Anies soal 100 Hari Kerja: Terlalu Awal untuk Berbesar Hati

24 Januari 2018 21:15 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:12 WIB
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Anies Baswedan di RS Siloam, Semanggi (Foto: Nabilla Fatiara/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Anies Baswedan di RS Siloam, Semanggi (Foto: Nabilla Fatiara/kumparan)
ADVERTISEMENT
Kinerja Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Sandiaga Uno dalam 100 hari masa kerja yang jatuh pada hari ini, menuai sorotan luas. Anies menyebut sebetulnya ada tiga hal besar yang sudah dilakukan selama 100 hari memimpin Jakarta.
ADVERTISEMENT
Pertama, menyamakan persepsi dengan pejabat Pemprov DKI terkait program kerja yang akan direalisasikan. Kedua, menyiapkan pelaksanaan janji-janji kerja yang sudah dirancang semasa kampanye.
"Ketiga, adalah merespons situasi-situasi, masalah-masalah yang muncul selama 100 hari ini," kata Anies di Balai Kota, Gambir, Jakarta Pusat, Rabu (24/1).
Anies bersyukur program-program yang direncanakan sejak masa kampanye dapat berjalan dengan baik. Meski begitu, ia merasa tujuan utamanya bekerja bukan hanya di 100 hari pertama.
"Terlalu awal untuk kita merasa berbesar hati. Terlalu awal juga untuk mengatakan bahwa banyak masalah," lanjutnya.
Ia mencontohkan, salah satu masalah yang harus segera ditangani adalah Tanah Abang. Sejak lama, ia sadar Tanah Abang harus segera ditangani karena kondisinya yang semrawut. Kesemrawutan itu sudah muncul jauh sebelum ia dilantik pada 16 Oktober 2017 lalu.
ADVERTISEMENT
"Tanah Abang bukan bagian dari janji kita, tetapi dalam perjalanan awal kita, kita menyaksikan ini salah satu masalah yang perlu segera tangani. Karena itu kita terlibat," ucap Anies.
Anies juga mengklaim ia telah melaksanakan fokus utama program kerja yang dirangkum ke dalam tiga bidang yaitu lapangan pekerjaan, pendidikan dan biaya hidup.
Di bidang lapangan pekerjaan, menurut Anies, program OK OCE sudah mulai berjalan. Di bidang pendidikan, program KJP Plus juga sudah mulai direalisasikan. Sementara di sektor biaya hidup, ia dan Sandi telah memulai program OK Otrip dan pembangunan Rumah DP Nol Rupiah.
"Dan kita berharap benar dengan eksperimen OK Otrip ini kita review supaya bisa menurunkan biaya hidup di Jakarta. Karena 30 persen itu dipakai biaya transportasi," jelasnya.
ADVERTISEMENT