Asrorun Niam Bicara Ancaman Tergerusnya Budaya Jakarta Saat Berubah Jadi DKJ

27 Juli 2024 22:51 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ketua MUI Bidang Fatwa KH Asrorun Niam. Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Ketua MUI Bidang Fatwa KH Asrorun Niam. Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
Ketua Majelis Alumni IPNU, Asrorun Niam, mengkhawatirkan budaya Betawi dan sejumlah bangunan yang menjadi ikon di Jakarta bakal tergerus ketika Jakarta berubah statusnya menjadi Daerah Khusus Jakarta atau DKJ.
ADVERTISEMENT
Dia pun berharap para pemangku kebijakan jangan hanya berpikir membangun perekonomian semata ketika Jakarta berubah statusnya menjadi DKJ. Namun juga diperhatikan soal konservasi budaya Jakarta.
"Jangan hanya berpikir soal fisik saja tapi berpikir soal konservasi budaya dan juga identitas nasional atau identitas kedaerahan, itu penting, itu soal strategi kebudayaan menurut hemat saya," kata dia dalam kegiatan Temu Alumni dan Ngopi di Kantor PWNU Jakarta, Sabtu (27/7).
Kini, kata Niam, budaya Betawi dan bangunan yang jadi ikon Jakarta sudah mulai terpinggirkan. Dia kemudian mencontohkan Gedung Veteran yang ada di Semanggi dan pesantren yang dibangun oleh para tokoh Betawi di wilayah Kuningan.
"Dulu ikonnya di Semanggi itu Gedung Veteran, sekarang bukan Veteran lagi, sampingnya apa yang paling tinggi? Siloam," ujar Niam yang juga Ketua MUI Bidang Fatwa.
ADVERTISEMENT
Niam pun membandingkan konservasi budaya yang dilakukan di China, tepatnya Kota Linxia dan Ningxia. Di dua kota itu, konservasi budaya dipertahankan di tengah melesatnya perekonomian China. Dua kota itu masih dikenal sebagai Little Mecca.
"Artefak keagamaan dan arsitektur itu sangat kelihatan santrinya bahkan lebih santri dari kota santri di kota Jombang sekalipun," kata dia.
Kegiatan Temu Alumni dan Ngopi di Kantor PWNU Jakarta, Sabtu (27/7/2024). Foto: Rachmadi Rasyad/kumparan
Hal senada dikatakan Wakil Ketua PWNU Jakarta, Abdul Aziz. Dia juga menilai konservasi budaya jadi tantangan berat ketika Jakarta berubah statusnya menjadi DKJ. Sebab, saat berubah menjadi DKJ, Jakarta akan menjadi pusat ekonomi nasional global dan semakin banyak budaya asing yang masuk.
"Gimana mempertahankan supaya sebelum subuh tahrim mesti ada? Gimana mempertahankan tahlilan tujuh hari atau empat hari kemudian ziarah kubur dan wisata religi dan seterusnya itu tetap tumbuh subur? Itu tantangan dan itu bagian kerjaan NU juga," kata dia.
ADVERTISEMENT
Aziz menilai tergerusnya budaya jadi ancaman serius. Meskipun tak menyebut secara rinci, dia dan jajaran pengurus di PWNU Jakarta sudah menyiapkan beberapa langkah mitigasi agar budaya di Jakarta dapat tetap dipertahankan.
"Harus dilihat ada ancaman serius buat itu," ujar dia.