Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Antraks di Gunungkidul: Sapi Sudah Dikubur, Warga Gali dan Konsumsi
5 Juli 2023 15:46 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Kasus antraks kembali muncul di Kabupaten Gunungkidul. Kali ini menyebabkan seorang warga di Dusun Jati, Candirejo, Kecamatan Semanu, meninggal dunia. Sementara 87 lainnya juga terpapar.
ADVERTISEMENT
Penularan antraks ini ditengarai karena warga menyembelih dan mengkonsumsi sapi yang telah mati.
Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH) Gunungkidul Wibawa Wulandari mengatakan ada beberapa sapi mati yang disembelih dan dikonsumsi. Bahkan ada sapi yang telah dikubur, kemudian digali dan dikonsumsi warga.
"Sapi sakit mati, kemudian suruh kubur melalui SOP sudah kita kuburkan tapi sama masyarakat ada yang 1 (sapi) digali lagi dikonsumsi," kata Wibawa.
Kabid Kesehatan Hewan (DPKH) Gunungkidul Retno Widyastuti mengatakan total ada 6 sapi dan 6 kambing yang positif antraks mati di dusun itu. Lantaran bangkai sudah tak ditemukan maka yang diperiksa ke laboratorium adalah tanahnya.
"Yang kita periksakan ke lab itu bukan darahnya, bukan dagingnya, tapi tanah yang terkontaminasi darah saat disembelih," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Kematian ternak itu terjadi sejak November 2022. Ditegaskan tidak ada hewan dari dusun tersebut yang disembelih atau keluar dari dusun saat Idul Adha.
Dia menjelaskan lokasi penyembelihan pun disiram formalin sebanyak 3 kali sejak 3 Juni lalu. Hewan ternak yang belum terpapar kemudian disuntik antibiotik. Hewan ternak ini juga tak boleh keluar dari dusun.
"Kita antibiotik sapinya 77 ekor, kambingnya 289, itu internal Jati. Mudah-mudahan terisolir di sana tidak ke lain tempat," katanya.
Sembelih Hewan Sakit Diminta Dihentikan
Menyembelih hewan yang sakit atau bahkan mati ini diminta untuk dihentikan. Menyembelih hewan yang sakit ini kerap disebut mbrandu.
"Kepada warga masyarakat yang memiliki ternak terutama kalau sudah ada sakit itu ya jangan disembelih jangan dikonsumsi. Apalagi kalau sudah meninggal masih di-mbrandu bahasanya kalau di Gunungkidul mbrandu," kata Wakil Bupati Gunungkidul Heri Susanto ditemui di kantornya, Rabu (5/7).
ADVERTISEMENT
Pemkab Gunungkidul mengaku telah sosialisasi ke masyarakat agar tak mengkonsumsi ternak yang sakit. "Ternak yang sudah berpotensi sakit atau terpapar penyakit atau bahkan sudah mati jangan dikonsumsi," tegasnya.
Retno mengatakan menyembelih dan mengkonsumsi hewan ternak yang mati itu jadi penyebab antraks kerap terjadi di Gunungkidul.
"Kalau dipotong itu kan bakteri yang ada di darah itu mengalir keluar berubah menjadi spora. Spora itu yang tahan puluhan tahun, spora," kata Retno.
Dia mengatakan mbrandu memiliki tujuan yang baik untuk membantu warga lain yang kesusahan agar tak terlampau rugi ketika hewan ternaknya sakit. Tapi itu membahayakan.
"Kalau saya tanya memang tujuannya baik membantu warga yang kesusahan biar tidak terlampau rugi itu dibagi-bagi, satu paketnya itu 45 ribu. Dijual. Uangnya dikumpulkan dikasihkan yang kesusahan. Jane itu tujuannya apik. Pas saya di sana bilang kalau mau mbrandu ya mbrandu barang sehat gitu. Barang bermutu jadi tidak membahayakan manusia," katanya.
ADVERTISEMENT
Mbrandu ini bermacam-macam terkadang ada hewan yang keracunan lalu saat sakratulmaut disembelih. "Mungkin pas kasus ini posisi sudah mati. Saya tanya memang semua disembelih sudah mati hewannya itu. 6 sapi dan 6 kambing itu mati semua. Selangnya dari November, ke Mei itu. Kita hanya menemukan cerita saja," katanya.
Live Update