Asep Herna Masuki Alam Bawah Sadar Peserta kumparan Diskusyen

23 Februari 2019 17:04 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Instruktur hipnoterapi, Asep Herna saat memberikan materi kepada peserta kumparan Diskusyen di Teater Salihara, Pasar Minggu, Jakarta. Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Instruktur hipnoterapi, Asep Herna saat memberikan materi kepada peserta kumparan Diskusyen di Teater Salihara, Pasar Minggu, Jakarta. Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
ADVERTISEMENT
Copywriting merupakan salah satu skill yang dibutuhkan para content creator. Dengan skill ini, seorang content creator mampu menciptakan kata-kata yang persuasif, lalu membuat seseorang yang membacanya dapat melakukan apa saja sesuai dengan apa yang diinginkan.
ADVERTISEMENT
Meski demikian, ada yang lebih dahsyat dibanding copywriting. Skill itu bernama hypnotic copywriting. Terdengar misterius ya? Tenang saja, Creative Director dan Certified Hypnoterapist Asep Herna berbagi pengetahuan tentang skill ini di hadapan para peserta workshop kumparan Diskusyen.
"Hipnotic copywriting bisa kita pahami secara simpel, (yakni) sebuah metode penulisan yang targetnya adalah menembus langsung alam bawah sadar audiens yang mampu menggerakkan mereka," jelas Asep di Teater Salihara, Pasar Minggu, Jakarta, Sabtu (23/2).
Creative Director dan Certified Hypnotherapist, Asep Herna saat memberikan materi kepada peserta kumparan Diskusyen di Teater Salihara, Pasar Minggu, Jakarta. Foto: Nugroho Sejati/kumparan
Mengutip ahli komunikasi bernama Jim Rohn, Asep memaparkan bahwa sebenarnya komunikasi kepada orang lain lewat pesan-pesan rasional itu efektivitasnya hanya 12 persen saja. Oleh sebab itu, kata dia, komunikasi yang lebih efektif justru berada pada dimensi di luar rasionalitas.
ADVERTISEMENT
"Sementara ketika komunikasi kita menyentuh rasa, menyentuh emosi, menyentuh jiwa audiens kita, komunikasi kita mampu menggerakan (orang) efektivitasnya sekitar 80 persen," ujarnya.
Sentuhan komunikasi lewat rasa, emosi, dan jiwa audiens inilah, lanjut Asep, yang berhubungan dengan alam bawah sadar audiens. Selain itu, kebiasaan dan kecanduan seseorang terhadap sesuatu pun lahir atau dibentuk secara alam bawah sadar tersebut.
"Ketika kita mau menciptakan satu pola, satu habit, minimal kita lakukan itu berulang tiga kali. Itu hukum pikiran. Itu sebabnya kalau kita lihat di sebuah pertunjukan hipnotis, dia selalu mengulang pesan tiga kali. Itu untuk menciptakan sebuah pola, sebenarnya," kata Asep.
Peserta workshop kumparan Diskusyen di Teater Salihara, Pasar Minggu, Jakarta Foto: Nugroho Sejati/kumparan
Menariknya lagi, Asep ternyata tidak cuma bicara saja tentang teori. Para peserta kumparan Diskusyen ikut diajak mempraktikkan teknik menyampaikan pesan yang bisa menyasar alam bawah sadar orang lain.
ADVERTISEMENT
Para peserta yang hadir di kumparan Diskusyen diminta untuk mengikuti hal-hal yang dikatakan Asep. Para peserta mulanya mengira ini hanya sebuah games atau permainan saja, namun ternyata lebih dari itu.
"Tutup mata dalam hitungan tiga ke satu, 3, 2, 1. Tarik napas yang pelan dari hidung, tahan di kepala hembuskan lewat mulut. Biarkan diri rileks, nyaman, dan tenang. Fokuskan pikiran Anda di kedua kelopak mata Anda, bayangkan di kedua kelopak mata Anda mengalir lem yang sangat keras dalam imajinasi Anda," ujar Asep yang kemudian diikuti peserta.
Creative Director dan Certified Hypnotherapist, Asep Herna saat memberikan sesi hipnoterapi kepada peserta workshop kumparan Diskusyen di Teater Salihara, Pasar Minggu, Jakarta. Foto: Nugroho Sejati/kumparan
Tentu saja, Asep sedang melakukan hipnotis kepada para peserta. Kata-kata yang dia sampaikan berulang kali tersebut mewujud menjadi sebuah realitas tersendiri. Sehingga, membuat sebagian peserta tidak bisa membuka matanya.
ADVERTISEMENT
Lewat demonstrasi ini, Asep ingin menunjukkan bahwa dengan kata-kata yang terstruktur dan diulang-ulang, orang bisa terpengaruh begitu saja. Selain itu emosi juga penting untuk diangkat dalam komunikasi karena kemungkinan orang terpengaruh akan lebih tinggi.
"Kalau kita sudah tahu mekanisme pikiran seperti ini, kira-kira konten kita atau komunikasi branding kita yang lebih efektif itu yang emosional. Oleh karena itu, orang-orang iklan biasanya (bikin iklan) yang diangkat emosional benefit-nya," jelas Asep.
Creative Director dan Certified Hypnotherapist, Asep Herna saat memberikan materi kepada peserta workshop kumparan Diskusyen di Teater Salihara, Pasar Minggu, Jakarta. Foto: Nugroho Sejati/kumparan
Tak hanya pengulangan dan menyentuh emosi, kata dia, kalimat yang kita buat untuk melakukan hipnotic copywriting juga harus mengandung rima, asosiasi (metafor, personifikasi, dan analogi), dan proses klimaks-antiklimaks dalam memilih diksi.
"Dengan teknik ini, notabene data bohong pun, bisa menjadi realitas," pungkasnya.
ADVERTISEMENT
kumparan Diskusyen merupakan sebuah workshop dari kumparan x YouTube. Acara ini merupakan wadah bagi mereka yang mau belajar bagaimana menjadi content creator.
Acara ini dimeriahkan dengan sejumlah narasumber yang berkecimpung di industri kreatif. Mulai dari Budiman Hakim (Story Teller dan Creative Director), Dimas Djayadiningrat (Sutradara dan Penata Artistik), Agung Hapsah (YouTuber), serta Asep Herna (Creative Director dan Certified Hypnotherapist).