Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.1
Arief Rosyid Sentil Hasto soal Samakan Gibran dengan Sopir Pemicu Laka GT Halim
1 April 2024 20:06 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
Komandan TKN Fanta (pemilih muda) Prabowo-Gibran, Arief Rosyid Hasan, menanggapi pernyataan Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto.
ADVERTISEMENT
Hasto sebelumnya menyamakan cawapres peraih suara terbanyak, Gibran Rakabuming Raka, dengan sopir truk pemicu kecelakaan di Gerbang Tol Halim Perdanakusuma.
Arief menilai hal tersebut kurang baik dan tidak berkaitan dengan situasi politik Indonesia. Ia mengatakan, lebih baik berempati kepada para keluarga korban.
"Sebaiknya kita berempati terhadap keluarga yang terdampak kecelakaan di jalan tol Halim kemarin. Apalagi ini bulan Ramadan. Kurang elok menghubungkan musibah orang untuk mencari-cari kaitan yang kurang nyambung dengan konteks politik," kata Arief dalam keterangannya, Senin (1/4).
Selain itu, Arief turut menanggapi pernyataan Hasto yang mengaku PDIP khilaf mencalonkan Gibran sebagai Wali Kota Solo. Arief menjelaskan, hal tersebut menunjukkan sikap ketidakdewasaan dan akan memicu anak-anak muda acuh terhadap politik
ADVERTISEMENT
"Sikap seperti ini sangat tidak dewasa dalam politik. Sikap seperti ini yang membuat anak-anak muda apolitis. Kita tahu bersama, saat itu Mas Gibran dan pasangannya menang 225 ribu suara dibanding lawannya hanya 35 ribu suara. Bagaimanapun, kalau bukan karena sosok Mas Gibran, belum tentu PDIP juga mendominasi di Kota Solo," terangnya.
Lebih jauh, Arief menegaskan Gibran dipilih oleh para pemilih muda. Pasalnya, mereka paham bahwa permasalahan saat ini hanya dapat diselesaikan dengan solusi saat ini juga.
"Fakta inilah juga yang mungkin belum banyak disadari oleh pihak-pihak yang belum move on, belum beradaptasi, dan pola pikirnya masih old school," pungkas dia.
Sebelumnya Hasto bicara soal kematangan secara psikologis dan kedewasaan seorang pemimpin untuk memimpin bangsa.
ADVERTISEMENT
Dia mencontohkan kecelakaan di Gerbang Tol Halim Perdanakusuma pada Rabu (27/3) akibat sopir truk yang belum cukup umur dan tidak mempunyai SIM, berkendara ugal-ugalan.
"Kayak kemarin beberapa hari yang lalu ada kecelakaan, ya seorang anak usia 17 tahun nyupir truk, ternyata SIM dia tidak punya, kedewasaan di dalam menghadapi problematika di jalan raya belum terjadi, hanya gara-gara menyenggol satu mobil dia lari karena kedewasaannya belum tercapai," kata Hasto dalam diskusi 'Sing Waras Sing Menang', Sabtu (30/3).
"Lalu menabrak dan mengenai mobil lainnya. Ini sebagai contoh bagaimana ketika orang hanya berorientasi pada hasil, proses, usia itu diabaikan, maka ini juga berbahaya," lanjutnya.