Australia Cabut Aturan Isolasi Mandiri Kasus Positif COVID-19

30 September 2022 14:09 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Orang-orang berjalan di tepi laut melampaui tanda peringatan kesehatan masyarakat penyakit coronavirus (COVID-19) di Bondi Beach, di Sydney, Australia, Senin (23/11). Foto: LOREN ELLIOTT/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Orang-orang berjalan di tepi laut melampaui tanda peringatan kesehatan masyarakat penyakit coronavirus (COVID-19) di Bondi Beach, di Sydney, Australia, Senin (23/11). Foto: LOREN ELLIOTT/REUTERS
ADVERTISEMENT
Australia akan mencabut aturan wajib isolasi mandiri selama lima hari bagi pasien positif COVID-19 mulai 14 Oktober mendatang. Namun, langkah tersebut dinilai membahayakan publik oleh beberapa dokter dan tenaga kesehatan.
ADVERTISEMENT
Pengumuman pelonggaran pembatasan COVID-19 itu disampaikan langsung oleh Perdana Menteri Australia Anthony Albanese, pada Jumat (30/9).
Ia mengatakan, keputusan diambil berdasarkan pertimbangan pemberian upah bagi karyawan yang tetap digaji meskipun sedang menjalani isolasi mandiri.
“Kami menginginkan kebijakan yang mempromosikan ketahanan dan pengembangan kapasitas serta mengurangi ketergantungan pada intervensi pemerintah,” kata Albanese kepada wartawan, seperti dikutip dari Reuters.
PM Australia Anthony Albanese. Foto: Twitter/AlboMP
Ia menambahkan, pembayaran cuti pandemi untuk freelance (pekerja lepas) akan secara otomatis berhenti ketika aturan isolasi mandiri berakhir.
“Tidak berkelanjutan bagi pemerintah untuk membayar upah orang selamanya,” pungkasnya.
Kebijakan itu membiarkan penduduk Australia yang terinfeksi virus corona menentukan untuk dirinya sendiri apakah perlu menjalani isolasi mandiri atau tidak. Ini merupakan pelonggaran pembatasan yang muncul sekitar sebulan sejak jangka waktu isolasi mandiri dipotong menjadi lima hari dari semula tujuh hari.
ADVERTISEMENT

Dinilai Membahayakan Publik

Sebagai salah satu negara di dunia yang berhasil hidup berdampingan dengan virus corona, Australia telah menggencarkan kegiatan vaksinasi yang lebih pesat. Dengan tingkat herd immunity yang tinggi, penanganan infeksi COVID-19 sudah lebih teratasi.
Hal itu disampaikan oleh Kepala Petugas Medis Australia Paul Kelly, seraya menambahkan fase tanggap darurat dalam memberantas virus corona dan pandemi sudah berakhir untuk saat ini.
“Virus ini akan ada selama bertahun-tahun tetapi inilah saatnya untuk mempertimbangkan cara-cara berbeda untuk menghadapinya,” ujar Kelly.
Orang-orang yang mengantre di lokasi pengujian virus corona, di Adelaide, Australia, Selasa (17/11). Foto: AAP/Kelly Barnes via REUTERS
Meski demikian, para dokter Australia memperingatkan bahwa berakhirnya aturan isolasi mandiri wajib dapat meningkatkan risiko penularan baru di kalangan masyarakat, terlebih pada kelompok yang rentan.
Salah satu dokter yang menilai demikian adalah ahli mikrobiologi dan kepala eksekutif Burnet Institute, Profesor Brendan Crabb.
ADVERTISEMENT
“Ini mengecewakan, hari yang cukup gelap sebenarnya. Anda tahu, ini tidak logis dan tidak terinformasi, bagi saya, saya merasa tertekan,” ungkapnya.
Perdana Menteri Australia Scott Morrison memberi isyarat setelah menerima vaksinasi COVID-19 selama kunjungan ke Castle Hill Medical Centre untuk melihat pratinjau program vaksinasi COVID-19, di Sydney, Australia (21/2). Foto: AAP Image/Joel Carrett/via REUTERS
Presiden Asosiasi Medis Australia, Steve Robson, pun sependapat dengan Crabb. “Saya pikir orang-orang yang mendorong agar masa isolasi dipotong tidak melek ilmiah,” kata Robson, kepada kantor berita ABC.
Australia merupakan salah satu negara dengan angka vaksinasi COVID-19 tertinggi di dunia.
Pemerintah Canberra telah memberikan dua dosis vaksin kepada 96,5 persen dari mereka yang berusia lebih dari 16 tahun, meskipun hanya di bawah 72 persen yang telah mendapatkan suntikan booster, per September 2022.
Jumlah kematian akibat virus corona sejumlah 15.153 lebih rendah dari kebanyakan negara maju lainnya.