Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.92.0
Asma, Istri Assad yang Tumbang: Dulu Dijuluki 'Mawar', Sekarang 'Lady Macbeth'
11 Desember 2024 8:11 WIB
·
waktu baca 5 menitADVERTISEMENT
Tumbangnya Bashar Al-Assad otomatis sorotan juga jatuh ke Asma, istri Assad, yang Oktober lalu genap berusia 49 tahun. Saat ini, Assad bersama Asma dan tiga anaknya berlindung di Rusia setelah kabur dari negaranya pada Minggu, 8 Desember 2024.
ADVERTISEMENT
Julukan masa lalu Asma yang penuh pujian, "Sekuntum Mawar di Padang Pasir" (atau Gurun) kembali mencuat dengan penuh cibiran, seiring dengan julukan masa kini untuknya sebagai Lady Macbeth, bahkan Ibu Negara Neraka.
Lady Macbeth adalah sosok yang kuat, kejam, dan ambisius dalam karakter drama terkenal karya William Shakespeare.
Julukan negatif ini tak lepas dari dukungan Asma terhadap suaminya untuk tetap berkuasa di Suriah dengan cara yang keji dan brutal.
Cerita Pernikahan dan Sekuntum Mawar di Padang Pasir
Asma lahir di London pada 11 Oktober 1975 dari keluarga muslim-Sunni asal Suriah yang tinggal di Inggris.
Ayahnya, Fawaz Akhras, adalah seorang kardiolog, sementara ibunya, Sahar Otri Akhras, bekerja sebagai diplomat di Kedutaan Besar Suriah di London. Asma tumbuh dalam lingkungan yang terdidik dan multikultural.
ADVERTISEMENT
Asma lulusan sekolah-sekolah top di Inggris. Setelah lulus kuliah, dia bekerja sebagai bankir di institusi keuangan terkemuka di sana.
Asma berkenalan dengan Assad lewat perantaraan temannya. Kala itu Assad — seorang Syiah Alawi — hendak memulai kariernya sebagai dokter mata di Inggris.
Pada Desember 2000, Asma menikah dengan Assad, presiden Suriah yang baru menjabat setelah kematian ayahnya, Hafez Al-Assad. Pernikahan ini mengukuhkan posisinya sebagai Ibu Negara Suriah. Pasangan ini memiliki tiga anak: Hafez, Zein, dan Karim.
Pada awal masa jabatannya sebagai First Lady, Asma dipuji oleh media internasional sebagai simbol modernitas dan harapan baru bagi Suriah. Ia dipuji karena kecerdasannya, selera modenya yang elegan, dan upayanya dalam mempromosikan reformasi sosial serta pendidikan di negara itu.
ADVERTISEMENT
Majalah Vogue dalam wawancara pada 2011 menjulukinya "Sekuntum Mawar di Padang Pasir", mencerminkan citra positifnya sebagai sosok yang memadukan modernitas Barat dengan tradisi Timur Tengah.
Vogue memuji Asma sebagai "Ibu Negara yang paling segar dan paling menarik" dan "wanita cantik bertubuh jenjang dengan pikiran analitis yang terlatih".
Tapi artikel penuh pujian dari Vogue itu memicu kontroversi. Hal ini karena artikel itu muncul nyaris bertepatan dengan dimulainya perang saudara di Suriah pada 2011.
Kala itu, Arab Spring sedang melanda dunia Arab, banyak kepala negara jatuh akibat demonstrasi besar rakyatnya. Aksi serupa terjadi di Suriah, memprotes dinasti Assad yang telah berkuasa sejak 1970-an. Bashar Al-Assad merespons aksi warganya dengan keras, kejam, brutal, sehingga memicu perang saudara.
ADVERTISEMENT
Suriah juga mendapat sanksi internasional atas kekejaman kepada rakyatnya sendiri, termasuk dikeluarkan dari Liga Arab—organisasi negara-negara di kawasan Arab. Suriah dan Assad dikucilkan.
Seiring dengan dimulainya perang saudara di Suriah tersebut, citra Asma berubah drastis. Ia dituduh mendukung dan membela tindakan represif rezim suaminya, termasuk kekerasan terhadap warga sipil. Perannya sebagai Ibu Negara yang tetap mempertahankan gaya hidup mewah di tengah krisis kemanusiaan di Suriah menuai kecaman.
Hal inilah yang kemudian membuat artikel Vogue yang penuh pujian terhadap Asma berubah menjadi cibiran. Alhasil, Vogue pun menarik artikel itu dari websitenya.
Namun, Asma masih tetap berusaha eksis lewat propaganda di media sosial. Dia digambarkan sebagai Ibu Negara yang cinta pada rakyatnya dengan aktivitas-aktivitas sosialnya.
ADVERTISEMENT
Di tengah krisis kemanusiaan Suriah, Asma menderita kanker payudara dan dinyatakan sembuh pada 2019. Pada Mei 2024, Kantor Kepresidenan Suriah mengumumkan Asma menderita kanker leukemia.
Julukan Lady Macbeth
Rezim Assad tumbang setelah kelompok perlawanan Hayat Tahrir al-Sham( HTS) dkk melancarkan serangan militer tanpa henti sejak akhir November. Keluarga Assad pun kabur ke negara sekutu dekatnya, Rusia, dan mendapat suaka atas nama kemanusiaan.
Bashar Al-Assad didampingi Asma berkuasa penuh di Suriah selama 24 tahun—meneruskan kekuasaan ayah Bashar, Hafez, sejak 1970-an.
Seiring kejatuhan mereka, profil Asma pun tampil ke permukaan lagi. Screenshot artikel jadul Vogue "Sekuntum Mawar di Padang Pasir" muncul. Media Inggris, Daily Mail, mengupas artikel lawas itu dan kontroversi yang melingkupinya.
ADVERTISEMENT
Asma kini tak lagi menyandang pujian sebagai "mawar". Mengutip media Inggris, The Standard, dia memperoleh julukan yang kurang menyenangkan: Lady Macbeth atau "Ibu Negara Neraka".
Julukan negatif ini muncul karena perannya sebagai Ibu Negara yang semula fokus pada kegiatan sosial, anak muda, dan amal, berubah menjadi pendukung utama suaminya yang memberangus rakyatnya sendiri.
Padahal banyak kalangan yang berharap Asma — dengan latar belakang kegiatan amalnya — bisa mempengaruhi suaminya agar tidak berlaku sekejam itu.
The Standard melaporkan, ketika perang saudara mulai pecah, Asma tidak membuat pernyataan publik. Ia baru bicara dengan mengirim email ke The Times pada tahun 2012, yang hanya menyatakan: "Presiden adalah Presiden Suriah, bukan faksi warga Suriah, dan Ibu Negara mendukungnya dalam peran itu."
ADVERTISEMENT
Sejak saat itu, ia mendukung upaya militer suaminya, yang telah menyebabkan kematian lebih dari setengah juta orang, dan 13 juta warga Suriah mengungsi.
Tak ayal hal ini membuat Asma—yang masih memegang status sebagai WN Inggris— mendapat julukan "Lady Macbeth", sosok ambisius dan tidak segan-segan mendukung tindakan brutal untuk melindungi kekuasaan.
"Saat mereka (keluarga Assad) memulai hidup baru di Rusia, bunga mawar di gurun itu pasti telah layu," tulis The Standard, merujuk pada kondisi Asma.