Ayah Atta Halilintar, Organisasi Terlarang Darul Arqam, dan Bisnis Banyak Harta

11 September 2020 10:15 WIB
·
waktu baca 7 menit
comment
20
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Atta Halilintar dan ayahnya, Halilintar Asmid. Foto: Instagram/@halilintarasmid
zoom-in-whitePerbesar
Atta Halilintar dan ayahnya, Halilintar Asmid. Foto: Instagram/@halilintarasmid
ADVERTISEMENT
Suka-tidak suka, peduli atau tidak sama sekali, harus diakui, Atta Halilintar menjadi sosok yang dikenal jutaan pasang mata. Entah prestasi atau kontroversi, Atta berhasil memasarkan diri lewat platform Youtube untuk merengkuh ketenaran.
ADVERTISEMENT
Hanya butuh 6 tahun bagi seorang Atta Halilintar untuk bisa mengumpulkan lebih dari 25 juta subscribers. Situs SocialBlade mencatat, dalam sebulan, Atta bisa meraup laba hingga Rp 5,4 miliar per bulan atau Rp 65 miliar dalam setahun --hanya dari Youtube.
Tak bisa dimungkiri, ketenaran Atta berbuah dari keluarganya, Gen Halilintar, yang menelurkan buku perjalanan sepasang suami istri dan 11 anak berjudul “Gen Halilintar My Brother My Builder Malaysia My Second Home”. Dari situ, kekayaan dan kehidupan mewah Gen Halilintar lewat segudang bisnis mulai disorot, termasuk bisnis Atta.
Atta Halilintar dan ayahnya, Halilintar Asmid. Foto: Instagram/@halilintarasmid
Adapun Halilintar berasal dari nama ayah Atta, Halilintar Anofial Asmid, pengusaha berjuluk “Sang Duta” dan “Jundullah (tentara Tuhan)”.
Berawal dari sudut indekos di Depok saat masih berstatus Mahasiswa Fakultas Teknik Elektro Universitas Indonesia, Halilintar memulai bisnis berskala kecil hingga sukses melebarkan sayap ke berbagai negara bersama istrinya.
ADVERTISEMENT
Karier bisnis laris nan moncer Gen Halilintar menuai pertanyaan publik: siapa sesungguhnya sosok Halilintar Anofial?
Jika merujuk buku “Pengembaraan Sang Duta: Halilintar Muhammad Jundullah” karya Taufik Mustafa, Halilintar adalah sosok yang lekat dengan ajaran agama. Eep Saefulloh Fatah, konsultan politik cum sahabat Halilintar semasa kuliah, sedikit menceritakan sosok ayah Atta itu.
Halilintar Foto: Buku Pengembaraan Sang Duta: Halilintar Muhammad Jundullah
“Tahun 1995, ia [Halilintar dulu] adalah seorang yang door to door menjajakan karpet, dibantu istri dan seorang temannya yang mantan pengecer koran. Ketika Oktober 2002, saya bertemu kembali dengannya, ia adalah pemimpin sebuah jaringan usaha berskala global,” kata Eep di buku terbitan Giliran Timur pada 2003 itu seperti dikutip kumparan.
Kedekatan Eep dan Halilintar memang tak terjalin lama, namun cukup intens. Sehingga, Eep tahu betul Halilintar memiliki banyak perbedaan ketika mereka dipertemukan kembali.
ADVERTISEMENT
Perubahan pola pikir dan berpakaian Halilintar terjadi setelah ia berguru pada Syeikh Ashaari Muhammad At Tamimi, atau Abuya Ashaari, di Malaysia. Sejak berguru pada Abuya pula, putra kelahiran Dumai, Riau itu mendapat nama baru menjadi Halilintar Muhammad Jundullah.
“Perubahannya yang penting bagi saya bukanlah perubahan gaya berpakaiannya (memakai gamis, membelitkan sorban di lingkar kepala), melainkan caranya bertutur dan topik-topik yang ia pilih dalam pembicaraan,” tutur Eep.
“Saya merasa Halilintar sudah mengalami semacam pencerahan spiritual yang luar biasa dalam,” sambungnya.
Halilintar Foto: Buku Pengembaraan Sang Duta: Halilintar Muhammad Jundullah
Halilintar dan Darul Arqam
Syekh Ashaari atau Abuya--panggilannya, adalah pendiri dan pemimpin Darul Arqam, sebuah organisasi keagamaan Islam yang berbasis di Malaysia. Halilintar sempat menjadi salah satu pengikut.
“Kami sempat berbicara cukup panjang di Kantin FISIP UI. Dari sinilah saya mengetahui lebih banyak aktivitas Halilintar sebagai salah seorang tokoh Darul Arqam,” tutur Eep.
ADVERTISEMENT
Pengakuan Halilintar sebagai tokoh Darul Arqam juga tercantum dalam buku "Jejak Hizbut Tahrir Indonesia" karya Pusat Data dan Analisa TEMPO. Halilintar bergabung dengan organisasi ini pada 1989 dan menjabat sebagai pimpinan Darul Arqam kawasan Jakarta dan Bogor.
"Dulu saya awam tentang agama, hanya sibuk bermain golf," tutur Halilintar.
Halilintar Foto: Buku Pengembaraan Sang Duta: Halilintar Muhammad Jundullah
Bagi sebagian orang, Darul Arqam memang organisasi yang tidak asing. Berpusat di Malaysia, sejak 1968, Abuya Ashaari menjaring lebih dari 100 ribu orang untuk bergabung dan tersebar di ASEAN, termasuk Indonesia.
Gerakannya berfokus pada banyak sektor, khususnya ekonomi. Dalam "Cendekiawan dan kekuasaan dalam negara Orde Baru" karya Daniel Dhakidae, Darul Arqam menganut prinsip 'Berdikari' menjalankan penghidupan. Intinya, Darul Arqam menganjurkan jemaahnya untuk berbisnis sesuai syariat demi mensucikan diri kepada Tuhan dengan menyumbangkan harta.
ADVERTISEMENT
Darul Arqam memiliki 40 buah perkampungan, 200 sekolah, kilang, rumah sakit, hingga mini market. Besarnya modal dan banyaknya keanggotaan Darul Arqam membuat pemerintah Malaysia menaruh curiga pada gerakan ini, baik secara akidah maupun kendaraan politik dan kekuasaan.
Mengutip tulisan Abdul Rahman Haji Abdullah dalam "Pemikiran Islam di Malaysia: sejarah dan aliran", sumber pokok penggerak Darul Arqam adalah semangat jihad atau pengorbanan jiwa dan harta di kalangan anggota atau pengikutnya.
Halilintar Asmid. Foto: Instagram/@halilintarasmid Verified
Apa maksudnya? Mereka yang memiliki penghasilan tetap harus bersedia dipotong gaji hingga 10 persen setiap bulan, bahkan lebih. Tujuan ajarannya: Melalui proses pendidikan hati atau jiwa sufi, lahir sifat-sifat dermawan di kalangan mereka, sehingga orang-orang kaya menjadi 'bank' bagi yang memerlukan.
ADVERTISEMENT
Dalam perjalanannya, ajaran Darul Arqam dianggap menyimpang lantaran Abuya Ashaari mengakui dirinya merupakan Bani Tamim, atau pendamping Imam Mahdi.
Di beberapa sumber sekunder, Abuya mengaku pernah berdialog dengan Nabi Muhammad SAW. Ia meyakini gurunya, Syeikh Syuhaimi --yang sudah wafat asal Wonosobo, adalah Imam Mahdi, dan Ashaari adalah penerus Syuhaimi.
Eks pendiri Darul Arqam, Ashaari Muhammad At-Tamimi. Foto: Facebook/@ceritapengalamanASZ
Farahwahida Mohd Yusof dalam bukunya, “Al-Arqam & ajaran aurad Muhammadiah: satu penilaian”, menyebut, Aurad Muhamadiah yang diajarkan Abuya Ashaari adalah sesat dan syirik karena sangat mengkultuskan Abuya Ashaari.
“Puncak dari rasa taksub (fanatik) ini menghasilkan tindak balas ahli hingga sanggup membelakangkan (melawan) ibu-bapak, keluarga, meninggalkan sesi pengajian di Institusi Pengajian Tinggi (kampus, sekolah), memberi ketaatan dan kesetiaan yang tinggi kepada Ashaari, tidak berani membantah keputusannya, terutang budi dan kebergantungan hidup, menyayangi keluarga dan orang kanan Ashaari lebih daripada ibu-bapak sendiri, membenci pemerintah, dan menyerahkan seluruh harta dan jiwa raga untuk diurus selia (diatur) oleh Ashaari,” tulisnya.
Eks pendiri Darul Arqam, Ashaari Muhammad At-Tamimi. Foto: Facebook/@ceritapengalamanASZ
ADVERTISEMENT
Darul Arqam juga dituding sempat menyiapkan dan melatih 300 pasukan berani mati di Thailand. Atas dasar inilah, organisasi Darul Arqam resmi dilarang oleh Malaysia pada 1994, selain bertentangan dengan akidah ahli sunnah wal jamaah. Abuya Ashaari sempat ditahan setahun, lalu berganti status menjadi tahanan rumah, pindah ke Pulau Labuan hingga akhirnya bebas murni pada 2004.
Eks pendiri Darul Arqam, Ashaari Muhammad At-Tamimi. Foto: Facebook/@ceritapengalamanASZ
Halilintar mulai berbisnis jaringan global
Polemik Darul Arqam di ASEAN sempat membuat Eep khawatir akan kondisi sahabatnya itu. Bagaimana tidak, Halilintar, dalam buku Taufik, begitu mencintai sosok Ashaari. Bahkan hubungan mereka sangat erat.
"Ashaari juga sering mendakwa (mengklaim) berlakunya penyatuan roh antara beliau dengan anaknya, Fakhrurrazi, dan Halilintar Muhammad Jundullah. Kesatuan roh yang dimaksudkan ialah setiap apa yang dikuliahkan (diajarkan) oleh Ashaari termasuk ulasan berkaitan isu semasa (isu terkini) akan tetap sama diulas secara serentak (diteruskan) oleh dua individu ini," kata Farahwahida di bukunya.
ADVERTISEMENT
Dalam beberapa tahun kemudian, Eep lega, ia kembali mendengar kabar Halilintar yang kondisinya sudah jauh berubah; dari penjaja karpet, kini melebarkan sayap bisnis berskala global dan memiliki rumah mewah.
Halilintar Foto: Buku Pengembaraan Sang Duta: Halilintar Muhammad Jundullah
"Bagi saya, Halilintar adalah sesuatu yang fenomenal," ungkap Eep.
"Ia bukan lagi Halilintar teman kos saya yang di tahun 1988 sesuai sama-sama menonton pertandingan Elyas Pical di televisi, mengajak saya menonton 'Untouchable' di sebuah bioskop kelas bawah Depok yang punya koleksi kutu busuk..."
Tahun 2002, Halilintar sudah mengemban jabatan tinggi; Komisaris Utama PT Cahaya Timur (perusahaan bidang rekaman kaset dan perdagangan), Komisaris Utama PT Qatrunada (travel), Chairman Hawariyun Group of Companies, dan Direktur International Rufaqa Corporation yang berpusat di Malaysia.
ADVERTISEMENT
Dua perusahaan terakhir yang disebut merupakan 'wajah baru' Darul Arqam. Berbeda dengan Darul Arqam yang berkonsep organisasi keagamaan serta memiliki jemaah, Hawariyun dan Rufaqa adalah perusahaan yang memang fokus pada ranah bisnis dan dakwah. Sehingga, pegawai diklaim mendapat timbal-balik upah.
"Karena kita bukan lagi jemaah, tapi perusahaan," ujar Taufik Mustafa, Direktur Rufaqa Internasional sekaligus penulis buku Halilintar, dalam wawancara khusus bersama TEMPO di artikel 'Bisnis Jemaah Tanpa Purdah', 23 November 2003.
Halilintar Foto: Buku Pengembaraan Sang Duta: Halilintar Muhammad Jundullah
"Dan jangan khawatir, Darul Arqam tak akan berdiri lagi," tuturnya.
Menurut dia, periode Al-Arqam adalah masa belajar. Sekarang, kata Taufik, zaman sudah berbeda. Umat Islam harus bisa mempraktekkan ajarannya dalam kehidupan nyata.
Karena itulah, Halilintar Muhammad Jundullah, salah satu bekas anggota Arqam, menghidupkan kembali semangat bisnis Arqam di Indonesia. Dia lantas membentuk Kelompok Usaha Hawariyun itu, yang dalam sekejap bertumbuh pesat. "Tapi tak ada hubungan lagi dengan Arqam," Taufik buru-buru menambahkan.
ADVERTISEMENT
Halilintar kian merambah bisnis di segala bidang; sekolah, klinik bersalin, toko obat, puluhan outlet, studio rekaman, super market, ekspor-impor, restoran, peternakan, konsultan SDM, event organizer, kafe, desain & kontraktor, bisnis entertsainment, salon, industri rekaman, travel dan berbagai bisnis skala global.
Mereka menjalankan bisnis dengan tiga strategi: Bisnis Fardhu Kifayah (produk wajib yang dibutuhkan masyarakat), Bisnis Komersil, Bisnis Strategis. Cakupannya tak tanggung-tanggung, dari Australia, Jerman, hingga Prancis.
Sistem saham bisnisnya pun sederhana. Misal, Halilintar terbang ke Sydney untuk menemui kerabat yang akan menjadi rekan bisnis, sebut saja Mr. Sam. Halilintar membawa misi untuk 'mempromosikan' Tuhan dan menyebarluaskan keindahan pengalaman syariat Tuhan di Australia.
Hati Mr. Sam tergerak. Ia merelakan lahan ternak seluas 300 hektar miliknya untuk diambilalih dan dikelola Halilintar. Ini cuma-cuma, sebab Mr. Sam merasa telah diselamatkan Halilintar, atau setidaknya dibantu dalam usahanya mendekati Tuhan.
Halilintar Foto: Buku Pengembaraan Sang Duta: Halilintar Muhammad Jundullah
"Tetapi memang siapalah yang dapat menolak ketentuan Tuhan, Tuhan sudah takdirkan dia membantu perjalanan Sang Duta (Halilintar)," kata Taufik dalam bukunya.
ADVERTISEMENT
Begitupun sejumlah jejak bisnis Halilintar di Prancis, Jerman, dan sejumlah negara lainnya. Atas misi menyebarkan agama lewat bisnis, kerabat Halilintar mau berbagi saham, memberikan secara cuma-cuma, atau bekerja sama; butik, mobil mewah, restoran halal, hingga supermarket.
Di dalam negeri, Halilintar melebarkan bisnis di segala sektor. Di bidang kebudayaan, misalnya, Halilintar mendirikan grup nasyid Qatrunada dan melahirkan album rekaman. Di bidang pendidikan, ia membangun Sekolah Cinta Tuhan, murid tak dikenakan ilmu, guru pun tidak digaji.
"Setiap gurunya pula bukan diberi insentif dengan iming-imingan gaji yang tinggi, melainkan dibawa untuk sama-sama berjuang memerankan tugas seorang duta Tuhan di bidang pendidikan, sehingga tertonjollah keindahan pengalaman syariat Tuhan di bidang pendidikan," tutur Taufik.
Gen Halilintar. Foto: Maria Gabrielle Putrinda/kumparan
Halilintar Berpindah Haluan: Global Ikhwan, Youtuber dan Jargon Keluarga Inspiratif
ADVERTISEMENT
Rufaqa dikabarkan bertransformasi lagi menjadi Global Ikhwan, hingga kini. Dalam buku karya AM Waskito berjudul "Bersikap Adil Kepada Wahabi", transformasi Rufaqa dan Global Ikhwan terjadi lantaran terjadi perselisihan di tubuh Rufaqa.
"Di kemudian hari, terjadi perselisihan antara komunitas itu dengan Halilintar, sehingga mereka membentuk lagi lembaga baru dengan nama Global Ikhwan," tulis Waskito.
Konsepnya masih sama. Global Ikhwan bergerak di bidang bisnis, dakwah dan syariat Islam versi mereka. Belum diketahui apakah Halilintar masih memimpin lembaga ini.
Namun yang pasti, kekayaan Halilintar dan keluarganya semakin menggila saat mereka mulai merambah Youtube. Halilintar dan 11 anak dari istrinya, Lenggogeni Farouk, berhasil mengumpulkan 16,9 juta subscribers lewat channel Gen Halilintar. Itupun belum dibedah satu per satu channel Youtube anaknya.
ADVERTISEMENT
Lewat buku-bukunya. Lenggogeni pun menceritakan perjuangan keluarganya merintis bisnis, membangun keluarga, menjadi kaya raya hingga berlibur menjajaki lima benua.
Belum ada tanggapan dari keluarga Halilintar terkait artikel ini.
***
Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona
***
Saksikan video menarik di bawah ini: