Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Ayah Penikam Pendeta di Sydney Sebut Anaknya Tak Pernah Bersikap Radikal
17 April 2024 15:16 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
Ayah dari pelaku penikaman Pendeta Asiria di gereja Sydney mengaku tak pernah melihat tanda-tanda radikalisme dari anaknya, Selasa (16/4).
ADVERTISEMENT
Sebelumnya, polisi menyatakan serangan seorang remaja laki-laki yang melukai pendeta Mar Mari Emmanuel dari Gereja Assyrian Christ The Good Shepherd sebagai tindakan teroris.
Sekretaris Asosiasi Muslim Lebanon, Gamel Kheir, menyampaikan pernyataan dari ayah pelaku penusukan.
"Dia (ayah pelaku) mengatakan selain memberontak terhadapnya, tidak ada tanda-tanda. Sama sekali tidak ada tanda-tanda radikalisme padanya," kata Kheir kepada Reuters.
Menurut kepolisian, sementara ini keluarga penyerang telah pindah ke masjid setempat. Hal itu lantaran sang ayah ketakutan akan terjadi pembalasan imbas aksi anaknya.
Dikutip dari Reuters, penikaman di tempat ibadah itu telah menimbulkan ketegangan bagi warga Asiria. Sekitar 40 persen dari 42.000 penduduk Asiria di Australia tinggal di daerah sekitar gereja.
“Ini sangat menyedihkan, komunitas Asiria datang dari Irak karena mereka dianiaya karena beragama Kristen,” kata Maria, seorang warga yang keluarganya bermigrasi dari Irak ke Australia pada 1993.
ADVERTISEMENT
“Serangan (hari Senin) terhadap keyakinan kami hanyalah sebuah pengingat lama tentang apa yang terjadi di negara kami,” tambahnya.
Kini, komunitas Muslim di kota itu juga ikut waspada.
Menurut Kheir, salah satu masjid terbesar di Australia sempat menerima ancaman bom api pada Senin (15/4) malam.
“Kami harus mempekerjakan dua penjaga keamanan untuk melindungi masjid,” jelas perwakilan Asosiasi Muslim Lebanon itu.
Pendeta Emmanuel (53) memiliki banyak pengikut di media sosialnya. Selain membahas Alkitab, khotbahnya kerap mengkritik pedas isu-isu terkait homoseksualitas, vaksinasi COVID, Islam, hingga Presiden AS Joe Biden.