news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Apa Jadinya Dunia Tanpa ASEAN, Versi Eks Menlu RI Marty Natalegawa

31 Agustus 2018 10:02 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mantan Menlu RI Marty Natalegawa dalam peluncuran bukunya, Kamis (30/8). (Foto: Denny Armandhanu/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Mantan Menlu RI Marty Natalegawa dalam peluncuran bukunya, Kamis (30/8). (Foto: Denny Armandhanu/kumparan)
ADVERTISEMENT
Lebih dari 50 tahun Asosiasi Negara-negara Asia Tenggara (ASEAN) berdiri, memicu berbagai perkembangan di kawasan. Sepuluh negara anggota ASEAN bekerja sama meningkatkan kemakmuran domestik dan kawasan, sembari mempertahankan stabilitas serta keharmonisan antarjiran.
ADVERTISEMENT
Lantas bagaimana jika ASEAN tidak pernah didirikan. Bagaimana jika pada Agustus 1967, para menteri luar negeri dari lima negara; Indonesia, Thailand, Malaysia, Singapura, dan Filipina, tidak bertemu di Bangkok dan menelurkan Deklarasi Bangkok yang menjadi semangat pembentukan ASEAN.
Jika demikian, maka Asia Tenggara akan menjadi kawasan yang penuh konflik dan perkembangan ekonomi akan sulit terwujud. Demikian kiranya pandangan mantan menteri luar negeri RI Marty Natalegawa.
"Bayangkan wilayah (Asia Tenggara) tanpa ASEAN. Saya kira, akan menjadi wilayah dengan ketegangan dan konflik terbuka yang terjadi terus menerus. Sebelum adanya ASEAN, negara-negara Asia Tenggara terpecah. Saya membayangkan, tanpa ASEAN dinamika itu akan terus berlanjut," kata Marty dalam acara peluncuran bukunya "Does ASEAN Matter? A View from Within" di kantor CSIS, Jakarta, Kamis (30/8).
Buku karya Mantan Menlu RI Marty Natalegawa (Foto: Denny Armandhanu/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Buku karya Mantan Menlu RI Marty Natalegawa (Foto: Denny Armandhanu/kumparan)
Menurut Marty, keberadaan ASEAN telah menumbuhkan rasa saling percaya antara negara-negara Asia Tenggara. Keanggotaan ASEAN dari yang awalnya lima menjadi 10 negara secara berturut-turut hingga 1999 dengan Kamboja yang menjadi anggota paling terakhir memiliki dampak stabilitas di kawasan.
ADVERTISEMENT
Setelah ekspansi menjadi 10 negara dari 5, Marty mengakui tidak mudah menyatukan mereka dalam bendera ASEAN. Namun ternyata ASEAN berhasil bersatu bahkan memperluas pengaruhnya, memasukkan negara-negara luar kawasan dalam format ASEAN Plus 3 yang melibatkan Korea Selatan, China, dan Amerika Serikat, misalnya.
Hal ini tidak ditemuinya dalam ekspansi organisasi kawasan lainnya. "Eropa contohnya, ketika melakukan ekspansi NATO. Setelah Perang Dingin, terjadi ketegangan antara NATO dengan Federasi Rusia," kata diplomat berusia 55 tahun ini.
Mantan Menlu RI Marty Natalegawa dalam peluncuran bukunya, Kamis (30/8). (Foto: Denny Armandhanu/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Mantan Menlu RI Marty Natalegawa dalam peluncuran bukunya, Kamis (30/8). (Foto: Denny Armandhanu/kumparan)
Tanpa ASEAN juga, negara-negara Asia Tenggara rawan menjadi sasaran kepentingan proksi negara-negara besar. "Dunia tanpa ASEAN menyebabkan posisi negara-negara di kawasan menjadi tunduk kepada pengaruh negara besar," ucap Marty.
Dalam sektor ekonomi, keberadaan ASEAN menurut Marty Natalegawa menciptakan transformasi finansial dari negara-negara Asia Tenggara.
ADVERTISEMENT
Namun Marty mengkritisi ASEAN saat ini yang menurut dia tidak lagi berpengaruh signifikan bagi berbagai isu yang mendera negara anggota. Bahkan, dalam isu seperti konflik di Rakhine, Myanmar, yang memakan korban warga Rohingya, nama ASEAN tidak terdengar dalam debat di Dewan Keamanan PBB.
"Saya khawatir saat ini kita (ASEAN) tidak dianggap," ujar Marty yang kini menjabat anggota Dewan Penasihat Tingkat Tinggi untuk Mediasi Sekretaris Jenderal PBB.