Antisipasi Megathrust, Risma Maksimalkan Kampung Siaga Bencana: Kita Semua Takut

21 Agustus 2024 18:34 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mensos Tri Rismaharini mengecek balai rehabilitasi Sentra Alyatama di Jambi, Rabu (21/8/2024). Foto: Annisa Thahira Madina/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Mensos Tri Rismaharini mengecek balai rehabilitasi Sentra Alyatama di Jambi, Rabu (21/8/2024). Foto: Annisa Thahira Madina/kumparan
ADVERTISEMENT
Mensos Tri Rismaharini mengatakan, pihaknya sedang memaksimalkan kampung siaga bencana untuk mengantisipasi megathrust. Harapannya, warga bisa lebih siaga dan cepat melakukan evakuasi dari bencana usai mendapat pelatihan.
ADVERTISEMENT
"Memang harus disiapkan, ya kita semua takut, tapi memang harus disiapkan. Kadang kan kalau kita ngomong baik-baik saja mereka nggak siap. Jadi memang kita semua takut, aku pun takut, tapi kan harus kita siapkan," kata Risma usai meninjau Sentra Alyatama di Jambi, Rabu (21/8) .
"Dengan kampung siaga bencana, kita bisa latih minimal untuk evakuasi, kalau misalkan ada peringatan tsunami, itu mereka kita latih, evakuasi gimana, jalurnya gimana, nanti kita siapin semua," kata Risma.
Saat ini, sudah ada 1.132 kampung siaga bencana di Indonesia. Terbanyak di Jawa Barat dengan 135 lokasi.
Menurutnya, daerah yang belum memiliki kampung siaga dapat dibantu daerah sekitar yang punya kampung siaga bencana.
Mensos Tri Rismaharini mengecek balai rehabilitasi Sentra Alyatama di Jambi, Rabu (21/8/2024). Foto: Annisa Thahira Madina/kumparan
"Wilayah Indonesia cukup besar, satu kecamatan kadang butuh 2-3 jam dari pusat kota. Jadi tidak bisa lagi model seperti dulu, tersentra misal kantor kabupaten atau provinsi," jelasnya.
ADVERTISEMENT
"Tapi kampung siaga bencana yang sudah terlatih, contohnya di Padang saat longsor, Marapi, itu di kabupaten (Agam) itu gak ada kampung siaga bencana. Adanya di Solok. Jadi kita datangkan warga kampung siaga untuk bantu di Agam. Kita bawa, mereka masak, ikut masang tenda, bisa diperbantukan nanti," kata Risma.
Kemensos pun telah memetakan lokasi yang butuh kampung siaga berdasarkan karakteristik bencana.
"Paling penting mereka tahu jika terjadi sesuatu. Saya sudah mapping, Kemensos sudah bisa mapping yang bisa gabungkan bencana tsunami, gunung merapi, likuifaksi. Kita lagi siapkan di daerah-daerah rawan longsor, itu ada di satu peta, bisa dibagi satu kabupaten atau provinsi," jelasnya.
"Waktu itu saya curiga kalo ada satu gunung meletus, itu yang lain ikut. Gunung Ruang, bener ternyata ada beberapa gunung. Makanya kalau ada megathrust impactnya apa saja, makanya kita mapping, kita overlay, daerah mana saja, lalu impact tsunami mana saja, ada yang kena semuanya makanya kita harus antisipasi," tuturnya.
ADVERTISEMENT
Soal pelatihan warga di kampung siaga bencana, pihaknya akan bekerja sama dengan kementerian dan lembaga sesuai karakteristik wilayah.
"Tergantung, sekarang tim kita lagi ke Mentawai, itu dengan BMKG karena di Mentawai yang bahaya tsunami. Kalau Gunung Marapi dengan Kementerian ESDM yang ngerti aliran api. Peran Tagana dimaksimalkan, terbantu sekali," tutupnya.
Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati saat webinar Waspada Gempa Megathrust yang digelar oleh Departemen Teknik Geofisika ITS Surabaya, Selasa (20/8/2024). Foto: Dok. Tangkapan Layar Zoom
Sebelumnya, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati membeberkan 13 zona megathrust yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia. Dari 13 zona itu, terdapat dua zona yang belum melepaskan kekuatan gempanya.
Dua zona yang belum lepas dan berpotensi terjadi dalam waktu dekat, lanjut Dwikorita, adalah segmen 7 ( Megathrust Selat Sunda-Banten) dan segmen 4 (Megathrust Mentawai-Siberut).
Menurut Dwikorita, jika kedua zona itu bergerak, potensi kekuatannya tak bisa ditebak. Kemungkinan melemah, dan kondisi terburuknya bisa mencapai 8,9 magnitudo di zona 7 dan 8,7 di zona 4.
ADVERTISEMENT