Artidjo Tak Pernah Bermimpi Menjadi Hakim

1 Juni 2018 16:27 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mantan Hakim Agung Artidjo Alkostar. (Foto:  Fanny Kusumawardhani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Mantan Hakim Agung Artidjo Alkostar. (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
ADVERTISEMENT
Kalau saja Said tidak menawarkannya untuk menjadi mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia Yogyakarta, jalan hidup Artidjo Alkostar mungkin tidak seperti ini. Sedari dulu, Artidjo tak pernah bermimpi menjadi seorang hakim.
ADVERTISEMENT
“Saya SMA-nya pas di Situbondo itu pas di alam. Jadi belajar masalah Kimia lah, ke pertanian, karena lingkungan saya kan lingkungan pertanian. Jadi yang tergambar dalam diri saya dulu adalah pertanian. Jadi setelah lulus SMA, saya akan melamar di Yogyakarta, melalui orang lain, namanya Said," kenang Artidjo saat ditemui kumparan di ruang kerjanya di lantai 8 Gedung Mahkamah Agung Republik Indonesia, Jakarta, Senin (28/5).
Said, adalah salah satu koleganya di FH UII Yogyakarta. Said pula yang turut andil membuat Artidjo tak sengaja mencintai peradilan dan kehakiman.
Aktivitas Alrtidjo Alkostar (Foto: Dok. Artidjo Alkostar)
zoom-in-whitePerbesar
Aktivitas Alrtidjo Alkostar (Foto: Dok. Artidjo Alkostar)
"Said itu, dia dari FH UII, setelah saya titipkan lamaran saya itu, tapi nampaknya pendaftaran fakultas di Universitas Gadjah Mada itu sudah tutup. Lalu si Said bilang sama saya 'bagaimana kalau kamu sambil menunggu pendaftaran pertaniannya tahun depan, kamu masuk saja di FH UII dulu. Enggak apa-apa’' tuturnya.
ADVERTISEMENT
Perlahan, Artidjo mulai kerasan. Berbagai organisasi kemahasiswaan pun ia ikuti.
Artidjo Alkostar (Foto: kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Artidjo Alkostar (Foto: kumparan)
"Lalu saya masuk di FH UII, nampaknya waktu itu saya lulus pertama, dengan senang, gitu ya. Dengan lingkungannya yang oke, setelah itu setelah setahun, saya aktif di kemahasiswaan. Jadi dengan demikian, saya lupa dengan pertanian itu lagi. Sehingga saya tetap melanjutkan di FH itu. Itu peralihannya.” tutur Artidjo, dengan gaya khasnya yang selalu mengepal tangan ketika bicara.
Bahkan setelah lulus S1, pria yang telah 18 tahun mengabdi di Mahkamah Agung itu, malah melanjutkan studi S2 di Northwestern University Chicago dan S3 Universitas Diponegoro Semarang, dengan bidang yang sama.
Aktivitas Alrtidjo Alkostar (Foto: Dok. Artidjo Alkostar)
zoom-in-whitePerbesar
Aktivitas Alrtidjo Alkostar (Foto: Dok. Artidjo Alkostar)
Dan sederet profesi lain yang digeluti; advokat, Direktur Lembaga Bantuan Hukum Yogyakarta (1989-1993), dosen tetap FH UII, hingga Hakim Agung, mewarnai perjalanan dan bukti cinta Artidjo akan studinya.
ADVERTISEMENT
Pria asli Sumenep itu tak sekonyong-konyong menjadi Hakim Agung lalu ditakuti. Semua berawal dari tantangan seorang sahabat, bernama Yusril Ihza Mahendra.
Yusril, menantangnya untuk mendaftarkan diri menjadi Hakim Agung pada tahun 2000. Namun, Artidjo yang berlatarbelakang advokat dan hakim nonkarier itu, sempat ragu.
Artidjo Alkostar. (Foto: kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Artidjo Alkostar. (Foto: kumparan)
“Saya ditelepon oleh Pak Yusril (Ihza Mahendra) ditelepon, 'Mas Artidjo, ini ada daftar hakim agung, itu daftarlah', saya bilang begini, 'tidak gampanglah membenahi pengadilan. saya ini kan advokat, orang lama kan'. Dan Pak Yusril bilang, 'ya jangan banyak ngomong lah, lakukan dong'. Jadi saya terinspirasi dan terdorong untuk itu," tuturnya.
Dia pun dinyatakan lulus usai menjalani serangkai tes. Artidjo diterima menjadi Hakim Agung di Tim Garuda (Pidana). Kemudian, pada 2008 hingga 2014, Artidjo didapuk menjadi Ketua Muda Pidana Umum. Hingga pada 2014, MA memberikan amanah Artidjo, untuk menjabat Ketua Kamar Pidana Mahkamah Agung hingga 2018.
Aktivitas Alrtidjo Alkostar (Foto: Dok. Artidjo Alkostar)
zoom-in-whitePerbesar
Aktivitas Alrtidjo Alkostar (Foto: Dok. Artidjo Alkostar)
Tepat di ulang tahunnya yang ke-70, yakni 22 Mei 2018, Artidjo memasuki purnabakti. Sesuai aturan MA, usia senja mengharuskannya dipensiunkan dengan hormat.
ADVERTISEMENT
Jumat, 1 Juni 2018, Artidjo tak lagi berkantor di MA. Sang 'Judgje Bao' memilih untuk istirahat di kampung halaman.
"Jadi, angkatan saya pak Bagir Manan, Pak Muladi, angkatan saya. Sehingga di angkatan 2000 ini saya terakhir, pensiun di MA ini,” ungkapnya.