Antara Bipang dan Tawa Vladimir Putin soal Ekspor Daging Babi ke Indonesia
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Dalam potongan video yang viral, terlihat Presiden Rusia Vladimir Putin tidak kuasa menahan tawanya. Ia sampai-sampai harus menutupi wajahnya dengan kedua tangannya.
Kejadian itu terjadi saat Putin sedang memimpin rapat kabinet pada Oktober 2017. Dikutip dari Al Arabiya, pertemuan itu tengah membahas peningkatan ekspor Rusia.
Menteri Pertanian Rusia Alaxander Tkachev berencana untuk meningkatkan ekspor daging babi Rusia ke beberapa negara seperti apa yang telah dilakukan Jerman.
Wilayah yang disasar untuk 'dimasuki' daging babi asal Rusia adalah China, Jepang, dan Indonesia.
Mendengar kata Indonesia, Putin langsung melemparkan senyuman kepada Tkachev sembari berkata, "Indonesia itu negara mayoritas Muslim, mereka tidak mengkonsumsi daging babi."
Sang menteri langsung membalas komentar Putin, "Ya, mereka mengkonsumsi itu."
ADVERTISEMENT
Putin yang masih dalam kondisi tersenyum langsung menyanggahnya,"Mereka tidak mengkonsumsi itu."
Mendengar sanggahan dan tertawaan Putin, Tkachev langsung menyadari kesalahan besarnya. Dia pun meralat omongannya, yang dimaksudnya bukan Indonesia melainkan Korea Selatan.
Berikut potongan video itu:
Mayoritas Muslim
Putin tidak keliru, Indonesia memang mayoritas Muslim. Menurut data tahun 2017 saat Putin bicara, jumlah Muslim di Indonesia sebanyak 225 juta.
Pada tahun 2020, jumlah Muslim menjadi 229 juta jiwa atau 87,2% dari total penduduk 273,5 juta jiwa, bertambah seiring peningkatan jumlah penduduk Indonesia.
Dengan demografi seperti itu, konsumsi babi tetap ada untuk pangsa 12,8% populasi. Indonesia sudah mampu mencukupi kebutuhan daging babi alias berswasembada. Bahkan Indonesia juga mengekspor babi. Impor ada, tapi sedikit.
ADVERTISEMENT
Klarifikasi Mendag
Sementara itu, soal Bipang Ambawang, Menteri Perdagangan M Lutfi telah memberikan penjelasan bahwa promosi Presiden Jokowi dalam rangka Hari Bangga Buatan Indonesia itu harus dilihat dalam konteks luas.
"Kami mohon maaf sebesar-besarnya jika terjadi kesalahpahaman karena niat kami hanya ingin agar kita semua bangga pada produksi dalam negeri, termasuk berbagai kuliner khas daerah dan menghargai keberagaman bangsa kita,โ ujar Mendag.