Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Asal Usul Nama Bener Meriah, Kabupaten Tempat OTT KPK
5 Juli 2018 16:48 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:07 WIB
ADVERTISEMENT
Dalam beberapa hari belakangan Kabupaten Bener Meriah , Aceh, menjadi sorotan secara nasional. Ahmadi, bupati kabupaten hasil pemekaran dari Aceh Tengah itu ditangkap KPK karena diduga menyuap Gubernur Aceh Irwandi Yusuf.
ADVERTISEMENT
Nama Bener Meriah bagi masyarakat Aceh mungkin terdengar awam. Namun, secara nasional nama kabupaten itu cukup menarik.
Sejarawan Universitas Syah Kuala Banda Aceh, Husaini Ibrahim, menyebutkan nama Bener Meriah ada kaitannya dengan Kerajaan Linge yang pernah berdiri di kawasan Aceh Tengah. Kerajaan yang terbentuk pada 1025 M itu adalah punya pengaruh besar dalam membentuk budaya masyarakat yang kini ada dalam Kabupaten Bener Meriah.
“Bener Meriah merupakah maharaja salah satu keturunan raja dari Kerajaan Linge di wilayah Aceh Tengah. Bukti sejarah Kerajaan Linge masih ada sampai sekarang. Nah Bener Meriah (Beuner Meuria) itu, adalah salah satu keturunan dari dia," kata doktor arkeologi dari Universiti Sains Malaysia itu kepada kumparan, Kamis (5/7).
ADVERTISEMENT
Pernyataan Husaini senada dengan yang dituliskan sejarawan Aceh lainnya, M Junus Djamil. Dalam bukunya yang berjudul Gadjah Putih Iskandar Muda, Junus menceritakan, Beuner Meuria adalah seorang putra Raja Linge XIII. Dia punya seorang adik bernama Sengeda
Saat ayahnya meninggal dunia, ibu Beuner Meuria membawa kedua anaknya yang masih kecil ke kawasan Kesultanan Aceh Darussalam. Setelah dewasa, Beuner Meuria dan Sengeda kembali ke Linge untuk meminta tahta yang ditinggalkan ayahnya. Namun Raja Linge XIV yang merupakan kakak dari Raja Linge XIII malah menuduh Beuner Meuria dan Sengeda hendak merebut tahtanya. Beuner Meuria dan Sengeda kemudian dihukum mati.
Berdasarkan legenda setempat, Beuner Meuria tidak mati, tapi berubah wujud menjadi gajah putih dan mendiami hutan Tanah Gayo. Sedangkan Sengeda diselamatkan eksekutornya.
ADVERTISEMENT
Keberadaan gajah putih di hutan Gayo sampai ke telinga Sultan Aceh, Alaidin Ria’yah II. Dia meminta agar gajah itu dihadiahkan ke Kesultanan Aceh Darussalam.
Saat diserahkan ke Sultan Aceh, gajah itu malah mengamuk. Binatang yang dipercaya sebagai jelmaan Beuner Meuria itu baru jinak setelah adiknya datang.
Kehebatan Sengeda menjinakkan gajah putih yang dianggap magis membuat Sultan Aceh bertanya-tanya. Sengeda kemudian menceritakan, gajah putih itu adalah kakaknya yang dibunuh Raja Linge XIV.
Sultan Aceh lalu memerintahkan agar Raja Linge XIV dihukum mati. Namun, Ibu Beuner Meuria memaafkannya sehingga hanya dibebankan membayar diyat (denda). Sedangkan Sengeda diangkat menjadi Raja Linge XV.
Untuk mengenang Sengeda dan gajah putih dari Tanah Gayo, nama Beuner Meuria diabadikan menjadi nama Kabupaten Bener Meriah. Kisah ini juga dituangkan dalam syair Mude Kala.
ADVERTISEMENT
Live Update