Anwar Abbas: Logo Halal Tak Arif, Tidak Cerminkan Keindonesiaan

13 Maret 2022 19:41 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
17
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sekjen MUI Anwar Abbas memberikan sambutan saat acara penggalangan dana untuk pembangunan Rumah Sakit Indonesia Hebron Palestina di Hotel Grand Cempaka, Jakarta, Kamis (1/5). Foto: Nugroho Sejati/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Sekjen MUI Anwar Abbas memberikan sambutan saat acara penggalangan dana untuk pembangunan Rumah Sakit Indonesia Hebron Palestina di Hotel Grand Cempaka, Jakarta, Kamis (1/5). Foto: Nugroho Sejati/kumparan
ADVERTISEMENT
Waketum MUI, Anwar Abbas, ikut berkomentar terkait perubahan logo halal yang dilakukan Kementerian Agama. Alih-alih memuji perubahan yang disebut Kemenag mencerminkan ciri khas dan karakter kuat yang merepresentasikan Halal Indonesia, ia menilai justru logo baru sama sekali tak menggambarkan kearifan lokal.
ADVERTISEMENT
Ketimbang tulisan halal dalam kaligrafi Arab, Anwar menilai logo halal yang baru justru lebih mirip dengan gunungan yang terdapat pada dunia perwayangan.
"Banyak orang mengatakan kepada saya setelah melihat logo tersebut yang tampak oleh mereka bukan kata halal dalam tulisan arab tapi adalah gambar gunungan yang ada dalam dunia perwayangan," ujar Anwar melalui keterangan tertulisnya, Minggu (13/3).
Situasi tersebut, dianggap Anwar jelas berseberangan dengan rencana awal perubahan logo yang ingin mengusung kearifan lokal di Indonesia.
Label Halal Indonesia. Foto: Kemenag RI
Jika ingin mengedepankan kearifan lokal pada logo halal yang baru, kata Anwar, akan lebih bijak memilih bahasa desain yang jauh lebih mewakili Indonesia secara keseluruhan. Bukan hanya suku tertentu.
"Jadi logo ini tampaknya tidak bisa menampilkan apa yang dimaksud dengan kearifan nasional tapi malah ketarik ke dalam kearifan lokal karena yang namanya budaya bangsa itu bukan hanya budaya Jawa," ucap Anwar.
ADVERTISEMENT
"Sehingga kehadiran dari logo tersebut menurut saya menjadi terkesan tidak arif karena di situ tidak tercerminkan apa yang dimaksud dengan keindonesiaan yang kita junjung tinggi tersebut tapi hanya mencerminkan kearifan dari satu suku dan budaya saja dari ribuan suku dan budaya yang ada di negeri ini," sambungnya.
Berusaha untuk mengangkat unsur kearifan nasional, hal itu menurut Anwar, berdampak juga pada hilangnya makna dari halal yang hendak ditonjolkan. Logo baru halal, dinilai Anwar lebih mengedepankan nilai artistik ketimbang makna dari kata halal itu sendiri
"Sehingga banyak orang nyaris tidak lagi tahu itu adalah kata halal dalam bahasa arab karena terlalu mengedepankan kepentingan artistik yang diwarnai oleh keinginan untuk mengangkat masalah budaya bangsa," ungkap Anwar.
Logo Halal baru (kiri) dan Logo Halal lama. Foto: LPPOM MUI dan Kemenag
Meski begitu, Anwar memilih untuk tidak mencampuri hal itu terlalu dalam. Ia mempersilakan seluruh masyarakat untuk mengartikan sendiri komentar pribadinya terkait perubahan logo tersebut.
ADVERTISEMENT
"Untuk itu secara pribadi tentu saya tidak bisa berbuat apa-apa kecuali hanya bisa tersenyum. Masalah apakah senyuman saya itu mencerminkan kebahagiaan dan atau kegetiran ya silakan saja ditafsirkan sendiri-sendiri yang penting bagi saya negeri ini aman, tentram dan damai," kata Anwar.
"Jangan ribut-ribut dan jangan gaduh. Bagaimana caranya? Hanya orang-orang arif dan yang bermental negarawanlah cuma yang tahu dan mengerti tentang itu," pungkasnya.