Anies: Saya Bicara Ketimpangan dan Ketidakadilan Bukan karena Jadi Capres

26 Januari 2024 17:58 WIB
·
waktu baca 1 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Calon presiden nomor urut 1 Anies Baswedan (kiri, duduk) didampingi istrinya Fery Farhati Ganis disambut dengan adat kesultanan Ternate sebelum memasuki Kedaton Kesultanan Ternate, Kota Ternate, Maluku Utara, Jumat (26/1/2024). Foto: Andri Saputra/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Calon presiden nomor urut 1 Anies Baswedan (kiri, duduk) didampingi istrinya Fery Farhati Ganis disambut dengan adat kesultanan Ternate sebelum memasuki Kedaton Kesultanan Ternate, Kota Ternate, Maluku Utara, Jumat (26/1/2024). Foto: Andri Saputra/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Capres nomor urut 01 Anies Baswedan berkampanye dengan menyapa masyarakat di Taman Nukila Ternate, Maluku Utara, Jumat (26/1).
ADVERTISEMENT
Dalam kesempatan ini, Anies menjelaskan dirinya selalu menyuarakan adanya ketimpangan dan pentingnya keadilan di masyarakat bukan karena tengah menjadi capres. Tetapi, kata dia, karena melihat fakta ketimpangan yang terjadi sudah lama, khususnya di Maluku Utara.
“Harga beras murah atau mahal? Apakah perlu dilanjutkan? Pendidikan murah atau mahal? Banyak pulau-pulau di sini kekurangan guru. Banyak yang sekolahnya rusak. Apakah itu perlu diteruskan? Perlunya apa? Perubahan,” kata Anies.
Capres 01 Anies Baswedan narik becak di Jalan Malioboro, DI Yogyakarta, Rabu (24/1/2024). Foto: Haya Syahira/kumparan
Masyarakat Ternate berkumpul, ujar dia, karena ingin perubahan.
“Kita ingin melakukan kebijakan yang memberikan rasa kesetaraan. Saya datang ke sini, berbicara soal ketimpangan, keadilan, bukan karena saya menjadi calon presiden. Bukan,” ucapnya.
Ia lantas menceritakan salah satu upayanya menyelesaikan masalah ketimpangan pendidikan di Maluku Utara, dengan program yang ia gaungkan, yakni Indonesia Mengajar.
ADVERTISEMENT
“Saya datang ke sini tahun 2011-2012, pada waktu itu kami mengirimkan guru-guru ke pulau-pulau yang terpencil. Namanya Indonesia Mengajar. Waktu itu Bupatinya Bapak Muhammad Kasuba yang ada di sini. Kami kirimkan guru datang ke sini. Itu kira-kira 13-14 tahun yang lalu. Guru datang bergantian,” kata dia.
(PNS)