Arab Saudi Pulihkan Hubungan dengan Iran, Tak Berarti Perselisihan Teratasi

14 Maret 2023 11:12 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Anggota Biro Politik pada Komite Sentral Partai Komunis China Wang Yi (tengah),  bersama Direktur Komisi Hubungan Luar Negeri Iran Ali Shamkhani dan Penasihat Keamanan Nasional Arab Saudi Musaad bin Mohammed Al Aiban. Mereka sepakat menormalisasi hubungan Saudi-Iran.  Foto: China Daily/ via REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Anggota Biro Politik pada Komite Sentral Partai Komunis China Wang Yi (tengah), bersama Direktur Komisi Hubungan Luar Negeri Iran Ali Shamkhani dan Penasihat Keamanan Nasional Arab Saudi Musaad bin Mohammed Al Aiban. Mereka sepakat menormalisasi hubungan Saudi-Iran. Foto: China Daily/ via REUTERS
ADVERTISEMENT
Arab Saudi dan Iran membuat kesepakatan mengejutkan pada Jumat, 10 Maret 2023. Mereka sepakat memulihkan hubungan diplomatik yang terputus sejak 2016 dan membuka kembali kedutaan dalam tempo dua bulan.
ADVERTISEMENT
Kejutan lainnya, kesepakatan ini dimediasi oleh China—seolah menampar pemain utama di Timteng, yaitu Amerika Serikat dan sekutunya.
Apakah kesepakatan ini artinya Arab Saudi dan Iran — yang selama ini dikenal sebagai musuh bebuyutan — telah mengakhiri semua perbedaan di antara mereka?
Menlu Arab Saudi Pangeran Faisal bin Farhan Al Saud Foto: Saudi Press Agency/Handout via REUTERS
Menteri Luar Negeri Pangeran Faisal bin Farhan mengatakan bahwa kesepakatan Arab Saudi dengan Iran untuk memulihkan hubungan diplomatik tidak berarti kedua negara telah mencapai solusi untuk semua perselisihan di antara mereka.
Dia menekankan bahwa perjanjian Saudi-Iran tersebut merupakan keinginan bersama kedua belah pihak untuk "menyelesaikan perselisihan melalui komunikasi dan dialog."
Pangeran Faisal mengatakan ini dalam sebuah wawancara dengan surat kabar Asharq Al-Awsat seperti dikutip dari Saudi Gazette, Selasa (14/3)
ADVERTISEMENT
Dalam wawancara pertamanya sejak kesepakatan, Pangeran Faisal mengatakan dia berharap untuk segera bertemu dengan mitranya dari Iran untuk membangun kesepakatan tersebut.
“Kami sedang bersiap untuk memulihkan hubungan diplomatik kami dalam dua bulan, jadi wajar bagi kami untuk bertukar kunjungan di masa mendatang,” katanya.
Pangeran Faisal mengatakan bahwa hubungan diplomatik merupakan inti dari hubungan antarnegara. Dia juga menekankan bahwa Iran dan Arab Saudi berbagi ikatan dalam hal agama, sejarah, dan budaya.
“Kami, di Kerajaan, berharap untuk membuka babak baru dengan Iran dan memperkuat kerja sama yang akan mengkonsolidasikan keamanan dan stabilitas serta mendorong pembangunan dan kemakmuran, tidak hanya di kedua negara kami, tetapi di seluruh kawasan,” katanya.

Konflik Dua Negara Berpengaruh di Timteng

Kesepakatan Arab Saudi dan Iran diumumkan pada 10 Maret setelah empat hari pembicaraan rahasia antara pejabat tinggi keamanan dari kedua negara di Beijing.
ADVERTISEMENT
Mereka sepakat saling menghormati kedaulatan negara dan tidak melakukan intervensi urusan dalam negeri.
Mengutip Antara, Arab Saudi memutuskan hubungan dengan Iran pada 2016 setelah kedubesnya di Teheran diserbu massa menyusul keputusan Saudi mengeksekusi seorang ulama muslim Syiah.
Arab Saudi juga menyalahkan serangan rudal dan pesawat nirawak di fasilitas minyak mereka pada 2019 dan serangan tanker di perairan Teluk. Tudingan ini disangkal Iran.
Asap mengepul dari fasilitas penyimpanan minyak Aramco setelah serangan di Jeddah, Arab Saudi. Foto: STR/REUTERS
Konflik kedua negara juga berimbas di Yaman. Gerakan Houthi yang bersekutu dengan Iran di Yaman meluncurkan rudal lintas batas dan serangan pesawat nirawak ke Arab Saudi, pemimpin koalisi melawan Houthi.
Pada 2022, kelompok Houthi memperluas serangannya ke Uni Emirat Arab, sekutu Arab Saudi.