Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Asmara Terlarang Trump dengan Aktris Porno yang Berujung Ancaman Penangkapan
20 Maret 2023 14:45 WIB
·
waktu baca 6 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Keduanya terlibat dalam skandal perselingkuhan dan diperparah oleh fakta bahwa Trump pernah memberikan uang tutup mulut kepada Daniels, agar tidak memberitahukan perbuatan mereka kepada siapa pun.
Dalam postingan di platform Truth Social miliknya pada Sabtu (18/3), Trump mengatakan bahwa dirinya terancam ditangkap pada Selasa (21/3).
Dia telah diundang oleh jaksa penuntut untuk memberikan kesaksian atas tuduhan pemberian uang suap kepada Daniels yang terjadi menjelang pelaksanaan pemilu 2016 itu.
“Kandidat terdepan dari Partai Republik & mantan Presiden Amerika Serikat akan ditangkap pada hari Selasa minggu depan,” tulisnya.
Pada saat bersamaan, Trump turut mendesak para pendukungnya untuk memprotes tuntutan jaksa yang ia sebut sebagai dendam politik itu.
Daniels, di sisi lain, mengeklaim bahwa dia dan Trump sempat memiliki hubungan gelap dan mengaku telah menerima uang sebesar USD 130 ribu (Rp 2 triliun) di tahun 2016, sebagai imbalannya, dia harus bersedia untuk bungkam.
ADVERTISEMENT
Pada akhirnya, rumor soal perselingkuhan mereka mulai beredar luas di tahun 2018 dan Daniels pun mulai bangkit untuk mempertahankan dirinya sekaligus menguak kebenaran, meski keselamatannya terancam.
Pada saat bersamaan, kejaksaan Manhattan yang dipimpin oleh anggota Partai Demokrat, Alvin Bragg, pun meluncurkan penyelidikan lebih lanjut atas kasus suap dan skandal perselingkuhan ini.
Lantas, bagaimana kisah asmara antara kandidat presiden di pemilu AS 2024 dengan bintang porno itu dapat berujung pada ancaman penangkapan?
Sudah kenal dengan Trump sejak 2006
Dikutip dari BBC, Stormy Daniels alias Stephanie Clifford pertama kali mengungkap hubungan gelapnya dengan Trump pada 2011 silam, dalam sebuah wawancara dengan majalah lokal, In Touch Weekly.
Daniels mengatakan, dia bertemu Trump pertama kali di sebuah turnamen golf untuk amal di awal Juli 2006.
ADVERTISEMENT
Dari pertemuan itu, keduanya memiliki ketertarikan dan sempat berhubungan badan satu kali di kamar hotel Daniels di Lake Tahoe, sebuah resor yang terletak antara California dan Nevada.
Ketika ditanya apakah Trump menyuruh untuk tutup mulut soal dugaan keduanya bermalam, Daniels mengaku kala itu Trump tidak begitu ambil pusing. “Dia sepertinya tidak khawatir tentang hal itu. Dia agak sombong,” ungkap Daniels.
Jika cerita Daniels soal malam pertama yang mereka habiskan bersama itu benar adanya maka insiden ini terjadi tepat empat bulan setelah anak bungsu Trump, Barron, lahir.
Namun, menurut laporan media, In Touch Weekly tidak menerbitkan cerita tersebut — pihaknya menerima ancaman hukum dari mantan pengacara Trump, Michael Cohen.
Hingga akhirnya, pihak redaksi In Touch Weekly menerbitkan cerita Daniels beberapa tahun kemudian, tepatnya di tahun 2018.
Cerita ini dipublikasikan beberapa minggu sebelum Daniels mengaku telah diancam tak lama setelah dia setuju untuk berbicara dengan In Touch Weekly di tahun 2011.
ADVERTISEMENT
Kepada media lokal CBS, Daniels mengatakan seorang pria tak dikenal mendekatinya saat bersama putrinya yang masih bayi di sebuah tempat parkir di Las Vegas. Dengan nada mengancam, pria itu menyuruh Daniels untuk tidak mengganggu Trump.
“Dia adalah seorang gadis kecil yang cantik. Akan memalukan jika sesuatu terjadi pada ibunya,” ungkap Daniels, menirukan perkataan pria tersebut.
Keselamatan terancam
Sebulan sebelum pemilu 2016 digelar, Daniels mengaku diberikan uang suap oleh Cohen agar dia mau bungkam, senilai USD 130 ribu (Rp 2 miliar). Dia tetap menerima uang tersebut, lantaran khawatir atas keselamatan keluarga barunya.
Kemudian, sebuah perusahaan cangkang yang berkaitan dengan Cohen mengancam Daniels dengan gugatan senilai USD 20 juta (Rp 308 miliar) atas tuduhan pelanggaran perjanjian diam-diam (Non-Disclosure Agreement) dengan mengungkap rumor perselingkuhannya dengan Trump di televisi nasional.
ADVERTISEMENT
Terkait hal itu, Daniels tidak takut. Dia menyatakan telah mempertaruhkan denda jutaan dolar tersebut — tetapi yang lebih penting untuknya adalah membela diri dan lagi-lagi, mengungkap kebenaran.
Pandangan kuasa hukum Trump
Ketika rumor perselingkuhan Trump dan Daniels mulai muncul sebelum pemilu 2016, Wall Street Journal pada Januari 2018 menerbitkan sebuah artikel tentang uang suap yang diberikan Cohen kepada Daniels.
Dengan dilakukannya pembayaran itu hanya sebulan sebelum pemilu — para oposisi Trump yang kala itu mendukung Barack Obama berargumen bahwa uang suap tersebut dapat dianggap sebagai pelanggaran kampanye.
Cohen tidak langsung membenarkan laporan Wall Street Journal. Namun, pada Februari 2018 dia akhirnya mengaku bahwa telah menggunakan uang pribadinya untuk memberikan dana suap kepada Daniels — bersikeras Trump maupun kampanyenya tidak terlibat.
ADVERTISEMENT
Kemudian, pada Agustus 2018 Cohen memberikan saksi di hadapan pengadilan bahwa dia hanya melakukan perintah Trump untuk memberikan dana suap sebesar USD 130 ribu tersebut beberapa hari sebelum pemilu.
Cohen pun dijatuhi beberapa dakwaan sekaligus dan diberi hukuman 3 tahun penjara.
Prosedur hukum
Baik Cohen dan Daniels mengaku akan hadir sebagai saksi dalam penyelidikan kasus dana suap yang dilakukan Trump.
“Dia setuju untuk menyediakan diri sebagai saksi, atau untuk penyelidikan lebih lanjut jika diperlukan,” kata kuasa hukum Daniels, Charles Brewster.
Trump, di sisi lain, membantah tuduhan bahwa dia telah berselingkuh dengan Daniels. Dia bersikeras berargumen bahwa penyelidikan tersebut merupakan campur tangan dalam pemilu yang secara terang-terangan tidak berdasarkan konstitusi.
Trump menilai prosedur hukum yang dihadapkan padanya ini bukanlah sebuah penuntutan — melainkan sebuah penganiayaan.
ADVERTISEMENT
Dalam postingannya di Truth Social, dengan huruf kapital dia menulis bahwa adanya kebocoran ilegal dari kantor kejaksaan distrik Manhattan yang korup dan terlalu banyak campur tangan politikus.
“Investigasi tersebut didasarkan pada dongeng lama yang telah dibantah sepenuhnya [oleh banyak jaksa lainnya!],” kecam dia.
Kabar penangkapan Trump itu pun menuai kecaman dari para pendukungnya, terutama sesama politikus dari Partai Republik. Salah satunya adalah Ketua DPR AS pengganti Nancy Pelosi saat ini, Kevin McCarthy.
Dalam cuitannya di Twitter, MccArthy menuding jaksa penuntut New York telah melakukan pembalasan dendam politik terhadap Trump — dia pun bersumpah akan meluncurkan penyelidikan Kongres atas kasus tersebut.
Terlepas dari kekuasaan Partai Republik di DPR, Trump tetap telah diundang untuk bersaksi di pengadilan.
ADVERTISEMENT
Dengan kata lain, penjatuhan dakwaan terhadap Trump juga sudah dekat. Kepada media lokal, pengacara Trump juga mengatakan bahwa jika benar kliennya didakwa, maka Trump akan menyerahkan diri untuk menghadapi tuntutan pidana.
Dan jika Trump benar didakwa, maka dia akan menjadi mantan presiden pertama di AS yang pernah berurusan dengan hukum dan terbukti melakukan kejahatan.
Kasus ini pun sekaligus memberikan tantangan baru untuk Trump yang sedang mempersiapkan diri sebagai kandidat pemilihan presiden 2024 mendatang.