Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Awal Mula 2.750 Ton Amonium Nitrat Bisa Ada di Pelabuhan dan Hancurkan Lebanon
6 Agustus 2020 5:21 WIB
ADVERTISEMENT
Kelalaian manusia paling fatal di Lebanon : otoritas pelabuhan dan pejabat bea cukai mengetahui ada 2.750 ton amonium nitrat yang disimpan serampangan selama enam tahun, tetapi didiamkan. Bak menunggu bencana, ribuan ton amonium nitrat akhirnya meledak dan menghantam jantung Lebanon di Pelabuhan Beirut.
ADVERTISEMENT
Salah satu badan keamanan utama Lebanon telah menyerukan penyelidikan penyimpanan bahan dasar pupuk dan peledak itu pada tahun lalu. Namun, seruan itu tidak digubris.
Pertanyaannya, bagaimana bisa ada 2.750 ton amonium nitrat disimpan di gudang pelabuhan?
Pada 20 November 2013, sekitar 2,750 ton amonium nitrat masuk ke Lebanon di atas kapal Rhosus berbendera Moldova. Kapal itu seharusnya berlayar dari Georgia menuju Mozambik. Namun, otoritas pelabuhan Beirut menemukan kesalahan teknis pada mesin kapal.
"Setelah memeriksa kapal, kapal itu akhirnya dilarang berlayar," kata perusahaan firma hukum di Lebanon, Baroudi & Associates, dalam sebuah pernyataan.
Otoritas pelabuhan akhirnya menurunkan amonium nitrat yang dibawa kapal tersebut dan disimpan di sebuah gudang. Pada akhirnya, kapal itu tidak pernah meninggalkan Lebanon dan tenggelam karena banyak kerusakan.
ADVERTISEMENT
Pada 2019, gudang mulai mengeluarkan bau aneh. Badan Keamanan mulai membahas penyimpanan bahan kimia yang perlu dihilangkan dari tempat tersebut. Otoritas pelabuhan juga diminta untuk memperbaiki dinding gudang karena sudah mengalami banyak retakan.
Baru pada minggu ini, para pekerja diberangkatkan dan mulai melakukan perbaikan dinding. Perbaikan inilah yang diduga menjadi pemicu kebakaran hingga meledakkan gudang.
Klarifikasi Bea Cukai Pelabuhan
Tak lama setelah ledakan, direktur bea cukai di pelabuhan, Badri Daher, menerbitkan surat yang ia klaim telah dikirim sejak Desember 2017 ke jaksa penuntut Libanon. Ia mengklaim surat itu adalah salah satu dari banyak surat aduan yang ia kirim atas laporan penyimpanan amonium nitrat.
Dalam surat tersebut, Daher meminta ribuan ton amonium nitrat itu sebaiknya dijual ke tentara atau perusahaan lokal Lebanon. Tetapi, tidak ada saran yang terwujud.
ADVERTISEMENT
Meski demikian, klaim Daher menuai banyak kontra. Orang-orang menganggap telah terjadi korupsi besar-besaran atas sistem bea cukai di pelabuhan Lebanon. Mereka menilai pihak-pihak ini menjadi salah satu badan utama yang harus bertanggung jawab atas ledakan dahsyat tersebut.
Investigasi terus berlanjut
Perdana Menteri Libanon, Hassan Diab, sudah bersumpah untuk mengusut tuntas bencana ini. Ia memastikan harus ada pihak yang bertanggung jawab dan membayar bencana tersebut.
"Tidak dapat diterima bahwa pengiriman 2.750 ton amonium nitrat telah ada selama enam tahun di sebuah gudang [pelabuhan Beirut], tanpa memikirkan adanya langkah-langkah pencegahan," kata Diab dilansir AFP, Rabu (5/8).
"Itu tidak bisa diterima dan kami tidak bisa diam tentang masalah ini. Apa yang terjadi hari ini tidak akan berlalu tanpa pertanggungjawaban. Mereka yang bertanggung jawab atas bencana ini harus membayarnya. Gudang berbahaya ini telah ada selama enam tahun, sejak 2014," sambung Diab.
Pejabat Pelabuhan Beirut ditetapkan sebagai tahanan rumah
ADVERTISEMENT
Sambil menunggu investigasi, para pejabat pelabuhan akan ditetapkan sebagai tahanan rumah. Nantinya, tentara akan diberikan wewenang untuk mengawasi para tahanan, selagi pihak terkait menyelidiki kasus ini.
Data terbaru, sudah ada 135 orang tewas, 5.000 orang terluka, dan seratusan orang lainnya masih hilang. Sebanyak 300 ribu orang kehilangan tempat tinggal.
***
Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona
***
Saksikan video menarik di bawah ini.