Asa Melestarikan Senandung Jolo, Seni Sastra Tutur Muaro Jambi

14 Desember 2022 7:30 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mutia Lestari Zurhaz, penerima program Dana Indonesiana, bersama para maestro dan anak-anak Kelurahan Tanjung Kumpeng, Kabupaten Muaro Jambi, dalam kegiatan Pelatihan Bersama Maestro. Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Mutia Lestari Zurhaz, penerima program Dana Indonesiana, bersama para maestro dan anak-anak Kelurahan Tanjung Kumpeng, Kabupaten Muaro Jambi, dalam kegiatan Pelatihan Bersama Maestro. Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
Meski budaya pop tengah berkembang pesat, remaja di Muaro Jambi justru tertarik mempelajari Senandung Jolo.
ADVERTISEMENT
Mereka berkumpul di Sanggar Seni Mengorak Silo di Kelurahan Tanjung, Kecamatan Kumpeh Ilir, Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi untuk belajar merangkai bait-bait syair bersama para maestro, Nek Maryam, Wak Degum, dan Wak Zuhdi.
Seperti saat itu, para remaja terlihat sedang berlatih bejolo dengan melantunkan syair-syair indah Senandung Jolo. Dengan diiringi alat musik gendang, gong, dan rebana juga ketukan yang berasal dari kayu mahang, mereka belajar menyatukan rima dan ketukan agar harmonis.
ADVERTISEMENT
Senandung Jolo merupakan karya seni sastra tutur berupa pantun yang dinyanyikan. Sejak 2014 lalu, Senandung Jolo sudah ditetapkan sebagai warisan budaya takbenda (WBTb) dari Muaro Jambi.
Awalnya, kesenian ini hanyalah ungkapan curahan hati saat tengah menunggu sawah atau pada saat pergi memancing. Namun karya seni ini berkembang menjadi seni pertunjukan berupa syair pantun yang dinyanyikan secara berbalasan, lengkap dengan iringan alat musik pukul.
Sejumlah anak remaja sedang berlatih Senandung Jolo di Sanggar Mengorak Silo, Kumpeh Ilir, Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi. Foto: Dok. Istimewa
Upaya Pelestarian Senandung Jolo
Seorang guru honorer, Mutia Lestari Zurhaz, memiliki kepedulian untuk memajukan kebudayaan, khususnya Senandung Jolo.
Mutia berinisiatif mengajukan kegiatan pelestarian ini melalui program Dana Indonesia dengan kategori Dokumentasi Karya dan Pengetahuan Maestro. Hingga akhirnya proposal itu diterima oleh Kemendikbudristek.
Program Dana Indonesia ini berada di bawah naungan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) dan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP).
ADVERTISEMENT
Dengan lolosnya proposal Mutia, maka para Maestro bisa mendapatkan ruang untuk mengajarkan karya budaya Senandung Jolo kepada generasi muda dengan program Dana Indonesia.
"Kesempatan ini kami gunakan untuk mengajarkan syair dan pantun yang dituturkan, memilih kayu, dan membuat alat musik gambang yang biasa digunakan untuk pertunjukan musik Senandung Jolo," kata Wak Zuhdi, salah satu Maestro Senandung Jolo.
Wak Zuhdi, salah satu maestro seni Senandung Jolo, sedang menulis syair dan pantun untuk melatih generasi muda dalam Pelatihan Bersama Maestro. Foto: Dok. Istimewa
Proses latihan dan upaya pelestarian ini turut didokumentasikan menjadi sebuah karya film dokumenter. Program ini disebut “Pendokumentasian Pengetahuan Maestro Senandung Jolo”. Nantinya di sesi akhir akan dilaksanakan pemutaran film dokumenter, pementasan, dan seminar.
"Sebanyak 20 anak muda asal Kelurahan Tanjung-Kumpeh ini memiliki semangat untuk belajar dengan Nek Maryam, Wak Degum, dan Wak Zuhdi. Penutur muda ini memilih menjadi pemain, bukan penonton. Mereka memilih menjadi subjek, bukan sebagai objek," kata Mutia.
ADVERTISEMENT
Sebagai fasilitator, Mutia ingin semangat belajar Senandung Jolo yang dimiliki anak-anak tidak pupus dan terus didukung penuh oleh Pemerintah Kabupaten Muaro Jambi dan Pemprov Jambi.
Menurutnya pemerintah harus kooperatif dan membentuk sebuah regulasi mengenai upaya regenerasi penutur muda. dengan menyusun menyusun bahan ajar tentang kekayaan budaya yang dimiliki oleh Kabupaten Muaro Jambi.
Dengan begitu masyarakat akan menjadikan kebudayaan hidup dan berkembang di tengah masyarakat. Sehingga Senandung Jolo bisa terus diwariskan dari generasi ke generasi.