Asa Siswa-Guru SD Pedalaman Kejar Ketertinggalan dengan Pembelajaran Fleksibel

28 November 2022 9:44 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Proses belajar mengajar di SDN 005 Tanjung Palas Timur, Kab. Bulungan, Kalimantan Utara. Foto: Kemendikbudristek
zoom-in-whitePerbesar
Proses belajar mengajar di SDN 005 Tanjung Palas Timur, Kab. Bulungan, Kalimantan Utara. Foto: Kemendikbudristek
ADVERTISEMENT
Tidak mudah bagi anak-anak buruh sawit di SDN 005 Tanjung Palas Timur, Kabupaten Bulungan, Kalimantan Utara, untuk mendapatkan pendidikan yang berkualitas.
ADVERTISEMENT
Setiap hari, mereka harus menempuh jarak puluhan kilometer untuk menuju sekolah mereka di Desa Sajau Hilir. Jalanan rusak, menanjak, dan berliku hanyalah sebagian kecil dari perjuangan mereka untuk tetap bersekolah.
Tantangan pendidikan anak-anak Tanjung Palas Timur tidak berhenti sampai di situ. Berdasarkan hasil pendataan sekolah yang dicatat tim Program Inovasi untuk Anak Sekolah Indonesia (INOVASI), ada 11 persen siswa yang tidak mengikuti pembelajaran.
Setelah ditelisik, sebagian anak tersebut rupanya ada yang dibawa orang tuanya pergi jauh untuk bekerja, berkebun ke tengah hutan, merantau, bahkan dititipkan ke keluarga lain karena orang tuanya menjadi pekerja migran ilegal di Malaysia.
Proses belajar mengajar di SDN 005 Tanjung Palas Timur, Kab. Bulungan, Kalimantan Utara. Foto: Kemendikbudristek
Kendala pendidikan anak-anak buruh di SDN 005 Tanjung Palas Timur kemudian diperparah dengan pandemi COVID. Pandemi memukul mundur kemampuan belajar siswa.
ADVERTISEMENT
Meskipun 89 persen siswa masih bisa belajar secara daring dan luring, tetapi mereka tidak dapat mencapai kompetensi yang diharapkan dan mengalami kehilangan kemampuan belajar (learning loss) yang besar.
Kepala SDN 005 Tanjung Palas Timur, Ludiah Liling, menyadari kondisi kehilangan kemampuan belajar tidak hanya dialami para siswa. Namun, guru pun mau tidak mau harus menyesuaikan kembali caranya mengajar saat luring, setelah sekian lama mengajar secara daring.
Ludiah pun menyadari makin besar ketertinggalan siswa dalam memahami dan menguasai pelajaran, makin besar pula dampaknya dalam proses pembelajaran ke depannya.
Fenomena tersebut dikenal dengan “Efek Matthew” dalam pendidikan. Siswa yang sudah paham akan makin paham, sedangkan siswa yang tidak paham akan makin tertinggal.
ADVERTISEMENT
Sembilan tahun berkarya sebagai kepala sekolah, Ludiah tak lantas tinggal diam. Dia berupaya untuk mencari jalan keluar atas masalah tersebut. Solusinya, menurut Ludiah, harus berangkat dari guru.

Merdeka Belajar Sebagai Solusi

Mendikbud Nadiem Makarim pada acara Peluncuran Kebijakan Merdeka Belajar. Foto: Darin Atiandina/kumparan
Secercah harapan pun muncul ketika Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) meluncurkan Merdeka Belajar Episode ke-15: Kurikulum Merdeka dan Platform Merdeka Mengajar demi memulihkan pembelajaran pascapandemi.
Ludiah melihat hal tersebut sebagai jalan keluar bagi pemulihan pembelajaran di satuan pendidikannya.
“Pemulihan guru bisa dilakukan lewat sistem manajerial yang efektif dan menyenangkan. Strateginya dengan mengimplementasikan Kurikulum Merdeka,” jelas Ludiah.
Langkah itu ia ambil karena menurutnya, Kurikulum Merdeka dapat memberikan fleksibilitas bagi para guru dalam menentukan materi belajar. Guru dapat lebih fokus pada materi esensial, sehingga proses belajar menjadi lebih mendalam, bermakna, dan menyenangkan.
ADVERTISEMENT
Hal tersebut selaras dengan arah perubahan kurikulum yang disampaikan Mendikbudristek Nadiem Anwar Makarim pada saat peluncuran Merdeka Belajar Episode ke-15: Kurikulum Merdeka dan Platform Merdeka Mengajar secara daring pada 11 Februari 2021.
“Arah perubahan kurikulum yang termuat dalam Merdeka Belajar Episode 15 ini adalah struktur kurikulum yang lebih fleksibel, fokus pada materi yang esensial, memberikan keleluasaan bagi guru menggunakan berbagai perangkat ajar sesuai kebutuhan dan karakteristik peserta didik," terang Nadiem kala itu.
"Serta Platform Merdeka Mengajar yang menyediakan berbagai referensi bagi guru untuk terus mengembangkan praktik mengajar secara mandiri dan berbagi praktik baik,” imbuhnya.
Ilustrasi belajar di sekolah. Foto: Iggoy el Fitra/Antara Foto
Untuk menguatkan pemulihan pembelajaran di sekolahnya, Ludiah merancang empat strategi implementasi Kurikulum Merdeka. Pertama, menyegarkan kembali kemampuan pedagogi guru melalui pelatihan berbasis kelompok kerja guru (KKG).
ADVERTISEMENT
Kedua, memanfaatkan komunitas belajar tingkat sekolah sebagai forum bagi guru untuk merefleksikan pembelajaran. Ketiga, melakukan asesmen awal secara masif dan terjadwal.
Keempat, menggunakan hasil asesmen untuk mendesain pengelompokkan siswa dan menentukan materi pembelajaran terdiferensiasi.
Orang tua, guru, pemda, dan publik dapat mempelajari lebih lanjut kebijakan kurikulum di Indonesia melalui kurikulum.kemdikbud.go.id. Publik pun dapat mengakses berbagai regulasi, panduan, dan praktik baik Kurikulum Merdeka pada laman tersebut.