Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
ADVERTISEMENT

Jokowi angkat bicara mengenai kasus e-KTP dalam perhelatan Indonesia International Furniture Expo 2017 tadi malam (11/3). Nada bicaranya pun keras, seakan mengutuk semua yang terlibat dalam kasus tersebut.
ADVERTISEMENT
Terang saja kasus ini mengundang reaksi keras. Korupsi yang telah menggerogoti program e-KTP ini nyatanya telah menyebabkan gagalnya program single identity yang sejatinya akan membawa maslahat bagi masyarakat.
"Sekarang menjadi bubrah semua gara-gara anggaran dikorup," ucap Jokowi dengan tegas.
Ia menyebutkan kata bubrah sebagai bentuk 'kutukan' keras terhadap kasus korupsi yang telah terjadi.
Sesungguhnya, apa arti kata bubrah?
Dalam sebuah penelitian mengenai Filsafat Jawa, kata bubrah tidak se'kasar' pemaknaan terhadap rusak atau berubah. Kata 'bubrah' tak memiliki padanan kata yang persis pemaknaannya bila diterjemahkan dalam bahasa Indonesia.
Kata bubrah muncul dalam filsafat Jawa yang populer: rukun agawe santosa crah agawe Bubrah, yang berarti membangun kondisi harmonis yang niscaya akan membawa perdamaian dunia, serta menghindari konflik yang dapat berakibat pada sebuah kerusakan.
ADVERTISEMENT
Makna bubrah sendiri sesungguhnya merujuk pada pengertian kerusakan yang bersifat mendasar. Ia dimaknai sebagai sebuah pergeseran yang berujung pada sebuah kondisi di mana tatanan dasar begitu sulit untuk dikembalikan lagi ke keadaan awal atau perbaikan kembali seperti dahulu kala.
Sehingga, kata bubrah merujuk pada konotasi sebuah kondisi, kinerja, atau keutuhan sebuah benda/tatanan/fondasi yang lantas rusak karena sebuah musabab.
Dengan pemaknaan tersebut, bubrah dikaitkan dengan sebuah aturan sebab-akibat. Dalam sebuah kondisi kerusakan, bubrah dapat diasosiasikan sebagai bentuk musabab kerusakan. Namun, ia pun dapat didisposisikan sebagai sebuah akibat.
Contoh awam untuk dapat memahami hubungan sebab-akibat dalam pemaknaan kata 'bubrah' dengan konteks kasus e-KTP:
Bubrah sebagai sebab: Bubrah-nya karakter dan integritas pejabat negara Indonesia mengakibatkan maraknya korupsi dalam tubuh negara.
ADVERTISEMENT
Bubrah sebagai akibat: Korupsi membuat program single identity dengan e-KTP bubrah.
Dalam pernyataannya, Jokowi memaknai kata 'bubrah' sebagai akibat dari sebuah musabab yang tak lain dan tak bukan adalah korupsi oleh para pejabat negara.
Merujuk pada pemaknaan tersebut, 'bubrah' menjadi kata yang begitu tepat untuk menggambarkan kondisi bangsa saat ini: tatanan bangsa yang sudah rusak dan karut marut, akibat digerogoti oleh mereka yang mengaku 'pelayan dan abdi' di Tanah Air sendiri.