Arini Subianto: Indonesia Butuh Manusia Berpendidikan

20 Desember 2017 18:03 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
ADVERTISEMENT
Pendidikan adalah salah satu hal yang menjadi perhatian serius Arini Subianto, perempuan terkaya di Indonesia 2017 versi Forbes. Perusahaan induk keluarganya, Persada Capital Investama, dan Yayasan Benny Subianto yang didirikan ayahnya, menggelontorkan dana untuk beasiswa.
“Kami sangat involve dan men-support pendidikan. Saya rasa, pemerintah nggak kuat melakukan itu (memajukan pendidikan) sendiri. Pemerintah butuh swasta untuk mendorong pendidikan negeri, agar semua anak bisa sekolah,” kata Arini di kantornya, Persada Capital, Menara Kadin, Rasuna Said, Jakarta Selatan, Selasa (12/12).
Ia menyatakan, pendidikan juga punya peran vital untuk memutus rantai kemiskinan, sebab ada harapan generasi berikutnya bisa mengenyam pendidikan lebih tinggi, dan dengan demikian hidup lebih baik.
“Bantu dari circle yang paling kecil dulu. Enggak usah muluk-muluk. Anak dari orang yang membantu kita di rumah, anak sopir yang mengantar kita setiap hari, atau anak tukang gojek langganan, atau anak office boy di kantor, bantu. Mulai dari situ aja,” ujar Arini.
ADVERTISEMENT
Hanya dengan menolong satu orang di dekat kita, kata dia, dampaknya bisa terasa hingga generasi berikutnya.
“Satu orang aja ditolong, itu impact-nya akan berlipat ganda. Mungkin kita nggak ngerasain di generasi anak kita. Definitely nggak di generasi kita. Mungkin itu generasi cucu.”
Arini Subianto, wanita terkaya di Indonesia. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
Di sektor pendidikan, Persada Capital Investama selain memberikan bantuan berupa beasiswa dan sekolah gratis, juga mendorong program vokasi untuk menciptakan sumber daya manusia yang siap masuk ke lapangan kerja.
“Yayasan Benny Subianto itu khusus untuk education. Kami support both beasiswa dan endowment fund. Kebetulan ayah saya lulusan ITB,” kata Arini.
ADVERTISEMENT
Bantuan beasiswa dari Yayasan Benny Subianto diberikan cukup intens kepada mahasiswa tidak mampu yang berprestasi di ITB dalam bentuk dana abadi. Bantuan itu diberikan karena di Indonesia, setiap universitas ternama--salah satunya ITB--harus memberikan 20 persen kuotanya bagi mahasiswa tak mampu.
Masalahnya, para mahasiswa tak mampu itu hanya diberi beasiswa pendidikan, namun tanpa solusi tentang bagaimana ia bisa memenuhi kebutuhannya selama kuliah, apakah untuk membeli buku, makan, membayar indekos, atau dan keperluan lain.
“Hal-hal itu sering tidak ter-cover dalam beasiswa ini. Jadi kami support ke ITB dalam 10 tahun ke depan--dana abadi bersama beberapa pengusaha yang lain,” kata Arini.
Institut Teknologi Bandung (ITB). (Foto: Facebook @institutteknologibandung)
Embel-embel wanita terkaya Indonesia yang disematkan Forbes sebetulnya membuat Arini risi. Sebab, seluruh unit usaha yang bernaung di bawah PT Persada Capital Investama adalah milik keluarga. Arini hanya diminta meneruskan usaha yang dirintis ayahnya itu.
ADVERTISEMENT
Terlebih, menyebut-nyebut soal kaya, Indonesia bukannya kelebihan orang kaya. Jumlah penduduk miskin di Indonesia, menurut catatan Badan Pusat Statistik, masih mencapai 27,7 juta jiwa atau 10,64 persen dari total populasi Indonesia pada Maret 2017.
Angka itu bertambah 6.900 orang dibanding pada September 2016 sebanyak 27,76 juta orang (10,70 persen dari keseluruhan populasi).
Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang selalu mencapai 5 persen tidak dirasakan oleh 40 persen masyarakat menengah ke bawah.
Selain itu, BPS melaporkan tingkat ketimpangan atau rasio gini Indonesia sebesar 0,393 per Maret 2017. Angka ini memang turun dibanding September 2016 yang mencapai 0,394, namun dinilai masih cukup tinggi.
International NGO Forum on Indonesia Development (Infid) dan Oxfam pun mencatat, Indonesia merupakan negara dengan ketimpangan tertinggi keenam di dunia, yakni sebesar 84 persen.
ADVERTISEMENT
Menurut Arini, pengentasan kemiskinan memang harus dilakukan bersama-sama, tak bisa hanya diselesaikan oleh pemerintah. Contohnya, kata dia, jika tiap orang Indonesia yang memiliki pendapatan lebih bisa berbagi kepada orang lain, maka itu akan membantu meringankan beban kelompok masyarakat miskin.
Dengan langkah konkret semacam itu, termasuk bantuan pendidikan yang diberikan masif, Arini berharap rantai kemiskinan dapat diputus perlahan, meski tak dapat langsung sekaligus.
Video wawancara lengkap Arini Subianto dapat anda simak di sini.