Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Anies: Panitia Asian Games Tak Sediakan Fasilitas Prostitusi
21 Agustus 2018 15:17 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:06 WIB
ADVERTISEMENT
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan meminta masyarakat tidak membesar-besarkan masalah atlet basket Jepang yang menikmati prostitusi di Blok M, Jakarta Selatan. Ia berharap, masyarakat membantu agar isu prostitusi yang ada di Jakarta bisa diredam.
ADVERTISEMENT
“Jadi menurut saya teman-teman tidak usah melebih-lebihkan, kalau teman-teman membantu melebih-lebihkan maka seakan-akan di Jakarta sedang ada wabah hanya karena 3 orang mencari (PSK),” kata Anies di Balai Kota, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta, Selasa, (21/8).
Anies mengungkapkan, panitia penyelenggara pesta olahraga terbesar se-Asia itu tidak menyediakan fasilitas prostitusi kepada para atlet dari luar negeri, sehingga jika atletnya sendiri yang mencari maka tentu pihak tuan rumah Asian Games tidak bisa disalahkan begitu saja.
“Lain kalau panitia mendatangkan ini kan tidak, ini orang mencari. Orang mencari ya ketemu, untung ketahuan,” ungkapnya.
Dengan demikian, kasus prostitusi yang menjerat atlet basket dari Jepang itu adalah masalah pribadi. Karena semua pilihan dan tindakan tergantung dari niat masing-masing orang. Anies mengibaratkan, jika seseorang mencari tempat ibadah maka yang ditemukan adalah tempat ibadah, begitu pun sebaliknya.
ADVERTISEMENT
“Kalau Anda mencari tempat beribadah maka Anda akan menemukan masjid, gereja, kelenteng. Anda mencari tempat belajar maka ketemu perpustakaan, tempat belajar lain. Kalau anda mau nyari yang begitu-begitu ya pasti juga bisa ketemu,” pungkasnya.
Sebelumnya, empat atlet Jepang terjerat skandal seks di sela perhelatan Asian Games, keempat atlet itu kemudian dipulangkan. Para atlet yang teridentifikasi bernama Takuya Hashimoto, Keita Imamura, Yuya Nagayoshi and Takuma Sato itu akan menjalani pemeriksaan oleh Asosiasi Bola Basket Jepang (JBA) dan kemungkinan besar mendapat hukuman dari otoritas setempat.