Asal Usul Halloween: Ritual Kuno Bangsa Kelt yang Kini Menjadi Pesta Kostum

31 Oktober 2022 17:59 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi keluarga merayakan Halloween bersama Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi keluarga merayakan Halloween bersama Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Halloween biasa diperingati di sejumlah negara seperti Amerika Serikat, Inggris, dan negara-negara Asia. Perayaan tiap 31 Oktober itu identik dengan pesta berdekorasi horor dan lampu labu serta pesta kostum.
ADVERTISEMENT
Salah satu tradisi tertua di dunia itu ternyata berhubungan dengan ritual kuno saat pergantian musim panas ke musim dingin. Bagaimana sejarahnya?
Dikutip dari World History, perayaan Halloween memiliki makna menghormati mereka yang telah meninggal. Setiap negara pun memiliki cara masing-masing untuk merayakannya.
Nah, Amerika Serikat dan Kanada merupakan dua negara dengan pesta Halloween paling populer. Budata tersebut rupanya dapat ditelusuri dari zaman bangsa Kelt atau “Celtic”, yakni salah satu leluhur bangsa Eropa.

Berangkat dari Festival Samhain

Festival Samhain Halloween. Foto: Borowy Piotr/Shutterstock
Halloween di Barat bermula dari festival Samhain, yakni festival Tahun Baru bangsa Celtic. Samhain sendiri memiliki arti berakhirnya musim panas dan festival tersebut menandai berakhirnya musim panen. Bangsa Kelt percaya bahwa pada saat itu, batas antara mereka yang hidup dan mati berada pada titik yang paling tipis.
ADVERTISEMENT
Mereka yang sudah meninggal dipercaya bisa kembali ke dunia. Selain itu, para arwah yang masih bergentayangan, mungkin saja berinteraksi dengan manusia yang hidup untuk mengucapkan selamat tinggal. Di belahan bumi utara, perayaan ini diadakan mulai dari malam 31 Oktober sampai 1 November.
Pada abad ke-5, Festival Samhain mendapat pengaruh Kristen dengan kemunculan simbol pagan, kuil, festival, legenda, hingga ikonografi. Pada abad ke-8, Paus Gregorius menetapkan 1 November sebagai hari untuk menghormati semua orang kudus atau All Saints Day dengan memasukkan beberapa tradisi Samhain. Malam sebelum All Saints Day juga dikenal sebagai All Hallows Eve yang kini populer dengan Hari Halloween.
Peringatan Halloween terus dirayakan di berbagai belahan dunia. Di Inggris, Halloween mendapat pengaruh Kristen Protestan dan disebut dengan “Hari Guy Fawkes”. Malam Guy Fawkes dirayakan oleh warga dari berbagai usia. Selain menyalakan api unggun, anak-anak dan orang-orang miskin mengetuk pintu orang-orang sekitar sambil menggunakan masker dan meminta uang. Pada masa itu, mereka tak segan mengancam dengan vandalisme jika ditolak.
ADVERTISEMENT

Munculnya Labu Jack-O’-Lantern dan ‘Trick or Treat’

Kamu sering melihat lampu dari labu oranye yang dibentuk menyerupai wajah seram di hari Halloween? Labu yang disebut “jack-o’-lantern” itu berasal dari legenda asal Irlandia, Stingy Jack.
Jack disebut sebagai seorang pemabuk dan penipu pintar yang membodohi iblis dengan melarang dirinya masuk neraka, namun dirinya sendiri gagal masuk surga lantaran hidupnya penuh dosa. Usai kematiannya, Jack gentayangan sambil membawa lentera kecil yang terbuat dari lobak dengan bara merah dari neraka di dalamnya untuk menerangi jalan.
Labu Halloween. Foto: Romolo Tavani/Shutterstock
Pada suatu pagi usai Halloween di tahun 1912, seorang wanita dari desa Hiawatha, Kansas bernama Elizabeth Krebs lelah mendapati kebunnya dan seluruh kota dirusak setahun sekali oleh anak-anak yang memakai topeng. Dia pun membuat pesta untuk anak muda dengan harapan anak-anak bakal lelah, sehingga tak punya energi untuk merusak kebun lagi.
ADVERTISEMENT
Tahun 1914, dia melibatkan seluruh kota, mengundang band, mengadakan kontes kostum serta parade untuk perayaan Halloween. Usaha itu pun berhasil.
Berita tentang suksesnya perayaan Halloween itu tersiar hingga ke luar Kansas. Kota-kota lain lantas mengadopsi konsep pesta Halloween yang sama.
Praktik meminta permen atau “Trick or treat” muncul sekitar tahun 1927 di Kanada. Kala itu, anak-anak mengetuk pintu dari rumah ke rumah meminta permen sebagai imbalan.
Halloween pun berkembang sebagai hari libur komunitas sekuler tanpa dikaitkan dengan agama maupun tradisi tertentu. Perayaannya masih fokus pada pesta kostum dan topeng yang dibalut cerita horor dan kematian.
Meski banyak mengalami perkembangan, perayaan Halloween dinilai masih sejalan dengan apa yang diwariskan bangsa Kelt kuno ribuan tahun yang lalu. Itu karena, pemakaian topeng dan pesta kostum dianggap merepresentasikan rasa takut dan harapan untuk bertemu lagi dengan arwah yang sudah meninggal.
ADVERTISEMENT