Atasi Ketergantungan Impor, Menkes Dorong Obat Corona Diproduksi Sendiri

13 Juli 2021 12:57 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menkes Budi Gunadi Sadikin (tengah) memberikan keterangan pers usai melakukan peninjauan pelaksanaan vaksinasi COVID-19 pekerja Bandara Soekarno Hatta. Foto: Muhammad Iqbal/Antara Foto
zoom-in-whitePerbesar
Menkes Budi Gunadi Sadikin (tengah) memberikan keterangan pers usai melakukan peninjauan pelaksanaan vaksinasi COVID-19 pekerja Bandara Soekarno Hatta. Foto: Muhammad Iqbal/Antara Foto
ADVERTISEMENT
Menkes Budi Gunadi Sadikin mengakui pihaknya mengalami kendala dalam pengadaan obat-obatan bagi pasien COVID-19 karena masih harus impor dari luar negeri.
ADVERTISEMENT
Menurut Budi, keadaan yang menggantungkan impor obat-obatan ini membuat ketersediaan di dalam negeri semakin menipis. Untuk itu, ia berharap dalam waktu dekat obat bagi pasien COVID-19 bisa diproduksi di dalam negeri.
"Nah, kita punya masalah impor, selalu obat impor yang masalah. Itu sebabnya saya nanti butuh bapak ibu untuk mereformasi sistem ketahanan kesehatan kita, dengan memastikan obat-obatan harus dibuat di dalam negeri," kata Budi dalam rapat kerja bersama Komisi IX DPR RI secara virtual, Selasa (13/7).
Obat-obatan yang masih harus impor antara lain Remdesivir dari India, Gammaraas, dan Actemra produksi perusahaan farmasi Roche di Swiss. Khusus Remdesivir, diakui Budi kendala sempat terjadi lantaran terjadi pemblokiran di India.
"Kita sedang menghadapi masalah dengan Remdesivir, Actemra, dan Gammaraas. Tiga obat ini impor dan sangat bergantung. Remdesivir sempat masalah karena diblok di India, sekarang kita coba cari ke Pakistan dan China," jelasnya.
ADVERTISEMENT

Menkes Ingin Obat-obatan Diproduksi di Dalam Negeri

Untuk menghadapi persoalan ini, Budi meminta obat-obatan tersebut bisa segera diproduksi sendiri oleh BUMN industri farmasi. Saat ini, Remdesivir dalam tahap pengkajian dan sedang diusahakan untuk bisa segera mendapatkan hak paten, kemudian lanjut diproduksi mandiri.
Ia juga memastikan BPOM telah ikut membantu proses uji klinis Remdesivir, sehingga dapat mempercepat upaya produksi dalam negeri.
Remdesivir. Foto: Shutter Stock
"Remdesivir saya juga sudah minta teman-teman BUMN untuk bikin, sudah ada kajiannya, sudah jalan, sedikit lagi. Makasih Bu Penny [Kepala BPOM], kita sudah dekat, tinggal masalah paten yang sudah kita bicarakan dengan Pak Menko agar dalam kondisi kritis ini kita bisa mendapatkan paten," jelas Budi.
"Beberapa negara bisa lakukan itu, sehingga kita bisa segera produksi Remdesivir di dalam negeri. Karena saya juga sudah minta waktu di posisi yang lama (Wamen BUMN). Ibu Penny juga sangat membantu untuk membantu percepatan uji klinisnya Remdesivir buatan dalam negeri ini," tambahnya.
ADVERTISEMENT
Terkait obat-obatan lain yakni Actemra dan Gammaraas yang masih diimpor, Budi memastikan pihaknya akan segera mencari jalan keluarnya. Salah satunya mencari obat-obatan yang serupa di China.
"Kita masih punya dua masalah besar, yaitu Actemra dan Gammaraas. Tapi sekarang nanti kita kontak langsung Roche di Swiss karena ini dipegang mereka. Tapi kita juga cari produk-produk yang similiar di China, karena yang memiliki produk teknologi farmasi seperti ini skala besar ada di China," tutup Budi.
Infografik daftar harga obat terapi COVID-19. Foto: kumparan