Anis Matta: di G20 Ada Turki dan Arab Saudi, tapi Indonesia Paling Besar

2 Januari 2025 14:33 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Wakil Menteri Luar Negeri Anis Matta menghadiri acara DipTalk kumparan di Jakarta, Senin (23/12/2024).  Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Wakil Menteri Luar Negeri Anis Matta menghadiri acara DipTalk kumparan di Jakarta, Senin (23/12/2024). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
ADVERTISEMENT
Wakil Menteri Luar Negeri Anis Matta menyinggung status Indonesia sebagai negara dengan populasi Islam terbesar di Indonesia. Tak hanya terbesar dari segi populasi, tapi juga dari segi ekonomi.
ADVERTISEMENT
“Di G20 ada 3 negara Islam. Ada Indonesia, ada Turki, ada Arab Saudi. Tapi di antara 3 ini kita yang paling besar. Kita tidak bicara dalam soal income per kapita, ya. Kita bicara GDP nominal,” kata Anis Matta pada podcast DipTalk yang tayang di Youtube kumparan.
Anis Matta kemudian menjelaskan posisi Indonesia di dunia Islam harus ditata ulang. Menurutnya, posisi Indonesia di dunia Islam dapat dilihat dari 4 halaman.
“Halaman pertama saya sebut sebagai sebagai halaman geografi. Ada di Asia Tenggara, bertetangga dengan Asia Timur, Asia Selatan yang dekat dengan kita semua. Halaman geografi ini takdir sebenarnya. Artinya letak Indonesia seperti sekarang, bertetangga dengan negara-negara ini semuanya adalah geografi yang ditakdirkan bagi semuanya, given,” jelasnya.
ADVERTISEMENT
Halaman yang kedua adalah identitas dan budaya. Ini terlihat dari sejarah Islam masuk Indonesia abad ke-7, dan terbentuknya kerajaan Islam di abad ke-13.
“Jadi itu sangat awal sekali itu pertautan kita dengan Islam sebagai agama dan karena itu, ini membentuk identitas kita,” ujarnya.
Anis Matta juga mengutip isi buku ‘The Idea of Indonesia’ yang ditulis oleh penulis asal Australia. Dalam buku itu, dijelaskan proses pembentukan Indonesia berasal dari 2 sumber intelektualisme.
“Satu dari barat, yaitu mahasiswa Indonesia yang belajar ke Eropa khusus ke Belanda. Yang kedua yang belajar ke Timur Tengah khusus Makkah dan Mesir. Waktu mereka semuanya pulang, mereka tumplek di sini dalam gerakan nasional menuju kemerdekaan, terjadilah diskursus di antara mereka, terjadi blending antara mereka, lahirlah platform kita sebagai bangsa namanya Pancasila itu,” jelasnya.
ADVERTISEMENT
“Jadi kalau kita bilang dalam mindset kita sebagai bangsa Indonesia faktor utama pembentuknya itu salah satunya adalah sumber budaya Islam ini. Jadi yang saya sebut ini adalah halaman identitas dan budaya,” lanjutnya.
Halaman yang selanjutnya adalah halaman solidaritas dengan negara selatan atau yang dikenal dengan istilah Global South. Anis Matta menyinggung bagaimana Indonesia menjadi inisiator berdirinya South South, Konferensi Asia Afrika, hingga gerakan non blok.
“Dan sampai sekarang ruh solidaritas itu, kan, tetap ada di sekarang. Dulu semangatnya melawan imperialisme dan kira-kira yang kita perjuangkan sama global justice. Yang keempat itu adalah halaman kemanusiaan yang kita diikat dalam tatanan global ini,” ujarnya.
Lebih lanjut, Anis Matta mengatakan tantangan yang dihadapi dunia Islam adalah bagaimana mengintegrasikan negara-negara tersebut sebagai entitas politik yang kuat, juga menciptakan integrasi ekonomi.
Prajurit TNI melintas di depan logo KTT G20 Indonesia di Nusa Dua, Badung, Bali, Sabtu (12/11/2022). Foto: ANTARA FOTO/Media Center G20 Indonesia/M Agung Rajasa
“Karena secara budaya kita pada dasarnya sudah tapi terpecah secara politik, terpecah secara ekonomi, tidak terkonsolidasi. Nah, sebenarnya diperlukan satu peran leadership baru untuk mengkonsolidasi kekuatan politik dunia Islam dan pada waktu yang sama mengkonsolidasi kekuatan ekonomi ini,” ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Anis Matta mencontohkan ketiga Presiden Prabowo Subianto menetapkan target pertumbuhan 8%, secara operasional Prabowo menginginkan agar ada lebih banyak lagi partner strategis Indonesia ke depan.
“Di antara negara-negara Islam ini seperti misalnya kalau negara teluk seperti Mesir, Qatar, mereka punya kelebihan secara cash tapi, kan, negaranya ukurannya kecil. Dia pasti akan cari destinasi investasi,” ungkapnya lagi.
Anis Matta juga mengungkapkan bahwa secara teknologi Indonesia lebih maju dari negara Islam lainnya.
“Pada dasarnya seharusnya kita menjadi semacam pusat kekuatan ekonomi dunia Islam yang bisa menjadikan dunia Islam market besar,” pungkasnya.