Anwar Abbas: Habib Rizieq Dipenjara karena Kerumunan, Bagaimana Kasus Jokowi?

25 Februari 2021 12:45 WIB
Presiden Joko Widodo saat melakukan kunjungan kerja ke kawasan Food Estate di Desa Makata Keri,Kecamatan Katiku Tana, Kabupaten Sumba Tengah, Provinsi Nusa Tenggara Timur, Selasa (23/2) .
 Foto: Antara/HO- Sekretariat Presiden
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Joko Widodo saat melakukan kunjungan kerja ke kawasan Food Estate di Desa Makata Keri,Kecamatan Katiku Tana, Kabupaten Sumba Tengah, Provinsi Nusa Tenggara Timur, Selasa (23/2) . Foto: Antara/HO- Sekretariat Presiden
ADVERTISEMENT
Kunjungan Presiden Jokowi di Maumere, NTT, pada Selasa (23/2) menuai kritikan luas karena memicu kerumunan masyarakat yang diklaim Istana sebagai peristiwa spontan.
ADVERTISEMENT
Pengamat sosial ekonomi yang juga Wakil Ketua Umum MUI, Anwar Abbas, membandingkan kerumunan Jokowi di NTT dengan kerumunan Habib Rizieq di Bandara Soekarno-Hatta dan Petamburan beberapa bulan yang lalu.
Anwar menyebut, Habib Rizieq kemudian diperiksa dan dipenjara karena menimbulkan kerumunan di tengah pandemi virus corona. Ia pun mempertanyakan apakah Jokowi akan mendapatkan perlakuan yang sama atau tidak.
"Di masa lalu, Habib Rizieq karena melakukan hal demikian ditangkap dan dipenjarakan. Lalu bagaimana halnya dengan Presiden Jokowi yang juga telah melakukan hal yang sama?" kata Anwar dalam keterangannya, Kamis (25/2).
Sekjen MUI Anwar Abbas memberikan sambutan saat acara penggalangan dana untuk pembangunan Rumah Sakit Indonesia Hebron Palestina di Hotel Grand Cempaka, Jakarta, Kamis (1/5). Foto: Nugroho Sejati/kumparan
Anwar mengatakan, baik Habib Rizieq dan Jokowi adalah tokoh yang dihormati, dicintai, dan dielu-elukan oleh pendukungnya. Sehingga ke mana pun mereka pergi pasti akan disambut oleh para pendukungnya.
ADVERTISEMENT
"Lalu bagaimana cara menghadapinya sementara sekarang ini kita berada di masa pandemi COVID-19? Ya mengurangi frekuensi kunjungan-kunjungan mereka ke daerah-daerah dan atau kalau beliau berdua ke daerah, usahakan agar tidak diketahui orang banyak sehingga tidak terjadi penumpukan massa," tuturnya.
Menurutnya, perbedaan antara situasi kerumunan Habib Rizieq dan Jokowi adalah karena Jokowi adalah kepala negara, jika ditahan maka negara bisa berantakan. Namun jika berdasarkan logika hukum agar keadilan tegak dan kepercayaan masyarakat kepada hukum bisa tegak, maka Jokowi harus ditahan atau setidaknya dihukum dengan dikenakan denda.
Habib Rizieq Syihab berbicara kepada para pendukungnya saat tiba di bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Selasa (10/11). Foto: AP Photo
Hukuman itu juga dinilai bisa meredam ketegangan pasca Habib Rizieq ditahan karena dianggap polisi picu kerumunan.
"Dan itulah yang kita inginkan dan perlukan agar persatuan dan kesatuan di antara kita sebagai warga bangsa dan warga masyarakat tetap bisa terjaga dan terpelihara, dan keadaan seperti itu jelas-jelas sangat kita perlukan dan harapkan, terutama di dalam menghadapi dan mengatasi pandemi COVID-19 dan krisis ekonomi yang sedang melanda negeri ini," pungkasnya.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya, Deputi Bidang Protokol, Pers, dan Media Sekretariat Presiden Bey Machmudin, menyebut momen itu terjadi saat Jokowi berada di Maumere.
Iring-iringan Jokowi terhenti karena ada kerumunan masyarakat yang menunggu. Bey menjelaskan kondisi itu adalah spontanitas masyarakat menyambut Jokowi.
"Jadi sebenarnya, itu melihat spontanitas dan antusiasme masyarakat Maumere menyambut kedatangan Presiden Jokowi. Dan kebetulan mobil yang digunakan Presiden atapnya dapat dibuka, sehingga Presiden dapat menyapa masyarakat, sekaligus mengingatkan penggunaan masker," ujarnya.
"Karena kalau diperhatikan, dalam video tampak saat menyapa pun Presiden mengingatkan warga untuk menggunakan masker dengan menunjukkan masker yang digunakannya," tambahnya.
Sementara itu menurut analis kesehatan yang juga relawan COVID-19 dr Tirta Hudi, Presiden Jokowi tidak bersalah soal kerumunan ini, karena warga yang datang bukan atas dasar undangan.
ADVERTISEMENT
Dia mencontohkan kondisi yang terjadi pada Youtuber Atta Halilintar. Kala itu Atta sempat bertanya kepada Tirta.
"Dahulu kala @attahalilintar pernah bertanya “dok, saya tiap pergi, banyak yg ngajak foto rame2, apalagi kalo beres Jumatan, kalo gitu apakah saya disalahkan? Kan saya ga ngundang2?" tulis Tirta di Instagramnya. kumparan sudah meminta izin untuk mengutip unggahan tersebut, Rabu (24/2).
Menurutnya apa yang terjadi pada Atta sama seperti yang terjadi pada Jokowi. .
"Pak Jokowi tidak sama sekali mengajak berkumpul, apalagi bikin promo, bikin undangan, bikin tiket, apalah. Semua pure antusias yang ramai-ramai dateng menyambut Presiden, ini tugas protokoler mengatur keramaian. Dan emang kalah jumlah," katanya.