pendidikan, kesehatan dapat dirasakan masyarakat, serta ingin mewujudkan Indonesia yang lebih mentereng di kancah dunia internasional.
Menurutnya, keterbukaan pikiran dan gagasan adalah bagian proses demokrasi.
"Memang dari dulu kampus itu kan memang mengundang orang berbicara ya. Cuma ketika statusnya menjadi calon, calon anggota legislatif, calon bupati, calon presiden malah justru nggak bisa diundang," ujar mantan Rektor Universitas Paramadina Jakarta ini.
"Justru politik di kampus penting. Saya menyambut baik dan mudah-mudahan lebih banyak lagi menyelenggarakan ini untuk selevel. Bukan hanya untuk capres," lanjut Anies.
ADVERTISEMENT
Ketua BEM FISIP UI Singgung soal 'Kabut'
Bacapres Anies Baswedan usai mengisi kuliah kebangsaan hingga makan di kantin FISIP UI, Selasa (29/8). Foto: Annisa Thahira Madina/kumparan
Anies juga mendapatkan pertanyaan dari Ketua BEM FISIP UI Muhammad Rafkario Afi. Afi bertanya mengenai perjalanan Anies menuju kampusnya.
"Sebelum bertanya (soal gagasan), Mas Anies saat ke sini bagaimana pemandangan di luar?" tanya Afi.
Anies lalu menjawab ia kurang memperhatikan sekitar. Namun menyadari udara Jakarta tak dalam kondisi baik.
"Sambil jawab pertanyaan di HP, enggak lihat di kanan kiri, tapi tahu-tahu udah di gerbang. Tapi secara umum pemandangan kepadatan lalu lintas, (lihat) ke atas tentu Jabodetabek yang hadapi polusi. Kira-kira itu kan tujuannya (bertanya)?" jawab Anies.
Afi lalu curhat seperti polusi udara, mahasiswa kini banyak yang menghadapi 'kabut'. Kabut yang dimaksud yakni ketidakpastian karier dan persoalan meningkatnya biaya kuliah.
ADVERTISEMENT
Menanggapi ini, Anies mengatakan usaha mikro dan menengah perlu didorong agar memperluas lapangan kerja. Ia juga mengatakan pemimpin ke depan harus mau berinvestasi lebih dengan menanggung biaya pendidikan masyarakat.
"Pengelola universitas (harus) fokus pada pengembangan ilmu, bukan semata bisnis. Kalau tidak, mahasiswa dipandang customer," ujar Anies.