Apa Beda Makna Emak-Emak dan Ibu Bangsa?

15 September 2018 12:10 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden RI Joko Widodo memberikan pemaparan pembukaan Sidang Umum International Council of Women di Yogyakarta, Jumat (14/9/2018).  (Foto: ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko)
zoom-in-whitePerbesar
Presiden RI Joko Widodo memberikan pemaparan pembukaan Sidang Umum International Council of Women di Yogyakarta, Jumat (14/9/2018). (Foto: ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko)
ADVERTISEMENT
Presiden Jokowi sepakat dengan Ketua Kongres Wanita Indonesia, Giwo Rubianto Wiyogo, yang menolak perempuan Indonesia disebut sebagai “emak-emak”. Ia setuju untuk menggunakan istilah ibu bangsa yang sudah ada sejak tahun 1935.
ADVERTISEMENT
Sementara kubu Prabowo-Sandiaga, dengan semangat menyebut kekuatan perempuan Indonesia sebagai “The Power of Emak-Emak”. Lalu, apa sebenarnya perbedaan makna dari istilah emak-emak dan ibu bangsa?
Mengacu pada KBBI, kata "emak" atau "mak" merupakan sebutan kepada orang perempuan yang patut disebut ibu atau dianggap sepadan dengan ibu. Dadang Sunendar, Kepala Badan Bahasa Kemendikbud juga menyatakan hal yang sama. Menurutnya, emak-emak merupakan bahasa daerah yang digunakan untuk panggilan terhadap ibu.
“Kata emak itu bukan bahasa yang baru muncul, kata emak itu bahasa daerah, emak itu adalah panggilan ibu, panggilan kepada orang tua gitu ya,” jelas Dadang ketika dihubungi kumparan, Sabtu (15/9).
“‘Sekarang fenomena ini (penyebutan kata emak-emak) muncul bersamaan dengan pemilihan presiden, kata emak-emak itu digunakan dan dianggap sebagai bahasa yang kekinian gitu, jadi bahasa gaul yang digunakan oleh sebagian masyarakat kita,” tambahnya lagi.
ADVERTISEMENT
Presiden RI Joko Widodo (tengah) memukul lesung saat pembukaan Sidang Umum International Council of Women di Yogyakarta, Jumat (14/9/2018).  (Foto: ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko)
zoom-in-whitePerbesar
Presiden RI Joko Widodo (tengah) memukul lesung saat pembukaan Sidang Umum International Council of Women di Yogyakarta, Jumat (14/9/2018). (Foto: ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko)
Menurut Dadang, jika dilihat dari segi bahasa, baik istilah emak-emak maupun ibu bangsa keduanya tidak bermasalah. Keduanya sama-sama menggambarkan sosok perempuan. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa ibu bangsa menjadi lebih formal dibandingkan emak-emak.
“Saya pikir secara kebahasaan dua-duanya bisa diterima, kata emak sebagai bahasa cakapan sebagai bahasa daerah sementara ibu bangsa itu bahasa formal yang digunakan dalam bahasa Indonesia,’’ jelas Dadang.
‘’Namun, ibu bangsa memang lebih formal dari emak-emak, ibu bangsa itu kan disampaikan kepada tokoh-tokoh tertentu’’ tutupnya.
Ketua Kongres Wanita Indonesia, Giwo Rubianto Wiyogo, menyampaikan pihaknya menolak untuk disebut sebagai emak-emak di acara Temu Nasional Kongres Wanita Indonesia ke 90 dan Sidang Umum International Council of Woman (ICW) ke 35. Presiden Jokowi yang turut hadir dalam acara tersebut, sepakat dengan Giwo Rubianto, bahwa istilah ibu bangsa lebih tepat untuk menggambarkan perempuan Indonesia.
ADVERTISEMENT
“Jadi saya setuju bu Giwo menyampaikan istilah emak-emak. Ibu bangsa. Jadilah Ibu Bangsa wahai perempuan Indonesia. Saya ulangi, jadilah Ibu Bangsa wahai perempuan Indonesia. Ini adalah sebuah tanggung jawab besar perempuan Indonesia untuk menjadi Ibu Bangsa," tutur Jokowi.
Aksi demonstrasi barisan emak-emak militan Indonesia di depan Istana. (Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Aksi demonstrasi barisan emak-emak militan Indonesia di depan Istana. (Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan)