Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.95.1
ADVERTISEMENT
Di tengah maraknya perbincangan terkait usulan bahasa Melayu sebagai bahasa kedua ASEAN , diskusi tentang asal-usul bahasa negeri jiran tersebut turut menjadi sorotan.
ADVERTISEMENT
Banyak pula orang yang masih kebingungan atas perbedaan antara bahasa Indonesia dan bahasa Melayu. Karena kedua bahasa ini memiliki banyak persamaan, ada juga yang berpikir bahwa perbedaan diantaranya hanya seputar logat, pelafalan kata, dan beberapa kosakata.
Nyatanya, kedua bahasa ini sangat berbeda.
Berikut adalah rangkuman tentang sejarah bahasa Indonesia dan bahasa Melayu yang dikumpulkan oleh kumparan dari beberapa sumber.
Bahasa Indonesia
Menurut informasi yang dipublikasikan oleh Kemdikbud, bahasa Indonesia lahir tepatnya pada tanggal 28 Oktober 1928. Pada rapat pemuda-pemudi dari seluruh Indonesia tersebut, munculah Sumpah Pemuda, yang poin terakhirnya berbunyi: "menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia".
Bahasa Indonesia merupakan evolusi atau perkembangan dari bahasa Melayu Kuno. Namun, bahasa Indonesia di zaman modern memiliki karakteristik yang sangat berbeda dengan bahasa Melayu karena telah banyak dicampur dengan bahasa asing.
ADVERTISEMENT
Situs resmi pemerintah indonesia.go.id menyatakan bahwa Indonesia telah "meminjam" ribuan kosakata dari bahasa asing, termasuk:
"Dengan kata lain, bahasa Indonesia ialah produk budaya hibrida," tulis situs resmi tersebut, dalam sebuah artikel yang berjudul 9 dari 10 Bahasa Indonesia adalah Asing. "Maka bentuk nasionalisme Indonesia sebenarnya bersifat kosmopolitan."
Bahwa Indonesia memiliki banyak kosakata asing bisa dikaitkan dengan masa kolonial, serta sejarah perdagangan multinasional yang panjang.
Bahasa Melayu
Lain dengan bahasa Indonesia, bahasa Melayu sendiri tidak terlalu sering "meminjam" kosakata dari wilayah-wilayah asing. Bahasa Melayu telah digunakan hampir di seluruh Asia Tenggara sejak abad ke-7.
ADVERTISEMENT
Bukti ini terpampang pada beberapa prastasi bertulislkan huruf Pranagari dalam bahasa Melayu Kuno. Misalnya, prastasi di Kedukan Bukit di Palembang (683 M), Kota Kapur di Bangka Barat (686 M), dan Karang Bahi di Jambi (688 M).
Pada jaman Sriwijaya, bahasa Melayu disebut sebagai bahasa Kou-luen oleh ahli sejarawan China yang berkujung di masa itu, I-Tsing. Sebutan-sebutan lain termasuk K'ouen-louen, Kw'enlun, Kun'lun, dan Koen-luen. Semua ini dapat di temukan di kitab suci Tiongkok kuno, Yi Jing (atau I Ching).
Walaupun awalnya bahasa Melayu digunakan untuk belajar agama Budha, dengan masuknya Islam pada abad ke-13 ke Nusantara, bahasa tersebut akhirnya digunakan untuk menyebarkan agama Islam.
Bahasa Melayu lalu masuk dan dipakai di sebagian besar wilayah Nusantara. Ia turut menyerap beberapa kata dari negara asing, terutama Sansekerta, Persia, dan Arab. Namun, karena bahasa Melayu adalah bahasa asal untuk bahasa Indonesia, banyak yang percaya bahwa Melayu tetap lebih "murni" dibanding bahasa Indonesia.
ADVERTISEMENT
Pada dasarnya, bahasa Melayu adalah warisan budaya untuk banyak sekali negara-negara di Asia Tenggara.