Asal-usul Restoran 'Melayang' yang Diadopsi Lounge in The Sky

30 Maret 2022 18:44 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pengunjung menikmati suasana dari ketinggian di Lounge in the Sky Indonesia di Jakarta, Selasa (29/3/2022). Foto: Sigid Kurniawan/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Pengunjung menikmati suasana dari ketinggian di Lounge in the Sky Indonesia di Jakarta, Selasa (29/3/2022). Foto: Sigid Kurniawan/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sebuah restoran 'melayang' di kawasan Semanggi, Jakarta Selatan, tengah menuai perhatian publik. Restoran bernama Lounge in The Sky itu menawarkan pengalaman menikmati makanan sambil melihat pemandangan Ibu Kota dari ketinggian 50 meter.
ADVERTISEMENT
Nantinya pengunjung yang datang akan memasuki restoran yang diangkat dengan menggunakan crane. Nah, crane itu juga akan mengangkat 8 buah meja yang dapat diisi oleh 32 orang untuk menikmati santapan di atas ketinggian.
Jauh sebelum terwujud di Indonesia, konsep restoran 'melayang' itu pertama kali muncul di kepala David Ghyles di tahun 2004 silam. David merupakan pemilik perusahaan pemasaran asal Belgia yang membayangkan orang dapat makan malam di udara.
Dikutip dari destinationluxury, ide unik itu kemudian ia pitching (presentasikan) ke Jeunes Restaurateurs d'Europe Association. Ide tersebut rupanya dapat disukai klien. Praktis, David harus memutar otak untuk merealisasikan ide tersebut.
Pengunjung menyantap makanan dari ketinggian di Lounge in the Sky Indonesia di Jakarta, Selasa (29/3/2022). Foto: Sigid Kurniawan/ANTARA FOTO
David lalu sadar bahwa ide itu tak bisa ia eksekusi sendiri. Alhasil, ia kemudian berjumpa dengan ahli kontruksi bernama Stefan Kerkhof. Maka, dari sanalah ide itu kemudian dapat direalisasikan dengan baik. Pada tahun 2006, sebuah restoran di Belgia benar-benar dapat diangkat dengan crane.
ADVERTISEMENT
Restoran pertama yang mengadopsi ide David itu bernama Dinner in The Sky Belgium. Di tahun yang sama, Majalah Forbes memasukan restoran tersebut ke dalam 10 restoran terunik di dunia.
Keberhasilan David kemudian membawa berkah bagi dirinya. Sejumlah perusahaan mulai tertarik untuk mengadopsi konsep yang ia miliki. Dus, David pun kemudian mendirikan sebuah perusahaan bernama Events in The Sky (EITS). Perusahaan itu menjalankan bisnis waralaba restoran di atas langit yang dikenal dengan nama Dinner in The Sky (DITS).
Dikutip dari situs resminya, dinnerinthesky.com, bisnis David tak saja merambah Eropa, tetapi juga di Australia, Jepang, India, Duba, Afrika Selatan, Brazil, AS, Meksiko, hingga China. Terbaru tentu saja adalah Indonesia.
ADVERTISEMENT
Di Indonesia, Lounge in The Sky diboyong oleh Mangkuluhur City dengan berkolaborasi bersama DITS Asia dan restoran Boca Rica.
Keamanan Lounge in The Sky pun dijamin dengan standar German norm DIN 4112. Standar tersebut sudah digunakan selama 16 tahun terakhir di lebih dari 60 negara.
Berdasarkan penelusuran kumparan, berita mengenai adanya insiden yang menimpa waralaba restoran itu pun hasilnya nihil. Memang ada sebuah video mengenai restoran yang jatuh saat diangkat crane di wilayah Timur Tengah, tetapi video tersebut merupakan hoaks.