Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Anies Minta Menperin dan Mendag Atur Penggunaan Detergen di Indonesia
2 Januari 2019 19:55 WIB
Diperbarui 15 Maret 2019 3:50 WIB
ADVERTISEMENT
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan baru saja meninjau Kali Item, Kemayoran, Jakarta yang sempat dipenuhi busa. Anies mengakui penyebab busa tersebut karena detergen yang banyak digunakan oleh warga.
ADVERTISEMENT
Anies menjelaskan busa tersebut mulai kelihatan apabila pompa dinyalakan. Anies menegaskan permasalahan ini harus segera diatasi.
“Ketika air dari Danau Sunter itu di pompa dan dimasukkan ke Kali Item, maka limbah sisa detergen seperti diaduk dan keluar buih (busa) yang amat banyak. Dan itu memang airnya mengandung kadar detergen yang sangat tinggi, dan ini yang harus ditangani secara komprehensif,” kata Anies di kawasan Sunter Jaya, Jakarta, Rabu, (2/1).
Anies mengatakan, sebenarnya permasalahan seperti itu tidak hanya terjadi di Kali Item, tetapi juga dialami oleh seluruh Indonesia. Sehingga, salah satu langkah yang akan diambil Anies adalah dengan menemui Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto dan Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita untuk mengatur penggunaan detergen di Indonesia.
ADVERTISEMENT
“Jadi langkah yang akan kita lakukan, satu, saya akan mengatur untuk bisa bicara dengan Menteri Perindustrian, Menteri Perdagangan agar ada regulasi yang lebih baik yang menyangkut detergen di Indonesia. Sehingga rumah tangga, industri, menggunakan produk-produk ramah lingkungan,” ujar Anies.
“Karena kalau enggak, kita bekerja di hilirnya saja, pengolahan air limbahnya. Selama produk-produk yang digunakan mencuci standar pencemaran lingkungannya tinggi, kita akan selalu mengalami masalah ini,” tambahnya.
Senada dengan Anies, Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta Isnawa Adji mengakui bahwa di Indonesia kebanyakan menggunakan tipe hard detergen. Menurut Isnawa, di negara-negara maju sudah banyak yang beralih menggunakan soft detergen yang tidak menghasilkan busa yang banyak.
“Jadi kalau kita bandingkan dengan negara-negara maju mereka sudah menggunakan yang namanya soft detergen di mana tidak ada kandungan fosfat. Di kita masih menggunakan batasan-batasan yang pada tahap detergen yang digunakan pasti akan menghasilkan busa dan biasanya tidak ramah lingkungan,” terang Isnawa.
ADVERTISEMENT
“Di Australia, di Malaysia, di negara lain yang banyak detergen dan busanya tidak menghasilkan zat aditif yang terdapat pada masalah lingkungan,” tambahnya.
Isnawa menjelaskan, detergen yang tidak ramah lingkungan bisa membahayakan termasuk kepada ikan-ikan dan tumbuhan yang ada di sungai atau kali. Isnawa mengharapkan ke depannya penggunaan detergen bisa diatur lebih baik lagi.
“Harapannya mungkin nantinya detergen yang ada di Jakarta bisa bekerja yang lebih ramah lingkungan, jika detergen untuk menghasilkan busa tetapi harus berdampak positif terhadap lingkungan,” tutur Isnawa.