Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Apa Standar Pohon Pinang untuk Lomba HUT RI?
18 Agustus 2017 18:11 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:15 WIB
ADVERTISEMENT
Panjat pinang yang sering dilombakan saat merayakan hari ulang tahun kemerdekaan Indonesia disebut-sebut selalu memakan korban setiap tahunnya.
ADVERTISEMENT
Wajar saja, lomba ini dimainkan dengan cara memanjat batang pinang setinggi 8-12 meter yang sudah dihaluskan dan dilumuri pelicin. Risikonya adalah jatuh saat memanjat, atau batangnya rubuh.
Sebenarnya, adakah standar khusus batang pinang yang digunakan untuk lomba 17-an? Penjual pohon pinang di Manggarai, Fajar Cendol, menyebut, tidak ada standar khusus baginya sebagai penjual.
"Enggak ada. Intinya yang kira-kira bisa dipakai ya kita jual," kata Fajar saat ditemui di tempat jualannya, Manggarai, Jakarta Pusat, Jumat (18/8).
Panjang batang pinang yang ia jual rata-rata ditentukan sendiri oleh pembeli. Meski demikian, ada ukuran rata-rata batang pinang yang laku dijual. Selain itu, kondisi batang yang utuh dan kokoh juga menjadi faktor yang dipilih pembeli.
ADVERTISEMENT
"Adanya ukuran batang yang diminta pembeli. Standar panjang paling tinggi 12 meter, paling rendah 10 meter. Lebarnya enggak ada sih," ujarnya.
Berdasarkan pantauan kumparan (kumparan.com), diameter batang pinang yang dijual rata-rata satu jengkal tangan orang dewasa atau sekitar 15 cm. "Kalau buat lomba lebih enak yang kecil. Makin kecil, makin sulit," ujar Fajar.
Meski tidak mematok standar ukuran, Fajar tetap memastikan kualitas batang pinang yang dijualnya dengan mengecek fisiknya. "Ketika nurunin barang kita lihat satu-satu. Kita lihat dan raba sendiri kan itu. Yang enggak dipakai yang pecah batangnya," kata Fajar.
Selama ini tidak pernah menuai komplain dari pelanggannya. Bahkan Fajar dipercaya menyuplai batang pinang untuk Kementerian Agama dan sebuah perusahaan di Senayan. "Ada juga buat tingkat RT dan RW," ujarnya.
Senada dengan Fajar, Wiwi yang berdagang batang pinang di Manggarai juga mengaku tidak menetapkan standar khusus bagi pinang yang dijualnya.
ADVERTISEMENT
"Enggak (ada standar) karena kan pohon itu tinggi dan lebarnya enggak harus rata, ya sedapatnya saja," ujar Wiwi di tempat jualannya di Manggarai, Jakarta Pusat, Jumat (18/8).
Wiwi menuturkan ukuran dan kualitas batang pinang berbeda-beda. Hal ini mempengaruhi harga jual dan jenis pembelinya.
Batang pinang yang dibeli untuk perlombaan orang dewasa, kata Wiwi, biasanya yang berdiameter besar dengan tinggi 12 meter. "Kalau yang kecil gini kan kurang bagus juga kan buat dipeluk. Biasanya buat lomba-lomba orang dewasa di kantor diambilnya yang gede dan kekar," ujar Wiwi.
Sementara itu, untuk perlombaan anak-anak, batang pinang berdiameter lebih kecil dan tinggi 6-8 meter sudah tergolong aman. "Ada juga yang mereka cari yang kecil karena buat lomba anak-anak. Kalau itu kan buat seru-seruan aja yang meriah," ujar Wiwi.
ADVERTISEMENT
Sama seperti Fajar, Wiwi juga memperhatikan kualitas batang pinang yang dijualnya. Terkadang, 3-5 batang pinang yang ia dapat dari pemasok harus rela tidak dijual karena dinilai tidak layak.
"Yang sekiranya enggak bisa dijual, kita enggak jual. Yang model rapuh karena kemudaan, bengkok, atau pecah. Banyak yang enggak layak jual," kata dia.
Menurut Wiwi, lebih baik menukar batang yang tidak layak pakai daripada kena omel pembeli.
"Alhamdulillah belum ada. Kita juga jual enggak mau yang gimana-gimana. Kalau ada yang pecah dikit mending ditukar. Ini kan menyangkut nyawa orang," kata dia.
Terkait banyaknya kematian akibat lomba panjat pinang, Wiwi berpesan kepada penyelenggara lomba untuk memilih batang yang cocok dengan usia peserta lomba. "Kalau orang kantoran cari yang besar biar mudah dipeluk, kalau anak-anak yang kecil juga biar mudah dia peluk," kata Wiwi.
ADVERTISEMENT
Sementara itu Fajar enggan berkomentar terkait masalah tersebut. "Saya enggak punya komentar. Dari awal adanya panjat pinang itu apa adanya saja, tanpa alat bantu," ujar Fajar.