Anies soal Menjaga Persatuan: Kalau Kita Hormati Pikiran, Tak Ada Perpecahan

5 November 2022 1:28 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
8
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bakal Calon Presiden dari Partai NasDem Anies Baswedan (kelima kiri) berpidato saat melakukan safari politik di Istana Maimun, Medan, Sumatera Utara, Jumat (4/11/2022). Foto: Fransisco Carolio/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Bakal Calon Presiden dari Partai NasDem Anies Baswedan (kelima kiri) berpidato saat melakukan safari politik di Istana Maimun, Medan, Sumatera Utara, Jumat (4/11/2022). Foto: Fransisco Carolio/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Bakal calon presiden Partai NasDem, Anies Rasyid Baswedan, dalam safari politik pertamanya di Medan bicara pentingnya menjaga persatuan. Menurutnya, konflik yang sering terjadi di Indonesia karena adanya polarisasi.
ADVERTISEMENT
"Perpecahan itu paling ujung. Muncul polarisasi akibat Konflik dibiarkan menjadi perpecahan. Kohesi, polarisasi, konflik dan pecah. Polarisasi akibat adanya perbedaan. Kita harus takar. Yang sering terjadi di Indonesia polarisasi," kata Anies di Medan, Sumut, Jumat (10/11).
Anies menuturkan, perpecahan dapat dicegah dengan cara menjaga sikap dan menghormati pikiran orang lain seperti halnya dalam sebuah debat. Menurutnya, debat harus diartikan sebagai tempat bertukar pikiran, bukan untuk mencari lawan.
"Organisasi sering ada perbedaan pandangan. Perpecahan. Kalau kita lakukan penghormatan atas pikiran enggak mungkin orang pikirannya sama. Ketika kita bisa berdebat dengan tenang kita dewasa dalam bertukar pikiran," ujar Anies.
"Jangan pernah gunakan musuh dalam konteks itu. Gunakan lawan. Pertandingan pakai lawan. Lawan sepak bola adalah teman olahraga. Lawan debat adalah teman berpikir. Lawan pemilu adalah lawan demokrasi," sambungnya.
ADVERTISEMENT
Anies juga berpesan, dalam demokrasi tentu ada kritik. Ini merupakan hal normal sebagai dinamika dalam berdemokrasi.
"Kalau di dalam demokrasi ada kritik, itu normal. Smash tangkis lagi. Itulah sebuah masyarakat yang berdemokrasi. Kita semua menggunakan frasa yang tepat. Kebijakan yang sesuai kebutuhan masing-masing pemeluk agama. Itu yang harus kita lakukan. Tiap-tiap segmen berbeda-beda," pungkasnya.