Asma Dewi Kembali Hirup Udara Segar setelah 90 Hari Ditahan

18 Februari 2018 13:17 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:11 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Asma Dewi Ali Hasjim (Foto: Facebook/Asma Dewi Ali Hasjim)
zoom-in-whitePerbesar
Asma Dewi Ali Hasjim (Foto: Facebook/Asma Dewi Ali Hasjim)
ADVERTISEMENT
Terdakwa kasus ujaran kebencian, Asma Dewi, keluar dari Rutan Pondok Bambu, Minggu (18/2) setelah menjalani masa penahanan di pengadilan selama 90 hari. Ia keluar sekitar pukul 09.00 WIB dengan dijemput oleh beberapa anggota keluarga serta kuasa hukumnya, Nurhayati.
ADVERTISEMENT
Kasi Pidum Kejadi Jakarta Selatan, Dedying, menyebutkan hal tersebut sudah sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Pasal 26 ayat (4) KUHAP.
"Ini kan penahanan hakim karena ancamannya di bawah 9 tahun, tidak bisa diperpanjang ke Pengadilan Tinggi. Jadi, masa penahanannya 40-60 hari, itu saja. Karena memang ancamannya dibawah 9 tahun, tidak bisa diperpanjang (masa penahanannya)," ujar Dedying kepada kumparan (kumparan.com), Minggu (18/2).
Ia menjelaskan, perpanjangan masa tahanan baru bisa dikenakan bagi tersangka yang dituntut dengan ancaman hukuman di atas 9 tahun saja. Sementara, ancaman hukuman bagi Asma Dewi hanya 6 tahun saja.
"Ini kan ancaman cuman 6 tahun, jadi enggak bisa diperpanjang. Kita tunggu di pledoi hari Selasa (20/2) mendatang aja," ujar Dedying.
ADVERTISEMENT
Sekitar pukul 12.00 WIB kumparan (kumparan.com) mencoba mendatangi kediaman Asma Dewi di Kompleks Polri Ampera Raya Jalan A Nomor 17, Jakarta Selatan. Rumah dua lantai berwarna hijau tersebut terlihat sepi, hanya ada sebuah mobil dan sepeda motor yang terparkir di garasi rumah.
Sayangnya, tidak ada pihak keluarga yang bisa dikonfirmasi mengenai kepulangan Asma Dewi tersebut. Sementara, beberapa warga sekitar kediaman Asma Dewi mengaku belum tahu soal kabar tersebut.
Sebagai informasi, Asma Dewi yditangkap Bareskrim Polri pada September 2017 di rumahnya. Ia diduga terlibat dalam kelompok Saracen yang meraup keuntungan dengan memproduksi berita palsu.